>

Kemenkeu : Elpiji Bisa Naik Kapan Saja

Kemenkeu : Elpiji Bisa Naik Kapan Saja

JAKARTA - Tidak seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang menyulut inflasi, kenaikan harga Elpiji tabung ukuran 12 kilogram (Kg) rupanya tidak begitu berdampak besar pada inflasi.

Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, dengan asumsi kenaikan harga Rp 3.959 per Kg, dampak inflasinya sepanjang tahun 2014 paling tinggi hanya 0,3 persen. Maka, dengan revisi kenaikan menjadi hanya Rp 1.000 per Kg, dampak inflasi menjadi jauh lebih kecil. “Karena dampak inflasinya kecil, maka Elpiji bisa naik kapan saja,” ujarnya kemarin (7/1).

Dalam hal ini, Bambang membandingkan dengan kenaikan harga BBM bersubsidi yang harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena dampak inflasinya yang sangat tinggi. Karena itu, dari kacamata ekonomi makro, kenaikan harga Elpiji 12 Kg tidak akan berdampak pada ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Sebelumnya, pernyataan senada juga disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Menurut kalkulasi BI, kenaikan Elpiji tabung 12 Kg sebesar Rp 3.959 per Kg sebagaimana keputusan awal Pertamina, hanya akan memberi kontribusi sebesar 0,13 persen pada tahun ini. “Dampaknya (pada inflasi) memang tidak terlalu besar, beda dengan BBM,” katanya.

Karena itu, lanjut dia, seandainya Pertamina tetap memberlakukan kenaikan harga Elpiji Rp 3.959 per Kg pun, tidak akan berpengaruh pada target inflasi tahunan yang ditetapkan BI, yakni 4,5 plus minus 1 persen. “Kami confidence (percaya diri) inflasi bisa dijaga di level itu,” ucapnya.

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, BPS akan mencermati dampak kenaikan harga Elpiji 12 Kg pada inflasi Januari ini. Namun demikian, dia menyatakan jika Bulan Desember dan Januari adalah periode musiman inflasi tinggi. “Kita tentu berharap inflasi Januari ini tidak beda jauh dengan inflasi Desember lalu (0,55 persen),” ujarnya.

Tapi, bagaimana jika terjadi dampak lanjutan, seperti migrasi atau perpindahan konsumen dari Elpiji 12 Kg ke Elpiji subsidi 3 Kg\" Menurut Bambang Brodjonegoro, migrasi memang mungkin saja terjadi, namun tidak terjadi dalam jumlah besar. “Untuk konsumen menengah atas, migrasi itu tidak gampang juga karena sudah terbiasa dengan 12 Kg,” ujarnya.

Apalagi, lanjut dia, setelah kenaikan direvisi menjadi hanya Rp 1.000 per Kg, potensi migrasi dari konsumen Elpiji 12 Kg ke Elpiji tabung 3 Kg akan makin kecil kemungkinan terjadinya. “Sebab, selisihnya tidak signifikan,” katanya.

(owi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: