>

Waspadai Dampak ke Ekspor

Waspadai Dampak ke Ekspor

Sementara pada 2012, total ekspor Indonesia ke AS tercatat USD 14,59 miliar atau 9,5 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia yang mencapai USD 153,07 miliar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Ahmad Erani Yustika mengatakan, dampak shutdown AS memang baru akan terasa di Indonesia jika sudah mempengaruhi recovery perekonomian AS. “Kalau recovery ekonomi AS terganggu, maka permintaan pasar AS akan turun, itu bisa mengganggu ekspor kita,” ujarnya.

Namun demikian, kata Erani, hal itu bisa terjadi jika shutdown berlangsung berbulan-bulan. Tapi jika shutdown hanya berlangsung singkat, maka tidak akan berpengaruh banyak pada perekonomian AS, sehingga juga tidak akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.

Lantas, bagaimana dampak shutdown pada pasar uang dan pasar modal? Menurut Erani, hingga saat ini dampaknya belum terasa. “Bahkan, shutdown di AS justru bisa memicu investor untuk memindahkan dananya dari AS ke emerging market seperti Indonesia. Tapi, itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” ujarnya.

Erani mengatakan, saat ini investor pasti masih akan wait and see dan tidak tergesa-gesa untuk mengambil keputusan apakah tetap menanamkan dananya di AS, atau mengalihkannya ke emerging market. Tapi, jika shutdown terjadi berlarut-larut, maka dana investor dipastikan akan kembali membanjiri emerging market.

Menurut dia, hal itu bisa berdampak positif sekaligus negatif bagi Indonesia. Di satu sisi, masuknya hot money akan memicu panguatan nilai tukar Rupiah dan melejitkan harga-harga saham. Tapi, di sisi lain, banyaknya hot money akan membuat pasar uang dan pasar modal Indonesia kembali rentan pada gejolak ekonomi global. “Karena itu, apapun yang terjadi di AS, pemerintah harus terus fokus pada perbaikan fundamental ekonomi, itu kuncinya,” ucapnya.

(owi/gal)  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: