Transplantasi Hati Ayah ke Anak Dimulai

Transplantasi Hati Ayah ke Anak Dimulai

Pertama di Indonesia, Berlangsung 14 Jam Lebih

BOGOR - Pertama kalinya operasi transplantasi hati di lakukan di tanah air. Muhammad Sayid Hafidz berhasil menjalani proses transplantasi hati di RS Pertamedika Sentul City kemarin siang pukul 11.00. 

          Bocah delapan tahun asal Bekasi itu sebelumnya didiagnose menderita Syndrome Allagile Pro Transplantasi Liver sejak lahir. Syndrome Alagille (SA) adalah kelainan genetik atau turunan dan dialami oleh 1 dari 70.000 -100.000 bayi yang lahir hidup. Di negara maju, sindrom ini penyebab kedua terbanyak bayi kuning. Penyakit ini melibatkan berbagai organ seperti ginjal, hati, dan jantung sehingga gejalanya sangat bervariasi.

    Direktur RS Pertamedika Sentul City, dr Kamelia Faisal, MARS mengatakan, sebelum operasi cangkok hati, saat usia 11 bulan Hafidz telah menjalani operasi pertamanya yaitu, operasi bedah jantung meskipun pada akhirnya tidak berjalan mulus. Dan tahun lalu, kondisi fungsi hati Hafidz semakin memburuk dan hanya memiliki satu solusi, yaitu transplantasi hati.

    Menurut Kamelia, Ayah Hafidz, Sugeng Kartika, memiliki golongan darah A  dan siap mendonorkan sebagian organ hati kepada putra sulungnya. Biaya operasi yang tidak murah, membuat Sugeng terus berusaha untuk mencari donasi selama delapan tahun terakhir. RS Harapan Kita, RSCM, dan beberapa RS lain turut membantu pengobatan Hafidz, serta beberapa pihak pemerintah maupun swasta.

    Setelah dana terkumpul Rp 1,6 miliar, maka dilaksanakanlah segera proses operasi Sugeng dan Hafidz yang dilakukan hampir bersamaan. Operasi diperkirakan akan memakan waktu sekitar 18 jam dan ditangani langsung oleh Prof. Koichi Tanaka, seorang ahli transplantasi hati dunia. Alih teknologi ini sekaligus sebagai proses belajar langsung tim dokter Indonesia. Tim dokter yang turut membantu diantaranya dari RS Pertamedika sentul City, RSUD dr Soetomo Surabaya, RS Hasan Sadikin Bandung, dan  Kobe International Frontier Medical Center (KIFMEC) Japan.

    Lebih lanjut Kamelia menjelaskan,  tim operasi transplantasi hati ini terdiri atas beberapa tenaga ahli medis yaitu ahli cangkok hati dari Jepang yang mensupervisi alih teknologi secara langsung (Prof. Koichi Tanaka dan Prof. Azuma), ahli bedah digestive, ahli bedah anak, ahli bedah vaskuler, ahli bedah, ahli anastesi, dan juga para tim keperawatan serta kelengkapan medis. \"Tim ini juga didukung oleh dokter anak, dokter jantung, dokter radiology, dokter penyakit dalam, dokter patologi, dokter umum yang berperan dalam menangani pra dan pascatransplantasi,\" katanya.

     Banyak dari dokter dalam tim ini juga sudah memiliki pengalaman dalam operasi cangkok hati sebelumnya. Oleh karena itu, operasi diputuskan untuk dilaksanakan. \"Liver Transplant ini sebuah prosedur yang sangat rumit dan memiliki resiko yang tidak kecil.\" ucap Kamelia..

    DR. Dany Amrul Ichdan, SE., MSc selaku Presiden Direktur PT. Pertamedika Sentul menyatakan, pihaknya tidak hanya berharap akan kesembuhan Hafidz saja, tapi juga akan ada solusi bagi masyarakat Indonesia yang memerlukan cangkok hati. Hafidz sebagai pasien pertamanya di tanah air memiliki kesempatan berhasil sebesar 70 persen.

    Sebelum berjalannya operasi ini, tim ahli telah melakukan evaluasi dan observasi sejak September 2013. Beberapa prosedur yang harus Hafidz jalankan pascaoperasi, diantaranya perawatan intensif di ICU selama kurang lebih seminggu untuk proses pertumbuhan dari hati yang baru. Setelah itu, Hafidz harus terbaring di rumah sakit selama satu bulan dengan perawatan steril, karena sistem kekebalan tubuh yang minim dan  masih harus beradaptasi.

    Dalam kurun waktu enam bulan, Hafidz harus menjalani pemeriksaan rutin setiap bulan. Pascaoperasi, Hafidz juga akan menjalankan proses perbaikan tulang. Dari pantauan Jawa Pos di RS Pertamedika Sentul City hingga pukul 22.30 tadi malam, proses operasi transplantasi hati hafidz belum juga usai. 

    Kamelia menuturkan, akan ada tambahan waktu selama dua jam lagi untuk menyambung saluran empedu. Karena empedunya sendiri sudah mengalami kerusakan sehingga empedu pendonor dan penerima donor diambil dan tidak lagi difungsikan. Maka proses pembuangan empedu kedua pasien tersebut dilakukan dengan menyambung saluran empedu dengan usus halus.

(nuq/swn/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: