Rupiah Tembus Rp 10.024 per USD
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tampaknya sudah melempar handuk dalam pertarungan melawan depresiasi rupiah. Nilai tukar pun akhirnya menembus level psikologis Rp 10.000.
Data kurs acuan BI berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin ditutup di level Rp 10.024 per USD, melemah 44 poin dibanding penutupan akhir pekan lalu di posisi Rp 9.980 per USD.
Seolah ingin mendinginkan pasar, pemerintah menanggapi santai anjloknya nilai tukar Rupiah. \"Angka 10.000 itu bukan angka keramat,\" ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro kemarin (15/7).
Menurut Bambang, pemerintah tidak terlalu risau menanggapi pelemahan rupiah. Sebab, fenomena depresiasi nilai tukar terhadap USD juga terjadi di banyak negara lain. \"Kondisi ekonomi globalnya memang masih seperti ini (belum menunjukkan recovery signifikan),\" katanya.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo memberikan sinyal bahwa BI tidak akan lagi mati-matian berjibaku melawan depresiasi rupiah melalui intervensi besar-besaran dengan cadangan devisa. \"Memang harus dibiarkan (pelemahan rupiah),\" ucapnya.
Sebagaimana diketahui, sejak akhir Juni lalu, BI memang terlihat mengendorkan intervensi di pasar uang. Akibatnya, nilai tukar rupiah pun dalam tren melemah. Ini bisa dimaklumi setelah cadangan devisa anjlok dari USD 105,1 miliar menjadi USD 98,1 pada akhir Juni lalu.
Ekonom dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Arifianto mengatakan, BI memang tidak perlu menghambur-hamburkan cadangan devisa untuk melawan depresiasi nilai tukar yang sudah menjadi fenomena global. \"Apalagi, dibanding mata uang negara lain, depresiasi rupiah masih lebih baik,\" ujarnya.
Sebagai gambaran, sepanjang 2013, nilai tukar rupiah baru melemah sekitar 2,8 persen. Pelemahan tersebut, masih relatif kecil dibandingkan dengan mata uang negara lain. Misalnya, Yen Jepang yang melemah 13 persen, Real Brasil 9 persen, Lira Turki 7 persen, Peso Filipina 4,9 persen, Dolar Singapura 3,9 persen, Ringgit Malaysia 3,1 persen, serta Baht Thailand yang juga di atas 2 persen.
Doddy mengatakan, dengan kondisi global yang seperti ini, tekanan terhadap rupiah akan terus berlanjut seiring masih banyaknya dana-dana yang ditarik dari emerging market. Bahkan, dia menyebut rupiah bisa kembali melemah hingga ke kisaran Rp 10.100 - 10.200 per USD.
\"Level itu sebenarnya masih manageable (terkelola). Tinggal BI dan pemerintah memberi pemahaman pada pelaku pasar dan masyarakat bahwa pelemahan rupiah ini bukan suatu yang luar biasa sehingga tidak perlu panik,\" jelasnya.
(owi/sof)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: