>

KRI Tetap Bernama Usman Harun

 KRI Tetap Bernama Usman Harun

      Namun, ada yang perlu digaris bawahi. Ketegangan yang terjadi di level pemerintah ini diharapkan tidak semakin meluas di kalangan rakyat kedua negara. \"Pemerintah Indonesia perlu melokalisir agar permasalahan ini tidak merembet menjadi ketegangan antar rakyat, melalui sosial media. Juga ketegangan ini diharapkan tidak menganggu hubungan ekonomi kedua negara,\" jelasnya.

      Sementara itu, pihak istana menyesalkan pemerintah Singapura yang dinilai berlebihan dalam menyikapi kasus KRI Usman Harun. Sebab, selama ini hubungan diplomatic kedua negara cukup baik. Bahkan, kedua negara telah sepakat untuk mengubur luka masa lalu terkait peristiwa pemboman di Orchad, Singapura oleh dua pahlawan nasional tersebut.

        \"Saat tabur bunga oleh PM Lee Kuan Yeuw (di makam kedua pahlawan nasional tersebut, kita sudah melihat bahwa sudah ada penyelesaikan atas masalah yang terjadi di masa lalu. Bagaimana kita melihat sejarah di masa lalu dan bagaimana kita menata hubungan bilateral. Seyogyanya kita berangkat dari suasana hubungan baik yang telah kita bangun,\"papar Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, di Komplek Istana Kepresidenan, kemarin.

      Faizasyah menuturkan, untuk mengatasi persoalan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menugaskan Menkopolhukam Djoko Suyanto. Namun, dia menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan mengganti nama kapal perang tersebut, hanya karena pihak Singapura merasa keberatan. Menyoal pembatalan pertemuan diplomatik antara Panglima TNI Moeldoko dan Panglima Militer, Faizasyah memaparkan hal tersebut merupakan bentuk dari persoalan yang melebar. Pihaknya pun menyesalkan pemerintah Singapura yang tidak mempertimbangkan hubungan baik kedua negara yang telah terjalin sekian lama.

      \"Jadi mengenai pembatalan partisipasi kita, itu adalah bentuk perluasan dari masalah. Kita sudah tegas dalam sikap kita. Tentunya pihak Singapura juga harus menimbang-nimbang prospek ke depan dari suatu kondisi yang tidak menguntungkan dalam masalah ini. Kita sudah membangun persahabatan ke ASEAN, bilateral juga baik, janganlah kemudian hal-hal seperti ini melihat kembali ke masa lalu yang sebenarnya sudah selesai,\"paparnya.

     

Indonesia Tetap Undang Singapura di Sail Raja Ampat

Kebijakan pemerintah Singapura menarik undangan Singapore Airshow 2014 untuk Panglima TNI Jenderal Moeldoko, tidak membuat hubungan kedua negara renggang. Setidaknya Indonesia masih mengakui Singapura sebagai tetangga dan sahabat, dengan mengundang sebagai tamu dalam even Sail Raja Ampat 12 Juni mendatang.

 Sail Raja Ampat merupakan kelanjutan dari even sail-sail yang sudah digelar rutin setiap kalinya. Para periode sebelumnya, digelar Sail Komodo (2013), Sail Morotai (2012), dan Sail Wakatobi (2011). Kemudian sebelumnya juga ada Sail Banda (2010) dan Sail Bunaken (2009). Dalam even reli kapal layar tersebut, biasanya diisi parade kapal perang dari negara-negara sahabat.

 \"Dalam Sail Raja Ampat 2014 ini, panitia tetap mengundang Singapura untuk mengirim kapal perangnya,\" kata Menko Kesra Agung Laksono usai rapat koordinasi tingkat menteri Sail Raja Ampat 2014 di kantornya kemarin. Tetapi apakah pihak Singapura akan menerima undangan itu dengan mengirim delegasi kapal perangnya, Agung tidak bisa memastikannya. Dia menyebutkan kewenangan itu ada internal pemerintah Singapura.

 Militer Singapura pernah ikut serta dalam Sail Bunaken 2009 silam. Saat ini Singapura mengirim kapal RSS Tenacious \" 71. Kapal ini dikomandani oleh Lieutenant Commander Tung Kong Seng. Kapal berjenis Fregat ini berisi sepuluh perwira dan 70 orang anak buah kapal (ABK).

 Selain dari Singapura, Sail Bunaken 2009 juga dimeriahkan kehadiran kapal perang dari Malaysia yakni KD Kedah \" 171 dan KLD Tunas Samudera. Sedangkan dari Amerika Serikat diantaranya mendatangkan kapal USS George Washington \" CVN 73, US Copens \" CG 63,  dan USS McCampbell \" DDG 85. Kemudian dari Australia mendatangkan kapal HMAS Darwin \" FFG 04, HMAS Leeuwin \" A245, dan Coast Guard Triton.

 Agung menuturkan dalam gelaran Sail Raja Ampat ini, Indonesia tetap mengundang negara tetangga dan sahabat. \"Tidak hanya Singapura. Kita juga mengundang Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat,\" ujarnya.

 Menurutnya polemik tentang sikap Singapura terkait penamanaan KRI Usman Harun belum sampai mengganggu hubungan diplomatik kedua negara. Buktinya sampai kemarin Agung menuturkan, kondisi kedua negara yang berdekatan tetap stabil. Meskipun dalam perkembangannya, pihak Singapura memantik api lebih dulu dengan membatalkan undangan untuk petinggi militer Indonesia.

 Agung menjelaskan sampai saat ini rincian atau daftar semi kapal-kapal perang yang akan ikut dalam Sail Raja Ampat belum dirilis. Termasuk kapal-kapal perang dari Indonesia sendiri. Dia juga mengatakan, pihak TNI belum mengkonfirmasi apakah KRI Usman Harun sudah selesai pengerjaannya dan bisa dipakai dalam even Sail Raja Ampat nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: