>

Migas Tambah Produksi 194,1 Ribu Bph

Migas Tambah Produksi 194,1 Ribu Bph

JAKARTA - Kinerja sektor minyak dan gas bumi (migas) Indonesia terus digenjot. Salah satunya dengan merealisasikan proyek-proyek yang menghasilkan sumber baru. Tahun ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat ada 13 proyek yang ditargetkan memasuki tahap produksi.

            Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan, total proyek tersebut bakal memberi tambahan produksi 194,1 ribu barel per hari (bph) minyak dan 954 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas. Proyek yang diperkirakan paling cepat terealisasi adalah Sisi Nubi 2B. Sumur yang berada di Blok Mahakam itu ditargetkan berproduksi 350 mmscfd pada kuartal pertama 2014.

       Tiga proyek yang sebelumnya ditargetkan produksi 2013 juga mulai berproduksi kuartal pertama 2014. Yakni Lapangan Ridho dengan kontraktor Odira Energy Karang Agung yang bakal berproduksi 1.200 barel minyak per hari. Kemudian Lapangan Gundih yang dikembangkan Pertamina EP dengan produksi 50 mmscfd gas dan 600 bph minyak. \"Terakhir proyek Bayan A dengan kontraktor Manhattan Kalimantan Investment. Itu diperkirakan berproduksi 15 mmscfd gas dan 250 bph minyak,\" ujarnya di Jakarta kemarin (7/1).

            Selain itu, masih ada beberapa proyek yang diproyeksi menyemburkan minyak pada semester kedua. Misalnya pengembangan lapangan migas Senoro. Proyek tersebut direncanakan selesai kuartal tiga 2014. Operator JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi itu menargetkan produksi mencapai 8 mmscfd gas dan 250 bph minyak.

            Meski begitu, Elan menyebut ada beberapa proyek yang bisa meleset. Misalnya proyek lapangan Bukit Tua di Blok Ketapang 2. Proyek yang dilakukan Petronas Carigali itu diakui bakal menghasilkan pasokan yang cukup besar, yakni 70 mmscfd gas dan 20 ribu bph minyak pada kuartal empat. Namun, proyek tersebut masih terkendala proses negosiasi harga gas dan perubahan calon pembeli.

            \"Jika ada yang terlambat, besaran lifting tahun ini akan terpengaruh. Misalnya, proyek Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu. Proyek dari MCL (Mobil Cepu Ltd) ini masih ada masalah sosial ekonomi dan keterlambatan proses rekayasa. Akhirnya harus mundur dari Juli menjadi Novermber. Padahal proyek ini strategis dengan produksi puncak 165 ribu bph. Khawatirnya ternyata harus mundur lagi,\" ungkapnya.

            Proyek terakhir yang dikhawatirkan terkendala adalah lapangan Muriah di Blok Kepodang. Proyek di blok yang ditangani Petronas itu masih belum mendapatkan kepastian apakah bisa terealisasikan tahun ini. Namun, kendalanya bukan dari sisi produksi. Melainkan infrastruktur hilir berupa pipa untuk menyalurkan produksi 116 mmscfd gas. \"Padahal konstruksi fasilitas produksi di hulu akan selesai Oktober 2014,\" jelasnya.

            Menghadapi kendala tersebut, pihaknya bakal melakukan pengawasan secara intensif. Sebab, proyeksi produksi Indonesia dengan tambahan 13 proyek baru saja masih belum memuaskan. Total produksi rata-rata pada 2014 sesuai WP&B (working program and budget) dari KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) hanya mencentak angka 804 ribu bph minyak. Itu turun 2,5 persen dibandingkan realisasi produksi minyak 2013 sebesar 825 ribu bph.

            \"Ya karena memang decline rate (rasio penurunan) di Indonesia cukup tinggi. Pada keadaan normal, angkanya sudah 21 persen. Kalau melihat dari produksi sekitar 800 ribu, artinya setiap tahun bisa kehilangan 160 ribu bph. Itulah kenapa kami ada work over dan lain-lain. Untuk menjaga produksinya,\" jelasnya.

(bil/oki)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: