Berkat Alat Pendeteksi Longsor yang Selamatkan Banyak Nyawa

Berkat Alat Pendeteksi Longsor yang Selamatkan Banyak Nyawa

 \"Yang dibangun konsesus, apakah masyarakat siap bekerja sama untuk penanganan longsor atau tidak. Jika masyarakat siap, alat ini akan dimodifikasi dan disiapkan,\" terangnya.

 Untuk menerapkan alat tersebut di daerah rawan longsor, diperlukan organisasi siap bencana di setiap desa. Karena itu, diperlukan orang-orang kunci untuk memberikan pemahaman kepada warga lain. Setidaknya, diperlukan lima hingga enam orang kunci.

 Menurut Faisal, biasanya diperlukan waktu sebulan untuk mengaplikasikan alat di suatu wilayah. Sebab, tim harus mengobservasi lokasi lebih dulu selama seminggu. Selain itu, diperlukan waktu untuk memodifikasi ekstensometer sesuai dengan area yang rawan longsor.

 Misalnya, yang diterapkan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, tim harus berkomunikasi dengan bahasa Madura untuk meyakinkan warga bahwa alat tersebut sangat vital untuk mengidentifikasi bencana sejak dini. Pendekatan itu sangat penting karena terkait dengan perhatian dalam menjaga dan merawat alat.

 Lain halnya dengan masyarakat di Karanganyar, Jawa Tengah, yang telah memahami pentingnya alat tersebut. Karena itu, mereka rela patungan Rp 1.000 per bulan sebagai biaya perawatan alat. Hasil patungan tersebut dibelikan aki kering untuk mengganti aki lama yang mati dalam tiga tahun.

 Berkat \"kecanggihan\" alat itu, berbagai institusi dari negara lain memberikan apresiasi positif. Pada 2009, misalnya, karya unggulan tersebut ditetapkan sebagai salah satu penelitian strategis oleh International Program on Landslides (IPL-UNESCO) sebagai model Best Practice in Education for Sustainable Development with Respect to Disaster Risk Reduction Program.

 Lalu, pada pembukaan 2nd World Landslide Forum di Roma, Italia, 3 Oktober 2011, Gama EWS terpilih sebagai peraih IPL Award for Success dari IPL-UNESCO. Begitu pula saat 10th International Symposium on Mitigation of Geo-Disasters di Kyoto-Matsue, Jepang, 8 Oktober 2012, Faisal menerima Excellent Research Award dan Award of Appreciation karena dinilai telah banyak berkontribusi dalam kegiatan mitigasi bencana alam di kawasan Asia.

 Pada 2012, Gama EWS, antara lain, diaplikasikan di kawasan tambang di United Mercury Group (UMG), Myanmar, serta daerah rawan longsor di Vietnam.

 \"Tahun ini Gama EWS akan diaplikasikan di delapan lokasi geotermal Pertamina serta dua bendungan di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi,\" jelas pria kelahiran Banda Aceh, 26 Mei 1975, tersebut.

 \"Dari alat deteksi longsor ini pula saya menginisiasi dan terlibat aktif dalam kegiatan manajemen risiko berbagai bencana yang meliputi tanah longsor, banjir, aliran lahar, letusan gunung api, gempa, dan kekeringan di berbagai daerah,\" ungkapnya.

(*/c5/ari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: