Kisah Tiga Pendekar Menebar Demam Pencak Silat ke Mancanegara

 Kisah Tiga Pendekar Menebar Demam Pencak Silat ke Mancanegara

Berkat Guru Indonesia Tebar Ilmu di Prancis, 15 Perguruan Silat Eksis

 Pencak silat adalah warisan budaya Indonesia. Tentu saja warisan itu harus dilestarikan sampai kapan pun. Dibutuhkan orang-orang yang tulus mencintai dan berdedikasi tinggi untuk melakukannya. Tiga pendekar ini mengabdikan hidup untuk melestarikan seni bela diri tradisional tersebut.

 

 JANESTI PRIYANDINI, Jakarta

 

 NAMA Cecep Arif Rahman, Yayan Ruhian, dan Very Tri Yulisman sudah tidak asing di dunia persilatan. Terutama Cecep dan Yayan. Mereka berdua bisa dibilang pendekar silatnya Indonesia. Telah menekuni silat selama puluhan tahun. Menjadi guru silat, mengajar hingga ke Benua Amerika dan Eropa.

 Untuk Yayan, nama dan wajahnya lebih familier karena dia bermain di film Merantau, The Raid, dan The Raid 2: Berandal. Di The Raid dia memerankan Mad Dog. Di sekuel terbaru dia memerankan Prakoso. 

 Meski sudah tenar, tiga jagoan silat tersebut tetap membumi. Penampilannya juga sederhana. Dalam ajaran pencak silat, kata mereka, tidak ada istilah siapa yang paling jago dan siapa yang paling pintar. Yang ujungnya untuk menyombongkan diri. \"Semua bela diri memiliki tujuan yang sama. Kalau kita pelajari, kita dalami, ujung-ujungnya adalah pendekatan kita terhadap Sang Pencipta,\" tutur Yayan ketika ditemui di kawasan Senayan akhir pekan lalu.

 Tiga laki-laki ini sudah saling kenal karena sama-sama menekuni pencak silat tradisional meskipun perguruan mereka berbeda. Cecep dari perguruan Panglipur Garut. Yayan dari Pencak Silat Tenaga Dasar Indonesia (PSTDI), dan Very dari perguruan Tiga Berantai. Banyak sekali ajang pencak silat yang mereka ikuti bersama perguruan masing-masing. Hingga mengikuti festival martial art di Prancis bareng. Namanya Bercy Festival des Arts Martiaux. Tempat berkumpulnya seni bela diri sedunia.

 Masing-masing memiliki jalan cerita berbeda hingga akhirnya menekuni silat. Kesamaannya adalah ketiganya berlatih sejak kecil. Hingga kemudian merasakan benar-benar mencintai olahraga ini. Jadi, dengan sendirinya mereka memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya. \"Sekarang dukungan pemerintah dan instansi terkait terhadap pencak silat cukup bagus. Tapi, kalau buat kami, pelaku silat tradisi, ada dukungan atau tidak, kami memiliki tanggung jawab secara pribadi,\" tegas Cecep.

 Cecep memiliki profesi lain sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dia adalah guru SDN 3 Tegalpanjang, Sucinaraja, Garut. Pada 2010 dia diangkat sebagai PNS setelah menjadi tenaga honorer sejak 2003. Dulu awal belajar silat, Cecep tertarik gara-gara seni di panggung. \"Kampung saya di Garut lingkungannya mendukung. Kalau ada acara hajatan, mereka suka nanggap kami untuk mengisi atraksi di pesta,\" ceritanya. Dari situ dia mulai bertemu dengan banyak guru silat. \"Makin saya belajar, makin saya merasa kurang,\" sambungnya.

 Saat lulus SPG pada 1991, karena ada kendala, Cecep tidak bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Dia menjadikan pencak silat sebagai pelampiasan. \"Lebih saya tekuni,\" ucap dia. Enam tahun kemudian, Cecep berkesempatan kuliah di Universitas Pakuan Bogor. Dia mengambil jurusan sastra Inggris karena ingin menguasai bahasa lain. Yang ternyata ilmu itu sangat berguna untuknya sekarang ini.

 Meski kuliah, silat tetap ditekuni. Pada 2003 dia menjadi guru honorer. \"Saya lebih mengajar ke silat waktu itu. Kalau sekarang, selain jadi guru kelas dan silat, saya mengajar bahasa Inggris. Juga jadi operator IT,\" terangnya. Sekarang semua administrasi SD sudah online. Kemampuan silat Cecep mulai dikenal orang. Selain itu, dengan mengikuti festival di Prancis, dia mendapatkan banyak kenalan orang asing yang menyukai pencak silat.

 Orang-orang di sana, ungkap Cecep dan Yayan, begitu bersemangat mempelajari pencak silat sehingga rela datang jauh ke Indonesia dan belajar hingga berbulan-bulan. \"Atau, waktu kami ikut festival, mereka meminta dua atau beberapa orang untuk ditinggal di sana,\" kata Yayan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: