Perpustakaan Pemerintah Wajib Sediakan Format Digital

Perpustakaan Pemerintah Wajib Sediakan Format Digital

JAKARTA -  Perkembangan bidang keperpustakaan di Indonesia belum menunjukkan laju menggemberikan. Tren digitalisasi perpustakaan masih terbatas di 34 perpustakaan umum di 16 provinsi. Selain tetap menyediakan koleksi konvensional, perpustakaan diminta untuk memberikan layanan dalam bentuk digital.

 Kepala Humas Perpustakaan Nasoional (Perpusnas) Agus Sutoyo menuturkan, banyak sekali manfaat dari penerapan perkembangan teknologi untuk urusan keperpustakaan itu. Selain bisa menambah ketertarikan masyarakat berkunjung ke perpustakaan, juga bisa mempermudah mencari koleksi yang diinginkan.

 Sekarang sudah ada kebijakan, bahwa setiap perputakaan umum di provinsi maupun kabupaten dan kota, wajib menjalankan layanan digital. Digitalisasi perpustakaan umum ini akan terus digenjot dalam program

 \"Untuk itu perlu didorong supaya pengelola perpustakaan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan infrastrukturnya,\" katanya di program pelatihan perpustakaan digital oleh Coca-Cola Foundation Indonesia dan Bill & Melinda Gates Foundation. Pelatihan oleh dua yayasan itu telah menyasar 5.000 pengguna perpustakaan di seluruh Indonesia.

 Agus mencontohkan perkembangan digitalisasi perpustakaan terus berkembang hingga saat ini. Dia mengatakan koleksi perbukuan di Perpusnas saat ini mencapai 2,5 juta koleksi. Dari seluruh koleksi itu, baru ada 4.000 judul buku yang sudah disalin dalam bentuk e-Book.

 Ia menuturkan minimnya jumlah buku yang disalin ke format digital itu terkait dengan hak cipta. \"Ada kalanya penulis atau penerbit buku tidak memberikan izin untuk disalin dalam bentuk e-Book,\" kata dia. Meskipun begitu, upaya untuk digitalisasi koleksi perpustakaan akan terus ditingkatkan.

 Selain bisa meningkatkan minat kunjungan ke perpustakaan dan mempermudah pencarian koleksi, Agus menjelaskan digitalisasi buku perpustakaan bisa menjaga kelestarian peninggalan kuno. Dia mengatakan dari 2,5 juta koleksi Perpusnas, merupakan buku mulai dari abad 2, 6, 8, dan 12. Dia menjelaskan koleksi-koleksi kuno itu menjadi primadona dunia saat ini.

(wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: