Animo Kirab Tinggi, Malioboro Penuh

Animo Kirab Tinggi, Malioboro Penuh

JOGJA -  Kirab Pawiwahan Ageng yang berlangsung kemarin pagi (23/10) memang mendapatkan atensi yang cukup besar dari masyarakat. Ribuan masyarakat sudah mulai memadati jalan malioboro yang menjadi pedestrian (tempat pejalan) setengah hari , sejak pukul 07.00 WIB. Dari pantauan Radar Jogja, mayoritas masyarakat memarkir kendaraan mereka di Parkir Abu Bakar Ali kemudian berjalan beramai \" ramai ke arah selatan. \"Saya malah datang jalan kaki disini dari rumah saya di Jenggotan (Jalan Magelang),\"ujar Muji Rahayu,65, usai rebutan gorengan di Angkringan gratis di depan Gedung DPRD DIJ pagi itu.

       Masih pagi \" pagi, angkringan gratis yang ada di sepanjang Malioboro sudah mulai ditata. Ada sekitar 170 angkringan yang tersebut di Malioboro. Beberapa angkringan disumbangkan oleh Koperasi Tri Darma milik Komunitas Maliboro. Sekretaris Koperasi Suwardi mengatakan setiap angkringan diberi anggaran Rp 500 ribu. Sementara komposisinya diserahkan pada yang mempunyai angkringan. \"Ini karena kami ikut membantu Sultan. Kalau membantu uang kan kami gak pantas. Jadi ya pakai angkringan ini saja,\"kata Suwardi.

       Awalnya, masyarakat hanya diperbolehkan untuk mengambil minuman saja. Sementara untuk makanan akan dibagikan usai kirab. Sayangnya, kirab belum dimulai, angkringan sudah ludes. Misalnya angkringan yang ada di seberang Malioboro Mall, baru dibuka dua menit, ternyata masyarakat sudah langsung menyerbu. Ada yang mengambil nasi, gorengan, minuman. \"Lumayan buat makan siang,\"kata salah satu pengunjung berkaus biru.

       Baru pukul 8.00 WIB, namun lautan manusia sudah ada di Malioboro. Misalnya, di depan Kepatihan Pemprov DIJ. Ratusan masyarakat baik tua, muda, balita, hingga bayi tak sabar ingin melihat rombongan Keraton melintas. Sangking padatnya dan berdesak \" desakkan, banyak yang tidak melihat ke arah jalan karena tertutup pengunjung lainnya. Ada juga masyarakat yang nekat memanjat pohon dan tembok Pemprov.

       Dalam kepadatan tersebut, terlihat segerombolan anak sekolah dari SD Netral yang lokasinya ada di sekitar Malioboro. Menurut Kepala Sekolah SD Netral Subagyo, pihaknya sengaja mengajak para siswa untuk melihat kirab, supaya mereka tahu tentang budaya jawa. Terlebih kirab keraton relatif jarang digelar. \"Biar anak- anak pada ngerti,\"kata dia.

       Sayangnya, lokasi tersebut sangat padat. Sehingga anak \" anak tersebut tidak melihat dengan jelas. Mereka saling bergandengan karena tidak ingin terpencar satu sama lain. Akhirnya saat kirab datang, mereka hanya duduk di dekat pagar Pemprov. Karena kondisi tidak memungkinkan untuk melihat dua belas kereta kuda yang akan segera datang.

       Dari pantauan Radar Jogja, sekitar pukul 9.30, kereta rombongan penganten mulai melintas. Sepasang pengatin GKR Hayu dan KPH Notonegoro dibalut baju pengatin jawa berwarna toska melambai ke arah masyarakat. Saat berbelok menuju Kepatihan terdengar tepuk tangan riuh dari masyarakat. Kedua pengatin yang menaiki kereta Kyai Jongwiyat hanya melambaikan tangan pada masyarakat.

       Selain kereta pengatin, dalam iringan itu juga ada empat kereta lain yakni Kereta Kanjeng Kyai Notopuro untuk para Utusan Ndalem, Kereta Kanjeng Kyai Rejopawoko untuk Patah Manten, Kereta Kanjeng Kyai Rotobiru serta Kereta Kanjeng Kyai Permili untuk para penari Bedhaya. Rombongan mempelai juga akan diiringi oleh para penari Lawung Ageng yang mengendarai 12 kuda di bagian depan serta pasukan Bregodo Prawirotomo\"dan Bregodo Patangpuluh\"(prajurit keraton) yang totalnya mencapai 120 orang (satu Bregodo terdiri dari 60 orang prajurit).

       Lima belas menit kemudian rombongan kereta Raja Keraton Jogjakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X juga melintas. Masyarakat mulai menyerukan nama Sultan. Meskipun Kereta Kyai Wimono Putro yang dinaiki sultan tidak terbuka seperti yang dinaiki oleh pengantin, namun masyarakat tetap bisa mengenalinya.

       Kereta Wimono Putro tersebut ini akan ditarik oleh delapan kuda. Kereta Sultan diikuti oleh enam kereta lain yakni Kereta Kus Abut, Kus Cemeng dan Kus Ijem yang digunakan oleh para putri Keraton. Rombongan Raja juga akan diiringi oleh prajurit Bregodo Keraton. Totalnya sekitar 240 prajurit, terdiri dari empat Bregodo yakni Bregodo Wirobrojo, Mantrijero, Ketanggung dan Daeng. Sementara di deretan terakhir ada kereta k untuk Sri Paduka Paku Alam IX yakni Kyai Kanjeng Mondro Juwolo serta satu kereta untuk putra mahkota pakualaman yakni Kus Gading.

(hed)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: