>

Langkah Strategis Parpol Mendulang Suara Rakyat

Langkah Strategis Parpol Mendulang Suara Rakyat

Sejak awal, sudah ada tiga tokoh politik yang terang-terangan di media massa akan maju dalam Pemilu 2014 mendatang menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak bisa lagi mencalonkan diri.


Mereka adalah, Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Abu Rizal Bakrie, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto.

Di tengah para pengamat menilai saat ini adalah waktu terlalu pagi untuk membicarakan soal calon presiden, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) membuat kejutan, yaitu mendeklarasikan diri, dengan mengusung Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebagai calon presiden, dengan calon wakilnya dari tokoh pengusaha media Hary Tanoesoedibjo (HT).

Alasan Hanura mengambil langkah dini ini, untuk mendongkrak kepercayaan publik persis yang dilakukan Partai Demokrat saat mengusung SBY-JK tahun 2004 dan SBY-Yudhoyono 2009, yaitu setahun menjelang Pemilu.

Selain itu juga ada upaya menjual figur calon dan memiliki waktu panjang untuk mempromosikan diri. Apakah cara ini terbukti? Untuk realitas politik, masih sulit untuk dipercaya itu terjadi.

Selain Hanura, partai lain mengambil langkah untuk menunggu Pemilu Legislatif, seperti yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Namun ada juga parpol yang mengambil langkah dengan melaksanakan konvensi dengan tujuan mendapatkan calon ideal yang potensial sekaligus disenangi masyarakat yang berasal dari internal maupun eksternal parpol bersangkutan. Hal ini nampaknya akan dilakukan Partai Demokrat (PD) dan PPP.

Sementara PDIP belum memutuskan cara yang diambil. Namun, saat ini berbagai survei menyatakan bahwa Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) —sosok yang diusung PDIP dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012 lalu—, adalah sosok idaman masyarakat sebagai calon presiden.

Sementara Jokowi sendiri belum setahun menjalankan tugas membenahi Jakarta yang super kompleks, dan PDIP pun belum memberikan sinyal akan mengusung mantan Wali Kota Solo ini.

Berbagai prediksi langkah yang berhubungan dengan Jokowi, seperti Jokowi bakal dipinang oleh parpol lain untuk dijadikan calon wakil presiden atau diusung menjadi calon presiden dapat saja terjadi.

Dari kondisi politik yang terjadi dalam memunculkan sosok yang akan diusung Parpol sebagai calon presiden di Pemilu 2014 mendatang, dapat dipahami, bahwa figur publik masih menjadi titik sentral yang mampu menciptakan momentum agar parpol sukses menjalankan Pemilu 2014 mendatang.

Berbagai kejutan, strategi baru dan percaturan politik yang sengit diyakini akan terjadi, namun kita berharap, proses itu masih dalam tatanan rel politik santun yang sudah dianut bangsa ini ratusan tahun lalu.

Tentu kita juga berharap, apa pun cara yang dilakukan parpol untuk mempersiapkan diri dalam memenangkan Pemilu 2014 mendatang, tidak melupakan sebuah proses demokrasi yang memberikan pelajaran tanpa henti kepada masyarakat.

Bahwa parpol yang paling unggul adalah yang bekerja keras, demokratis, memegang akuntabilitas, transparansi dan bebas korupsi. Semoga.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: