Tantangan Tahun Politik

Tantangan Tahun Politik

Oleh :Prof. H. Aulia Tasman, Ph.D* 

Perkembangan ekonomi daerah tidak terlepas dinamikadan pasang surutnyaperekonomian nasional secara keseluruhan, yang akan berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap dinamikaperekonomian daerah. Masa-masa kritis dan tersulit ekonomi Indonesia tahun 2013 sudah terlewati, hal ini tercermin dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2013 (yoy) mencapai 5,62 persen, atau tumbuh sebesar 2,96 persen apabila dibandingkan dengan kuartal II-2013, dan secara kumulatif, Januari-September 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,83 persen (yoy) walau lebih rendah dibandingkan dengan terget pertumbuhan di atas 6,0 % untuk tahun 2013. Namun tingkat pertumbuhan yang dicapai tersebut patut disambut gembira seluruh komponen bangsa. Sebab, hal itu mengindikasikan ekonomi Indonesia mampu bertahan dan bangkit di tengah krisis-krisis ekonomi berat yang dihadapi oleh negara Amerikas Serikat dan negara-negara di Eropa yang merupakan tujuan ekspor utama produk – produk Indonesia.

Pada sisi lain mementum pertumbuhan eknomi nasional tersebut tercermin pula pada perkembangan ekonomi daerah. Otonomi Daerah pada akhir-akhir ini menyebabkan banyak masyarakat menginginkan perubahan yang cepat terhadap daerahnya masing-masing sehingga segala upaya dan sumberdaya yang dimiliki diarahkan untuk mengejar ketertinggalan dengan daerah lainnya. Hanya saja seiring dengan Otonomi Daerah yang sedang dilaksanakan, gejolak ekonomi dan politik mewarnai kegiatan pembangunan secara keseluruhan. Hal ini yang banyak disoroti adalah pengaruh dari kepentingan politik dan kepentingan kelompok terhadap proses penguatan ekonomi secara keseluruhan. Seiring dengan mulai memanasnya situati politik pada tahun 2013 khususnya pada tahun 2014 nanti akan sangat mempengaruhi pencapaian target indikator ekonomi keseluruhan provinsi yang ada di Indonesia.Dinamika dan intervensi politik mungkin saja akan menjadi distorsi ekonomi yang berdampak ekonomi yang luas, harus diantisipasi dan disikapi secara baik.

Bagaimana dengan Provinsi Jambi khususnya? Capaian indikator makro ekonomi provinsi Jambi yang cukup baik dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini sudah sepatutnya dijadikan sebagai landasan yang kuat untuk menghadapi masa-masa panas gejolak politik tahun 2014 nantinya. Paling kurang ada dua gejeolak internal politik di Indonesia yang akan berpengaruh besar terhadap ekonomi daerah adalah kegiatan pemilu legislatif dan pemilihan presiden Indonesia untuk periode 2014 – 2019 nantinya. Secara objektif keberhasilan pembangunan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2013 dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi makro antara lain:

Berdasarkan indikator ekonomi seperti PDRB dari sisi permintaan, terlihat bahwa tahun ekonomi Jambi bertumbuh di atas rata-rata nasional, berdasarkan data resmi dari BPS Provinsi Jambi dan Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia – Jambi, terlihat bahwa Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada Triwulan III tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar  2,58 persen terhadap Triwulan II 2013 (q-to-q). Pertumbuhan ekonomi Jambi perbandingan antar tahun (y-to-y) terlihat bahwa kinerja pertumbuhan Triwulan III tahun 2013 adalah sebesar 8,02% lebih tinggi dibandingan dengan tingkat capaian Twulan III tahun 2012 sebesar 7,39%. Sedangkan prediksi pertumbuhan Triwulan IV-2013 adalah sebesar 7,86% juga lebih tinggi dari pertumbuhan Triwulan IV tahun 2012 sebesar 7,44%. Sehingga kisaran pertumbuhan ekonomi Jambi perbandingan antar tahun (y-to-y)  pada tahun 2013 adalah sebesar 7,89% (deviasi 5% atas- bawah). Capaian pertumbuhan sebesar tersebut dikuatkan oleh pertumbuhan PDRB dari sisi penggunaan yang semakin tinggi pada Triwulan IV terutama disebabkan oleh dua hari besar nasional, yaitu hari natal dan tahun baru, dan pertumbuhan sisi penggunaan ini akan menutupi pertumbuhan menurun dari PDRB sisi penawaran. Diperkirakan bahwa nilai impor triwulan IV-2013 lebih tinggi dari nilai impor triwulan III-2013. 

Pertumbuhan ini terjadi karena peningkatan sektor pertambangan dan penggalian  (7,14 %), sektor pengangkutan dan komunikasi (3,59%),  dan  sektor  perdagangan, hotel dan restoran (3,03%).Sektor industri pengolahan yang seharusnya akan menjadi sumber peningkatan nilai tambah besar yang diharapkan, ternyata mengalami penurunan (kontraksi) atau pertumbuhan minus (-0,16%). Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian yang digadang-gadangkan sebagai penyumbang pertumbuhan terbesar ternyata hanya memberikan andil positif terbesar (0,87%) terhadap pertumbuhan q-to-q PDRB Provinsi Jambi Triwulan III 2013. Secara total, sektor primer ini menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 9,14%.

Kalau dibandingkan dengan triwulan yang sama pada Triwulan III tahun 2012 dengan Triwulan III 2013 (y-on-y) ekonomi Jambi tumbuh sebesar 7,59 persen. Hal ini terutama didorong oleh sektor konstruksi meningkat pesat sebesar 19,42 persen, seiring peningkatan investasi bidang properti oleh pengembang berskala nasional.Secara kumulatif (c-to-c), pertumbuhan ekonomi Jambi dari Triwulan I-2013 sampai dengan Triwulan III-2013 pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mencapai 8,08%. Capaian indikator ekonomi makro ini dapat dinyatakan sebagai kinerja pembangunan yang sangat baik, dan merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara provinsi-provinsi yang ada di kawasan Sumatera.Sumber pertumbuhan tersebut terutama karena sektor konstruksi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat masing-masing sebesar 25,14  persen dan 11,30 persen. Pertumbuhan ekonomi yang disumbangkan oleh pertumbuhan sektor tersier (sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 4,2%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 5,6% dan sektor jasa-jasa sebesar 4,8%). Secara keseluruhan sektor tersier ini menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi adalah sebesar 14,6%.

Arah pertumbuhan ekonomi Jambi dapat juga dikatakan sudah berada pada jalur yang benar (on the track)karena sumber pertumbuhan sebelumnya adalah sektor primer (pertanian dan pertambangan & penggalian) ternyata bergeser ke sektor sekunder (sektor kontruksi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 36,44%. Arah pertumbuhan ini dinyatakan benar karena provinsi Jambi adalah provinsi yang kaya dengan kekayaan alam (sektor pertanian dan pertambangan dengan sumbangan sebesar 9,14%) yang selama ini dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jambi, ternyata mampu ditingkatkan nilai tambahnya melalui sektor sekundernya (sektor kontruksi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran). Namun masih belum kompak dengan sektor industri pengolahan sektor industri pengolahan  memberikan andil negatif (-0,16%).

Pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi dapat juga dilihat dari pertumbuhan PDRB sisi penggunaan, bahwa hampir seluruh komponen penggunaan pada Triwulan III 2013 meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q) kecuali komponen perubahan stok. Peningkatan terbesar terjadi pada ekspor barang dan jasa sebesar 2,93 persen, kemudian pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 2,45 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012 (y-on-y), pertumbuhan terbesar terjadi pada komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 11,94 persen; kemudian komponen ekspor barang dan jasa meningkat sebesar 10,34 persen. Pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi secara kumulatif (c-to-c) terutama didorong oleh PMTB yang tumbuh sebesar 16,19 persen, perubahan stok 11,31 persen dan konsumsi lembaga swasta nirlaba 7,66 persen.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan disembilan kabupaten di Provinsi Jambi padaDesember 2012, NTP Provinsi Jambi turun sebesar 0,46 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu dari91,06menjadi 90,64 pada Desember 2012. NTP Provinsi Jambi tahun 2013 tidak lebih baik dari tahun 2012. Ini terlihat bahwa NTP bulan Oktober 2013 sebesar 88,11 persen turun menjai 87,50% pada bulan November 2013. Hal ini disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian lebih kecildari indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksipertanian. Secara teoritis disebutkan bahwa bila NTP di bawah 100% menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima oleh petani lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran mereka (dikategorikan belum sejahtera).

Ada beberapa indikasi dari angka capaian NTP tersebut: (1). Harga-harga input produksi ditingkat petani lebih mahal, bisa saja disebabkan oleh rantai distribusi yang bermasalah, misalnya kebutuhan input produksi tidak tersedia tepat waktu sehingga petani terpaksa membeli dengan harga pasar dan tidak mendapat harga subsidi pemerintah; (2). Atau mungkin saja petani memang tidak mendapat bantuan (subsidi) dari pemerintah pusat atau daerah sehingga indeks harga barang dan jasa yang dikonsumi oleh petani lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga hasil pertanian; (3). Kualitas input yang dibeli tidak baik atau petani terpaksa harus mengadakan sendiri input pertanian dengan kualitas seadanya sehingga produktivitas input jauh lebih rendah dibandingkan dengan input standar atau tingkat capaian yang di provinsi-provinsi lain.

Menghadapi tahun 2014 dan seterusnya, ekonomi Jambi akan dipengaruhi oleh situasi panas kondisi politik nasional dengan adanya pemilu legislatif dan suksesi kepemimpinan nasional, ekonomi Jambi juga sangat terpengaruh oleh memanasnya suhu politik di daerah yaitu adanya suksesi kepemimpinan di provinsi Jambi. Dalam kondisi internal da eksternal yang kurang mendukung tersebut, sumberdaya pembangunan seperti sumberdaya alam yang tersedia di daerah ini belum dimanfaatkan secara optimal, hasil sumberdaya alam yang sudah diekploitasi seperti hutan dan sektor pertambangan, dan lainnya tidak diinvestasikan kembali di daerah yang bersangkutan akbibatnya daerah yang sudah dieksploitasi tidak mendapat rehabilitasi lahan atau pengganti nilai sumberdaya yang hilang. Kondisi seperti ini disebut dengan ‘investasi dibawa lari – capital flight’ ke luar daerah provinsi Jambi, sehingga menyebabkan sumber daya alam terkikis habis oleh segelintir orang namun rakyat daerah secara keseluruhan mendapatkan manfaat yangkecil sekali. Hutan menjadi gundul, sumberdaya alam terdegredasi berat, tekanan masyarakat terhadap sumberdaya alam dan sektor primeryang selama ini mulai menurun ketergantungannya akan meningkat kembali.Kalau kemunginan ini tidak diantisipasi dan dikelola dengan baik maka ekspoloitasi secara illegal akan meningkat kembali.

Dengan demikian konsekuensi yang perlu dibaca dibalik angka-angka indikator makro ekonomi yang bagus belum tentu berimbas pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Artinya kualitas tingkat pertumbuhan ekonomi perlu menjadi perhatian. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ditandai dengan menurunnya rumah tangga miskin, mengecilnya angka pengangguran, terciptanya lapangan pekerjaan yang memadai atau melebihi dari tingkat pertumbuhan pencari kerja, kualitas lingkungan terjaga dan ekplotasi sumber daya alam berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih besar bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang. Oleh sebab itu pelaku ekonomi lemah khususnya ekonomi rakyah (UMKM misalnya) perlu menjadi perhatian serius ditengah semarak berkembangannya pasar-pasar swalayan. Pasar-pasar tradisional harus diperkuat dan akses pelaku-pelaku UMKN terhadap modal dan pasar perlu menjadi fokus perhatian. Antara kedua wadah ekonomi ini harus sinergi, saling mengisi dan tidak saling mematikan.

Secara keseluruhan ekonomi daerah Jambi mampu berkembang secara baik walaupun kondisi sumberdaya alam masih belum terolah secara optimum. Bersamaan dengan itu tingkat pendapatan masyarakat secara absolut meningkat seperti yang ditunjukan oleh angka PDRB provinsi berdasarkan harga berlaku bergerak naik secara terus menerus, jika pada tahun 2012 jumlah berjumlah Rp72.554.165juta, diprediksi naik menjadi Rp.84.255.230juta tahun 2013 atua terjadi pertumbuhan sebesar 16,13%.Demikian pula pendapatan per kapita penduduk Jambi terjadi peningkatan yang cukup berarti walaupun di bawah pendapatan per kapita nasional. PDRB per kapita provinsi Jambi 2012 adalah sebesar US$ 2.592,6 diperkirakan meningkat menjadi sebesar US$ 2.632,6 pada triwulan III tahun 2013, ini berada di bawah rata-rata nasional sebesar US$ 4.000 untuk triwulan III tahun 2013. Walaupun demikian dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, rata-rata di atas 7,5% per tehunnya dan jauh di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,83% tahun 2013 diharapkan terjadi percepatan peningkatan PDRB per kapita tahun-tahun berikutnya.

Sebagai kesimpulannya, baha berdasarkan beberapa indikator di atas terlihat bahwa perekonomian Provinsi Jambi memperlihatkan indikasi perbaikan walaupun kondisi nasional yang juga mengalami pertumbuhan yang melambat. Oleh sebab itu orientasi dan program pembangunan tahun 2014 harus dicermati secara dalam dan detail karenaakan menghadapi banyak tantangan di tahun politik ini. Ini sangat tergantung pada pelaku-pelaku pembangunan yang ada di daerah. Pembangunan yang dimaksud tentunya merupakan kerjasama yang sinergis dan harmonis antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang ada dalam wilayah Provinsi Jambi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: