Selalu Telan Korban Jiwa, Tapi Jemaah Tetap Berdatangan

Selalu Telan Korban Jiwa, Tapi Jemaah Tetap Berdatangan

Melihat Aktivitas Suluk Tarekat Naqsyabandiyah di Rejang Lebong

Aktifitas suluk atau zikir yang diadakan Pengajian Ilmu Tarekat Naqsyabandiyah Rejang Lebong (RL) kembali digelar tahun ini. Meski setiap tahun selalu ada peserta zikir yang meninggal dunia, namun hal itu tidak menyurutkan para peserta. Buktinya, dari tahun ke tahun, jumlah peserta terus bertambah. Tahun ini, peserta zikir suluk mencapai 571 orang dari berbagai provinsi, termasuk dari pulau Jawa. Seperti apa zikir suluk tersebut. Berikut laporannya.

 

TUSDA ADHAM, Curup

 

Bangunan permanen berlantai II berwarna putih di Desa Suka Datang, Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu itu sepintas mirip sebuah pesantren. Beberapa orang di dalam gedung berpakaian Islami serba putih mirip santri. Yang laki-laki mengenakan jubah putih dan bersorban.

                Tapi bangunan itu bukan pondok pesantren. Itu adalah tempat diselenggarakannya kegiatan zikir suluk yang diadakan rutin setiap tahun saat bulan Ramadhan tiba.

                Di dalam bangunan, berjejer kotak-kotak kelambu ukuran 1 X 1 meter. Kotak kelambu itu adalah tempat jemaah melakukan zikir. Pria dan wanita, lokasinya terpisah. Untuk jemaah pria di sisi kiri gedung, sementara wanita di sisi kanan. Pembatasnya disekat dengan papan kayu dan pintu masuk yang berbeda.

                Mengapa di dalam kelambu  Menurut pengurus Tarekat Naqsyabandiyah Rejang, zikir suluk di dalam kelambu itu untuk kekhusyukan. Koran ini sempat mengunjungi lokasi zikir suluk ini dipandu oleh Wakil Ketua Umum Tarekat Naqsyabandiyah RL, M. Edi.

                Suluk berarti berzikir terus-menerus mengingat Allah SWT. Baik zikir ismal-dzat atau menyebut Allah, maupun dzikir naif itsbat dengan menyebut La Ila Ha Illa Allah. Dalam Tarekat Naqsyabandiyah, zikir suluk terdapat 7 tingkatan. Mula-mula zikir dengan menyebut nama Allah dalam hati sebanyak 5.000 kali sehari semalam. Berikutnya, jemaah menaikkan zikir menjadi 6.000 kali sehari semalam.

Kemudian setelah melaporkan perasaan yang dialami dalam berzikir itu, maka dinaikkan zikirnya menjadi 7000. Demikian seterusnya menjadi 8.000, 9.000 hingga 10.000 kali sehari semalam.

                Meskipun zikir hampir sehari semalam, menurut Wakil Ketua Naqsyabandiyah RL, M Edi, dalam pelaksanaannya suluk tidak meninggalkan ibadah Salat 5 waktu. Atau di Bulan Ramadhan ini, mereka menjalankan ibadah Salah Tarawih.

‘’Semua jemaah Suluk berpuasa. Karena itulah tujuan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di kala waktu salat, ada waktu untuk menjalankannya. Bagi yang Salat Tarawih, semuanya bebas memilih. Ada yang memilih melaksanaknnya di dalam lokasi suluk, adapula yang Salat Tarawih di masjid sekitar suluk. Setelah itu, di mulai lagi kegiatan suluk hingga menjelang waktu sahur. Intinya, jemaah suluk lebih konsentrasi beribadah. Di kala salat, harus salat. Di kala istirahat, jemaah hanya menghabiskan waktu di dalam bilik,\" kata Edi menerangkan.

                Edi mengatakan, zikir suluk ini murni ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Panitia menurutnya telah berupaya maksimal agar kegiatan suluk berlangsung selamat tanpa menimbulkan korban jiwa. \"Kalau prosedur sudah kami ikuti semua. Kami pikir tidak ada lagi yang akan meninggal, tapi ternyata tetap saja ada,\" cetus Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: