>

Masukkan Seribu Penonton Gratis demi 50 Ribu Fans di Dalam

Masukkan Seribu Penonton Gratis demi 50 Ribu Fans di Dalam

 Nah, ketika menggarap Metallica, Taye dan Khrisna yang sama-sama pernah berada di lokasi kejadian 20 tahun lalu sudah memiliki gambaran lebih konkret. Misalnya, mereka harus menyiapkan venue dengan kapasitas superbesar. Yang ditangkap alumnus Tafe College Melbourne, Australia, tersebut saat konser 1993 itu, Indonesia belum siap menggelar konser grup band besar dengan banyak penggemar fanatik. Panitia menyiapkan venue yang hanya mampu menampung sekitar 30 ribu penonton. Padahal, calon penonton yang datang membeludak hingga dua kali lipat.

 \"Penonton yang di luar maunya masuk, nggak dikasih masuk. Sebab, tempatnya juga tidak ada. Masak mau dipangku? Itulah yang bikin penonton di luar stadion itu emosi,\" ceritanya.

 Taye cs tidak mau mengulangi kejadian tersebut. Caranya, mereka mengizinkan penonton tidak bertiket masuk di tengah konser. Mereka juga menyediakan 40 loket untuk yang membeli tiket di lokasi pada hari pertunjukan. Sebelumnya, tiket terjual sekitar 40 ribu lembar.

 \"Untuk mengindari terulangnya kejadian 20 tahun silam, kami harus mengakomodasi penonton yang mau beli tiket pada hari H konser,\" ucapnya.

 Benar saja, hari itu ada sekitar 20 ribu orang yang ingin membeli tiket. Tim Taye pun kewalahan. \"Kami tidak menduga sebanyak itu. Saya yakin siapa pun pasti kewalahan menghadapi 20 ribu calon penonton dalam waktu 3 jam,\" lanjutnya.

 Saat show sudah dimulai, masih banyak calon penonton yang mengantre. Melihat kondisi itu, akhirnya mereka memutuskan untuk memasukkan calon penonton yang belum sempat membeli tiket tersebut tanpa tiket. Promotor sudah mengantisipasi hal itu, termasuk menyiapkan tempatnya.

 \"Nothing we can do. Itu satu-satunya jalan. Mereka bukan nggak punya uang buat beli tiket, tapi memang kami yang kewalahan. Lagi pula, show sudah setengah jalan. Anggap saja itu rezeki mereka,\" kata Taye.

 Toh, para penonton gratisan tersebut menyaksikan aksi Metallica di luar pagar. Berbeda dengan penonton yang memiliki tiket. Ada sekitar seribu orang yang dimasukkan promotor di tengah show. Semua berjalan tertib.

 Momen itu disikapi sangat hati-hati oleh promotor. Mereka tidak ingin kejadian Lebak Bulus terulang. Jadi, tidak boleh ada penanganan yang salah sekecil apa pun. Bayangkan jika seribu orang itu mereka tahan di luar.

 \"Bisa saja mereka marah, lalu membuat kerusuhan. Bisa-bisa show dihentikan di tengah jalan,\" katanya.

 Padahal, 50 ribu orang sudah ada di dalam GBK. \"Bisa-bisa saya digebukin orang satu GBK,\" sambung Taye.

 Menyiapkan konser besar seperti Metallica membuat Taye dan timnya tidak bisa nyenyak tidur. Memang, mereka juga tidak memiliki waktu untuk tidur. Seminggu sebelum hari H, mereka mulai deg-degan. Semakin mendekati harinya, jantung berdenyut makin kencang. \"Darah serasa nggak ada di tubuh. Kalau tahajud bisa tiap jam, saya sudah tahajud setiap jam. Segala macam bacaan zikir saya baca,\" ungkap Taye.

 Meski dulu anak metal, Taye mengaku agak khawatir melihat karakter penonton konser saat itu. Menurut dia, serem melihat gaya mereka. \"Dalam hati saya, kalau rusuh, bisa bahaya ini. Sangar-sangar semua yang nonton,\" ucapnya.

 Namun, ternyata seluruh penonton menikmati musik dengan tertib. \"Sampai lupa kalau gaya mereka sangar. Mereka lupa kalau gayanya mengerikan. Hati mereka hati Metallica. Itu bikin saya terharu,\" sambungnya.

 Pekerjaan lain yang bikin tim Taye ketir-ketir adalah menunggu kedatangan sang superstar. Metallica baru tiba di Jakarta sekitar pukul 17.00. Ketika memastikan Metallica sudah berada di Hotel Mulia, Taye merasa 50 persen PR-nya selesai. Tinggal menjaga kondisi tetap kondusif hingga tiga jam ke depan, saat mereka semua memulai show.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: