>

ISPA Tembus 32 Ribu Kasus

ISPA Tembus 32 Ribu Kasus

Kabut Asap di Jambi Kian Pekat

JAMBI-Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Provinsi Jambi, paska terjadinya kabut asap, kian menggila. Informasi yang berhasil dihimpun koran ini, penderita ISPA di Provinsi Jambi sudah menembus angka 32 ribu kasus (selengkapnya lihat grafis).

                Kasus terbanyak ditemukan di Kota Jambi. Dalam kurun waktu Januari-Maret 2014  ini, jumlah penderita sudah mencapi angka 11.880 kasus. Terjadi peningkatan sekitar 58 persen.

‘’Dari data yang ada pada bulan Januari,  tercatat 7.619 kasus, sedangkan dari  Februari hingga awal Maret kasus ISPA sudah mencapai 11.880 kasus. Jadi kenaikannya dibanding bulan kemarin mencapai 4.261 kasus,’’ jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi Polisman Sitanggang.

Lebih lanjut, mengenai peningkatan kasus ISPA ini, ia menjelaskan, Dinkes akan mengambil langkah antisipasi.

\"Kita dalam waktu dekat ini akan upayakan pemberian masker kepada warga terutama sekolah-sekolah,\" terang Polisman. 

Namun terkait hal tersebut, Polisman menjelaskan, akan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan Wakil Walikota Jambi. Dinkes sendiri, akan menyebarkan sekitar 50 ribu masker untuk warga Kota Jambi.

\"Namun kita berharap, masyarakat sendiri juga melakukan upaya antisipasi terlebih dahulu apalagi dengan kondisi yang tidak menentu saat ini. Dengan begitu, kita berharap ISPA semakin berkurang,\" jelasnya.

Dikhawatirkannya, dengan kabut tebal yang saat ini masih menyelimuti Kota Jambi, kasus ISPA bisa saja akan mengalami peningkatan kedepannya.
                Di bagian, lain, kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi kian pekat dan terasa perih di mata. Namun sayangnya, berapa kadar kesehatan udara saat ini belum diketahui. Pasalnya, alat pengukur kadar ISPU milik Pemprov Jambi mengalami kerusakan sejak akhir 2013 lalu. Rosmeli, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi membenarkan hal ini.

                Dia mengatakan, alat pengukur ISPU sudah rusk sejak Desember lalu. Sehingga, pihaknya tak bisa melakukan pendataan kepekatan kabut asap saat ini dan dampaknya bagi kesehatan.

“Alat pengukur ISPU kita itu rusak sejak Desember, jadi kita tak bisa melakukan pengukuran. Kemarin sudah datang tekhnisi dari Singapura, namunalat itu rupanya rusak berat,” katanya.

                Oleh karenanya, tekhnisi itu sendiri belum bisa memperbaikinya. Hanya saja, menurutya, pihak BLHD tetap melakukan upaya pengukuran kadar ISPU. “Jadi kita lakukan secara manual. Jadi ada alat manual kita. Kalau yang alat dari Singapura itu kan bisa baca sendiri, jadi otomatis. Begitu arah angin masuk maka sudah keluar data,” ujarnya.

                Hanya saja, dengan alat manual ini, memang proses pengukuran ISPU lebih memakan waktu. “Jadi datanya harus masuk dulu. Alat manual itu harus ditungguin, tidak bisa ditinggal dan hanya bisa dipasang pada siang hari. Itu hasilnya paling cepat dalam 2 hari,” sebutnya.

                Yang jelas, menurut dia, yang ikut diketahui saat ini adalah kadar kesehatan udara. “Pemasangan baru kita coba tadi.  Jadi kita tunggu hasilnya dalam 2 hari ke depan mudah-mudahan sudah ada hasilnya,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: