Wahai Pejabat. ( Mengapa Harus Korupsi ? )

Wahai Pejabat. ( Mengapa Harus Korupsi ? )

Oleh : Citra Darminto

Kenapa ada korupsi? karena kurang bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, kenapa kurang bersyukur? karena rakus akan duniawi dan materi, Mengapa harus korupsi??!! Penting seorang koruptor fahami adalah bahwa tindakan korupsi itu  mengakibatkan rakyat miskin kelaparan. Korupsi telah menelantarkan anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah dan lain-lain. Aneh memang negeri ini perilaku pejabatnya yang korup dan tak bermoral, uang yang semestinya untuk kesejahteraan rakyat dia nikmati bersama keluarga dan koleganya dalam teori kebutuhan memang batas kepuasan tak terbatas dan tak terukur sehingga manusia serakah akan terus berusaha mengambil dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.

Teori aji mumpung selalu saja menjadi senjata ampuh, mumpung jadi Gubernur/Bupati, mumpung jadi anggota dewan, mumpung jadi bendahara, mumpung sebagai anggota banggar, tentunya mumpung bisa tentukan anggaran dan proyek, maka semuanya akan bisa dilakukan. Sangat mengejutkan fenomena korupsi yang muncul akhir-akhir ini, lembaga eksekutif yang telah memiliki perangkat hukum, sistem manajemen dan akuntansi yang mantap, sarana pengendalian yang cukup handal melalui program-program komputerisasi dan lain sebagainya, tetapi pada kenyataannya masih tetap terjadi korupsi yang jumlah pelaku dan nilai dana yang dikorup tetap tinggi, fenomena lain, suatu lembaga yang amat sederhana, diurus oleh orang yang secara ekonomis rendah, tidak didukung oleh manajemen dan akuntansi yang akurat, tetapi justru di sana tidak ada korupsi, semua keuangan tidak ada yang diselewengkan, para pengelolanya memiliki ketulusan yang tinggi, laporan keuangan tidak dibuat secara rumit, akan tetapi uang yang ada selamat dari kemungkinan penyimpangan, lagi-lagi, mengapa hal itu terjadi, pertanyaannya, apakah semakin pintar masyarakat justru kemungkinan penyimpangan juga semakin besar terjadi dan begitu juga sebaliknya ? Apakah orang berpengetahuan sederhana, berpendidikan rendah juga selalu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan penyimpangan terhadap pengurusan keuangan, sehingga, dari fenomena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa justru kepintaran itu yang mengakibatkan lahirnya penyimpangan keuangan yang disebut korup itu.

Anehnya di tengah masyarakat yang korup, justru orang yang tidak aman adalah orang-orang yang jujur yang tidak mau melakukan penyimpangan. Masyarakat korup ternyata juga membenci siapa saja yang jujur. orang jujur dianggap tidak menguntungkan bagi orang-orang yang menyukai korupsi, biasanya orang jujur kemudian tersisihkan, dan jangan berharap daam proses pemilihan kepemimpinan yang berjalan secara demokratis di tengah-tengah masyarakat korup ia akan dipilih menjadi seorang pimpinan, oleh karena itu sesungguhnya tidak selalu benar pandangan yang mengatakan bahwa orang jujur itu selalu dibutuhkan di segala jenis masyarakat. justru orang jujur di tengah-tengah masyarakat korup akan selalu disisihkan.

Peristiwa ini sesungguhnya sangat memprihatinkan dan memalukan. Korupsi dianggap menjadi sesuatu yang biasa, wajar dan lazim dan justru menjadi aneh jika terdapat pejabat pemerintah yang mampu menjaga diri untuk tidak melakukan korupsi. Begitu besarnya dampak korupsi yang dirasakan oleh rakyat, namun mengapa tindak korupsi tidak pernah henti?

Pertanyaan di atas, secara dangkal bisa kita dapatkan jawabnya yakni, karena para pejabat pejabat kita hanya mementingkan diri sendiri, mereka melakukannya dengan tanpa menggunakan hati nurani sedikit pun, juga karena tidak mau berfikir panjang serta rakus, walau sebenarmya mereka tahu bahwa dampak dari apa yang mereka lakukan itu membuat rakyat yang menderita, para koruptor telah melakukan korupsi terhadap uang rakyat dan yang lainnya hingga pada dana untuk orang miskin dan anak yatim, padahal, dalam agama, ancaman orang yang memakan harta dan hak anak yatim sangatlah berat, namun, mereka tetap saja korup, akibatnya sekali lagi, rakyat kecil menjadi korban, sementara janji-jani pemilu hanya ada ketika para caleg meminta suara kepada rakyat dengan berbagai cara tipu daya.

Jangan pilih calon pemimpin yang Korup

Fenomena perilaku korup dinegara ini akan terus berlangsung ketika generasi hari ini tidak dibekali karakter kejujuran. Ketika kejujuran luntur dari seseorang maka tunggulah semuanya akan menjadi halal dimata mereka. Sistem yang diciptakan juga tidak mampu memberikan efek jerah (Hukum), maka selayaknya sekarang ini pemerintah memikirkan dengan serius upaya membuat pelaku koruptor di Negara ini menjadi jerah, salah satu opsi adalah memiskinkan mereka, dengan jalan menyita seluruh asset yang mereka miliki, agar mereka merasakan sungguh susahnya menjadi orang yang serba kekurangan, serta harus dibangun sistem untuk mencegah terjadinya hal seperti ini. Tindakan preventif bisa dilakukan dengan membuat aturan hukum melalui kode etik profesi atau mungkin juga kontrak politik bagi para pejabat. .Selain aturan hukum dan sistem yang baik, upaya pemberantasan korupsi juga tergantung dari integritas pejabat pemerintah, karena konflik kepentingan yang menjadi akar korupsi hanya bisa dilawan dengan integritas yang baik. Pembenahan korupsi juga harus diawali dengan pembenahan aparatur hukum di negeri ini.

Harapan lain adalah agar para pejabat yang akan terpilih di pemilu nanti, tidak hanya mengobral janji-janji yang diberikan. Karena awalnya para pejabat yang kini mendapat gelar koruptor dahulu juga mengumbar janji-janji kepada rakyat, tetapi sebaliknya hanya menipu rakyat dan menyengsarakan dengan cara halus dan lembut sehingga banyak rakyat yang tertipu, oleh sebab itu, kita harus cerdas dalam memilih calon-calon pemimpin kedepan. Pemimpin yang adil adalah pemimpin dapat memakmurkan rakyat, mensejahterakan rakyat. Pempimpin yang adil juga dapat menumpas para pelaku korupsi. Pemimpin yang kita pilih hendaknya adalah orang-orang yang sudah terbukti tidak melakukan tindakan korupsi selama ini. Pemimpin yang akan kita pilih adalah pemimpin yang bukan mencari kekayaan selama menjabat sebagai pemimpin dengan cara-cara memakan dana untuk rakyat. Kalau kita cerdas memilih wakil rakyat dan calon pemimpin masa depan dengan membuat kriteria-kriteria yang kongkrit, kita akan bisa menjaga dari petaka korupsi. Maka, sejak sekarang kita harus menjadi pemilih yang cerdas dan kritis.

(Penulis Adalah Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan STISIP NH Jambi dan anggota PELANTA NIA 201307019)

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: