Benda-Benda Bersejarah Jadi Besi Rongsokan yang Murah

 Benda-Benda Bersejarah Jadi Besi Rongsokan yang Murah

Menyusuri Kepingan Sejarah Perang Dunia II di Indonesia Timur (3-Habis)

 Bukan hanya Morotai yang menyimpan jejak Perang Dunia (PD) II di Indonesia Timur. Beberapa kawasan di Papua juga pernah menjadi kawasan pertempuran sekutu versus Jepang. Salah satu yang terkenal adalah Battle of  Biak. Di pulau itu petilasan-petilasan Jepang masih tersisa dengan kondisi apa adanya.

 

 GUNAWAN SUTANTO, Biak

 

 RINTIK hujan yang mengguyur Biak sejak malam (20/3) membasahi area wisata Gua Jepang. Hari masih pagi, aroma tanah yang tersiram air hujan rasanya klop untuk tetap bermalas-malasan. Namun, dari kejauhan saya melihat penjaga sekaligus pengelola tempat wisata bersejarah tersebut, Yusuf Rumaropen, sudah beraktivitas.

 Dia merawat dua anjingnya, lantas membersihkan ruangan yang difungsikan sebagai museum tempat memajang benda-benda peninggalan perang. Yusuf yang awalnya curiga dengan kedatangan saya lalu curhat tentang tempat yang dikelolanya secara swadaya sejak 1985 itu.

 \"Saya sudah banyak dibantu media memublikasikan tempat ini. Tapi, selama pemda seperti ini, diam saja, ya tempat ini tak akan berubah,\" ujarnya.

 Yusuf hanya berharap campur tangan pemerintah dalam perawatan dan penataan benda bersejarah yang dimiliki. Dia tak sedikit pun berpikir meminta gaji dari pengelolaan tempat wisata tersebut. \"Saya hanya bisa merawat semampu saya. Bupati juga sudah pernah ke sini, tapi juga hanya janji,\" ucapnya.

 Pemkab Biak Numfor memang sudah membangunkan sebuah museum tak jauh dari rumah Yusuf, namun hingga kini belum difungsikan. Kepala Dinas Pariwisata Biak yang semestinya menangani museum itu kini malah keburu dijebloskan ke tahanan karena terjerat kasus korupsi.

 Sembari mengisap rokok filter, lelaki yang juga kepala Desa Sumberker tersebut lantas bercerita tentang sejarah Gua Binsari yang berada di tanah ulayat itu. Menurut Yusuf, Jepang yang datang ke Papua sekitar 1943 melihat topografi Biak cocok sebagai tempat membangun strategi jaringan gua. \"Biak kan banyak karang, jadi banyak pula lubang yang bisa dijadikan tempat persembunyian,\" jelasnya.

 Sejak Jepang menguasai Biak, dalam catatan Yusuf, ada tujuh gua yang difungsikan sebagai persembunyian. Selain gua yang dikelola Yusuf, gua lainnya adalah yang berada di sekitar monumen PD II di Desa Paray, Gua Mambedo di Desa Kali Ruar, Gua Kinsus di Mandow, Gua Robuki di Mariendi, dan Gua Karbakar. Tapi, gua-gua itu mayoritas sudah tidak bisa diakses lagi karena lokasinya di tengah hutan dan tak terawat.

 Untuk menuju Gua Binsari, dibutuhkan perjalanan sekitar 20 menit dari Bandara Frans Kaisiepo. Begitu sampai di lokasi, pengunjung akan disambut gapura sederhana bertulisan Wisata Gua Jepang. Kalimat yang sama ditulis dalam huruf kanji.

 Begitu masuk gapura, pengunjung langsung menyaksikan onggokan bangkai senjata dan kendaraan tempur peninggalan Jepang maupun sekutu. Di antaranya berupa meriam, granat, senjata SMB 12,7, kerangka Jeep Willys, protolan pesawat yang jatuh tertembak, hingga botol minum yang biasa dibawa tentara saat perang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: