>

PTPP Pisah Bisnis Properti

PTPP Pisah Bisnis Properti

JAKARTA - Moncernya industri properti saat ini memantik PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) untuk melakukan spin off atau pemisahan divisi properti menjadi anak perusahaan. Emiten pelat merah yang bergerak di bidang konstruksi, properti dan realti, serta investasi, itu nanti tetap memegang kepemilikan mayoritas korporasi berbadan hukum PT PP Properti  tersebut.

       Perseroan bakal menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 21 Oktober 2013 mendatang. Pasca aksi korporasi tersebut efektif, PT PP Properti akan memiliki 99,9 persen penyertaan saham dalam PT Gitanusa Sarana Niaga. Kemudian 4,67 persen untuk penyertaan saham dalam PT Mitracipta Polasaranan, dan 15 persen penyertaan saham dalam PT Pancakarya Grahatama Indonesia.

       Direktur Utama PTPP Bambang Triwibowo mengatakan, kontribusi bisnis properti dan realti pada 2012 lalu memang masih kecil. Yakni sekitar 1,54 persen dari total revenue atau pendapatan perseroan. Namun, Bambang menilai, pemisahan harus tetap dilakukan supaya bisnis properti perseroan mampu bertumbuh lebih cepat.

       \"Secara eksternal, kondisi perekonomian saat ini sebetulnya sangat positif. Dilihat dari peningkatan jumlah dan pendapatan kelas menengah yang mencapai 50 juta orang pada 2010, pasti akan mendorong konsumsi khususnya kebutuhan perumahan,\" ungkapnya kemarin (4/9).

       Dia menyebutkan, perseroan melakukan spin off lantaran tingkat profitabilitas usaha yang dilihat dari net profit margin pada 2012 hanya 3,87 persen. \"Angka tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri yang mencapai 4,07 persen. Padahal, periode 2008-2012 segmen properti dan realti setidaknya rata-rata gross profit margin-nya 24,4 persen atau tertinggi di antara segmen usaha lainnya,\" paparnya.

       Merujuk laporan keuangan, divisi properti mencatatkan peningkatan pendapatan yang cukup signifikan setiap tahun. Pada 2010, total penjualan divisi ini hanya Rp 113,65 miliar dan meningkat menjadi Rp 119,17 miliar pada 2011, serta naik menjadi Rp 123,58 miliar pada 2012.

(gal/oki)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: