Petani Tebu Rugi Rp 5 Miliar
SURABAYA-Sepanjang musim giling 2013 lalu, petani tebu mengalami kerugian hingga Rp 5 miliar. Kerugian tersebut karena rendemen yang merosot dan harga gula tender yang terbentuk rendah. Diyakini, kalau kondisi yang sama terjadi pada musim giling pertengahan tahun nanti, maka petani menyatakan enggan menanam tebu.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Soemitro Samadikoen mengatakan perkiraan rata-rata rendemen gula petani pada musim giling lalu tidak lebih dari 6 persen. Bahkan, ada gula yang rendemennya jatuh hingga hanya 3,5 persen. Rendemen itu turun dari sebelumnya rata-rata 7 persen.
\"Nah dengan penurunan rendemen satu poin, sedangkan total luas lahan petani 220 ribu hektare. Berdasar perhitungan kami, tiap satu hektare dengan asumsi terdapat 100 ton tebu, penurunan rendemen satu poin setara dengan kehilangan gula sebanyak satu ton. Jadi, akibat rendemen saja, kami rugi Rp 2 triliun,\" katanya kemarin (7/1).
Tak hanya itu, harga gula lelang yang jatuh di kisaran Rp 9.000 per kg juga membuat petani kehilangan pendapatan. Diperkirakan total gula yang dihasilkan APTRI 2013 lalu sebanyak 1 juta ton. Padahal, dengan berbagai perhitungan biaya-biaya seperti tebang angkut dan lain-lain, harga gula semestinya Rp 12.000 per kg. \"Nah dari harga, kami kehilangan sekitar Rp 3 triliun, sehingga total bisa Rp 5 triliun,\" urainya.
Menurut ia, rendahnya harga gula salah satunya diakibatkan maraknya peredaran gula rafinasi sebagai gula konsumsi. Padahal rafinasi yang berbahan baku raw sugar itu ditujukan untuk industri makanan minuman. \"Di Jatim tidak signifikan karena memang surplus gula kristal putih, tapi di daerah lain seperti Jateng, Jabar dan provinsi lain seperti Kalimantan didominasi oleh rafinasi,\" jelasnya.
Ketua DPD RNI I APTRI Jatim Slamet menambahkan harga gula yang rendah membuat gula milik petani tertahan di gudang. Bahkan di gudang beberapa PG penuh dengan timbunan gula kristal putih. \"Kondisi tersebut ditambah dengan perolehan gula petani dari PG yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Jadi disepakati petani mendapatkan bagian 4,4 persen tapi yang terjadi di bawah itu,\" katanya.
Selain itu, lanjut dia, pabrik gula cenderung memprioritaskan bahan baku dari tebu rakyat bebas. Banyak tebu petani mitra binaan yang mendapat giliran giling terakhir. \"Kalau kondisi yang sama juga terjadi pada musim giling tahun ini, kami pastikan pada 2015 nanti jumlah petani yang menanam tebu makin tergerus,\" tandas dia.
(res)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: