Tersingkirnya Suara Publik

Tersingkirnya Suara Publik

Contohnya ketika mereka hampir tak mengenal sebagian besar dari calon dan hanya mengenal beberapa calon yang sering muncul di media masa, yang sering memberikan bantuan atau yang mereka temui poster-posternya berserakan dijalanan. Artinya tentu calon-calon tersebut sudah tentu merupakan para elit yang dermawan demi kepentingan politiknya.

                Dengan sistem tersebut telah membuat politik a la mie instan berserakan menjelang Pemilu 2014 ini. Para calon kemudian tidak perlu bersusah payah mengabdikan dirinya pada konstituen untuk memperjuangkan mereka secara bersama dan menyulam komitmen serta visi misinya dihadapan konstituen dengan waktu yang lama. Akan tetapi dengan kekuatan ekonominya, cukup dengan memasang poster-posternya di tempat-tempat strategis, melakukan pencitraan di media-media masa serta memberikan bantuan ala kadarnya ke konstituen. Maka cara tersebutlah yang memiliki peluang besar menipu konstituen.

                Fenomena tersebut menunjukan bagaimana ada masalah akut dalam sistem demokrasi kita. Suara dari publik telah tersingkir akibat ketimpangan kekuatan ekonomi didalamnya yang telah menjalar pada pemburaman informasi yang diterima publik yang dikuasai oleh para elit. Maka pengaturan pemberian informasi kepada publik dengan berkesetaraan menjadi sesuatu yang penting. Dan hal tersebut tak akan dapat dilakukan ketika tetap membiarkan demokrasi berjalan beriringan dengan kapitalisme. Karena keduanya berlawanan.

(Analis Kebijakan Publik di Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik - Universitas Gadjah Mada (UGM))

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: