>

Mengikis Sepilis Melalui Puasa

Mengikis Sepilis Melalui Puasa

      Kaum sepelis beriman akan syariat Islam, tapi sebatas yang berkaitan ibadah mahdhah,seperti shalat, puasa, “tahlil” yang bersifat ritual dan individual. Tapi kufur terhadap syariat Islam yang mengatur tentang sosial politik, ekonomi, pendidikan, budaya dan pertahanan. Hal ini dikarenakan paham mereka sudah terinfiltrasi dengan doktrim HAM ala Barat yang bertujuan melemahkan posisi umat Islam dalam semangat berjihad melindungi agama Allah SWT dan kekhilafahannya di muka bumi ini.

      Sikap kufur kaum sepilis juga pernah ditunjukkan oleh sebagian Bani Israil pada zaman Nabi Musa as, dimana ketika mereka sudah tidak memiliki argumentasi lagi untuk mengkufuri Allah SWT dari segi Dzat, mereka pun berupaya berkompromi dengan Nabi Musa as, bahwa mereka akan hanya tunduk dan patuh terhadap syariat Allah yang sejalan dengan hawa nafsu dan akal mereka saja. Allah SWT menegur mereka lewat firman-Nya :”Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab ( Taurat ) dan ingkar terhadap sebagian yang lain ?” ( Q.S.al-Baqarah : 85).

      Berdasarkan ayat al-Qur”an diatas, bahwa iman tidak mengenal prosentase, yakini dan terima syariat Allah SWT sepenuhnya atau tidak sama sekali. Tidak ada dalam kamus iman, orang itu sudah agak beriman, atau masih agak ragu. Islam mengajarkan “udkhuluu fissilmi kaffah” Masuklah kalian ke dalam Islam secara totalitas, baik yang berkaitan “hablun minallah” maupun yang berkaitan  ”hablun minannas”

Peranan Puasa

      Puasa Ramadhan yang diwajibkan Allah SWT untuk dijalankan oleh setiap Mukmin adalah agar mereka bertakwa.(QS.al-Baqarah : 183). Takwa berarti “Imtisal al-awamir wa ijtinabi an-nawahi”, melaksanakan segala perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya. Orang yang beriman berarti orang yang meyakini bahwa Allah yang mewajibkan puasa Ramadhan ini adalah Sang Pencipta Yang Maha Sempurna dalam segala-galanya. Kalau orang sudah meyakini seperti itu maka apapun programm-Nya, apapun ajaran-Nya, apa pun ketentuan-Nya, sempurna, baik serta layak untuk diamalkan

      Target dari puasa itu sendiri adalah” taqwallah”. Ini artinya, bahwa orang-orang yang beriman yang melakukan ibadah puasa Ramadhan dengan benar dan baik akan dapat mengantarkannya pada keimanan seluruh syariat Islam. Orang yang bertakwa tidak akan hanya beriman dan mejalankan ibadah mahdhah saja seperti shalat, puasa, dzikir, tapi juga beriman dan menjalankan ibadah “ghairu mahdhah” yang berkaitan masalah mu”amalah seperti sistem pendidikan , sistem politik pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pegaulan,. Juga ada “uqubat yakni sanksi pidana dan perdata Islam yang digali dari al-Qur”an dan Hadits.

      Orang yang berpuasa adalah orang yang tidak pilih-pilih menerapkan aturan tersebut. Misal, hanya menerapkan sistem pergaulannya saja atau ibadah mahdhahnya saja. Kalau demikian halnya masuk dalam kategori  munafik ! Bahkan Allah menyebutnya sebagai orang-orang kufur, fasik atau zalim,seperti yang difirmankan-Nya dalam al-Qur”an surah al-Maidah : 44,45 dan 47. Ini artinya bahwa syariat Islam itu harus diterapkan secara totalitas. Tidak boleh hanya sebagian dan sebagian lainnya menggunakan aturan buatan manusia. Dan, ini sekaligus menolak paham “sepilis” yang memisahkan ajaran agama dengan kehidupan publik.

      Nah, jika kondisi “shaaimin”, orang-orang yang berpuasa sudah demikian, yakni sudah “taqwallah”, sudah bertakwa kepada Allah SWT.insya Allah akan mengurangi dan mengikis paham sepilis, suatu paham yang bertentangan dengan ajaran Islam.Semoga  !. Nasrun Minallah Wafathun Qarieb.    

( Penulis : Muballigh di Kuala Tungkal )

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: