SBY Jadi Sales Indonesia

SBY Jadi Sales Indonesia

Indonesia Tujuan Investasi Favorit

 NUSA DUA - Kesempatan menjadi tuan rumah forum Asia-Pacific Economic Cooperatioon (APEC) 2013 benar-benar dimanfaatkan oleh Indonesia untuk \"berjualan\".  Indonesia terus menggoda para pemimpin bisnis (chief executive officer/CEO) untuk berinvestasi di tanah air.

      Pada bagian akhir pidato pembukaan acara APEC CEO Summit 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut dirinya sebagai kepala tenaga pemasaran (chief salesperson) PT Indonesia.

      \"Sebagai chief salesperson Indonesia Incorporated, saya mengundang Anda semua untuk menangkap peluang bisnis dan investasi di Indonesia,’ ujar SBY disambut tepuk tangan meriah sekitar 1.200 CEO dari berbagai negara yang hadir di acara CEO Summit 2013 kemarin (6/10).

Selain membeber pentingnya peran APEC bagi perekonomian global, seperempat akhir pidato SBY berisi pandangan tentang bagaimana resiliensi atau ketahanan ekonomi Indonesia dari turbulensi gejolak ekonomi global. Juga tentang bagaimana besarnya potensi pasar Indonesia dan upaya perbaikan iklim investasi.

Tapi, justru seloroh SBY di pengujung sambutan yang mendapat sambutan hangat para peserta APEC CEO Summit. Tercatat, sepanjang membacakan naskah pidato sekitar 14 menit, hanya ada dua kali applause atau tepuk tangan meriah. Yakni, saat SBY menyebut dirinya chief salesperson Indonesia Incorporated dan saat mengakhiri pidato.

Mengawali promosi Indonesia, SBY menyatakan bahwa Indonesia merespon dengan baik gejolak ekonomi global melalui paket kebijakan ekonomi. Menurut dia, kondisi gejolak di sistem keuangan Indonesia hanya jangka pendek. ‘Dalam prospek investasi dan pertumbuhan jangka panjang, Indonesia tetap menjadi wilayah yang menawarkan peluang dan pertumbuhan,’ katanya.

Mengutip laporan konsultan bisnis internasional McKinsey, SBY mengatakan bahwa peluang bisnis di Indonesia akan melonjak hingga USD 1,8 triliun pada 2030. Peluang besar terbuka pada sektor konsumsi, pertanian dan perikanan, sumber daya alam, hingga industri pendidikan dan infrastruktur.

      Selain itu, lanjut dia, Indonesia kini juga sudah menjadi negara dengan kue ekonomi triliunan dolar AS dan akan terus tumbuh seiring pesatnya penambahan jumlah masyarakat kelas menengah. Tak hanya peluang ekonomi yang menawan, stabilitas politik Indonesia juga terjaga dengan demokrasi yang mengakar di masyarakat. ‘Itu semua membuat Indonesia menjadi tempat yang bagus untuk investasi Anda,’ ucapnya.

Tak hanya SBY yang berpromosi. Dalam sesi diskusi panel siang kemarin, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri juga menyelipkan prospek cerah investasi di Indonesia. Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) inipun cukup luwes saat menanggapi tentang pentingnya reformasi birokrasi untuk memperbaiki iklim investasi.

Dia berseloroh, salah satu sebab masyarakat Indonesia sangat religius adalah karena masyarakat harus sering berurusan dengan birokrasi pemerintah.\"Karena sulitnya berurusan dengan birokrasi, maka masyarakat Indonesia harus banyak-banyak berdoa kepada Tuhan agar urusannya dimudahkan.

Tapi, Chatib meyakinkan bahwa upaya-upaya perbaikan terus dilakukan melalui reformasi birokrasi dan simplifikasi regulasi agar lebih ramah pada investasi. ‘Jadi, kesimpulannya adalah, investasi di Indonesia sangat berbahaya. Kenapa\" karena adiktif (bisa membuat kecanduan untuk terus berinvestasi, Red),’ ujarnya yang disambut applause hadirin.

Indonesia memang seolah menemukan momentum promosi investasi. Dalam diskusi panel yang menghadirkan Chairman PricewaterhouseCoopers (PwC) Dennis Nally, dia mempresentasikan hasil survey PwC\"terhadap para CEO di kawasan Asia Pasifik. Salah satu pertanyaan besar adalah apakah para CEO percaya dengan potensi ekonomi APEC dan negara mana yang menurut mereka paling prospektif untuk berinvestasi.

      Hasilnya\" \"68 persen CEO menyatakan akan meningkatkan investasi di Asia Pasifik dalam beberapa tahun ke depan, artinya mereka sangat optimistis. Selain itu, Cina (Tiongkok) menjadi tujuan investasi utama, disusul Indonesia di posisi kedua, dan Amerika Serikat (AS) di posisi ketiga,’ jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: