>

BUMN Genjot Produksi Gula

BUMN Genjot  Produksi Gula

SURABAYA-Turunnya produksi akibat anomali cuaca pada tahun lalu membuat BUMN gula lebih waspada mengantisipasi kondisi yang sama tahun ini. Tahun lalu realisasi produksi gula hanya 1,5 juta ton. Sedangkan tahun ini BUMN gula se-Indonesia menargetkan produksi 1,8 juta ton atau naik 20 persen dibandingkan musim giling 2013.

       Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, produksi gula pada 2013 jauh lebih rendah dibandingkan 2012. Ketika memasuki musim giling, hujan datang berkepanjangan sehingga budidaya tebu tidak bisa maksimal. Kendala muncul saat proses tebang. Selain itu, petani makin sulit mendapatkan tebu yang baik yang berpengaruh terhadap rendemen. Berkaca dari pengalaman itu, semestinya pabrik gula lebih siap menghadapi musim giling tahun ini.

       \"Hari ini kita fokus mengenai yang terjadi pada 2014. Bagaimana juga produksi 2014 harus lebih tinggi,\" katanya di sela Rapat Koordinasi BUMN Gula: Evaluasi Giling 213 dan Persiapan 2014 di Surabaya kemarin (13/2). Sepanjang 2013, produksi gula mencapai 2,5 juta ton. Sekitar 1,5 juta ton di antaranya merupakan produksi BUMN. Sedangkan penyumbang terbesar produksi gula nasional pada 2013 adalah PTPN X dengan realisasi produksi 485.000 ton.

       Dahlan meyakini, berbagai perbaikan dan antisipasi yang dilakukan bisa membuat pabrik gula lebih siap menghadapi segala kemungkinan pada 2014. Misalnya dari sisi varietas. Dengan demikian, produksi gula hingga akhir musim giling 2014 bisa meningkat. \"Tahun ini kalau bisa kembali seperti capaian 2012, minimal total 1,8 juta ton,\" ujarnya.

       Dia juga menyinggung mengenai peredaran gula rafinasi yang membanjiri pasar konsumsi. Menurut Dahlan, pengaturan gula rafinasi harus ditata ulang. Sebab kalau dibiarkan, berpotensi menurunkan minat petani menanam tebu. \"Kalau tidak diatur, semangat petani menanam tebu dan meningkatkan produksi gula bakal terganggu,\" tandasnya.

       Dirut PTPN X Subiyono mengatakan, salah satu poin krusial dalam rakor BUMN gula adalah dorongan untuk melakukan mekanisasi pertanian dan pengaturan pola tanam yang disiplin. \"Pola tanam masa awal, tengah, akhir harus ketat. Biar bahan baku tebu memenuhi syarat manis, bersih, segar (MBS),\" kata Subiyono yang juga ketua umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) tersebut.

       Dia menambahkan, pabrik gula juga harus makin efisien agar bisa menekan biaya pokok produksi, sehingga petani dan PG sama-sama untung. Secara sederhana, efisiensi proses produksi mudah diukur dari kemampuan pabrik dalam menghasilkan ampas yang merupakan limbah padat tebu.

       Deputi Bidang Industri Primer Kementerian BUMN Muhammad Zamkhani mengatakan, fokus tahun ini antara lain penataan varietas dengan penyediaan bibit. Kemudian penggunaan pupuk organik dan penerapan mekanisasi.

(res/oki)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: