Geram dengan Citra Neraka dan Sarang Genderuwo

Geram dengan Citra Neraka dan Sarang Genderuwo

 Ella Ubaidi, Perempuan Motor Revitalisasi Stasiun Kereta Api di Indonesia

 Sejak 2009 PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan revitalisasi besar-besaran. Yang kasatmata, stasiun-stasiun kereta api kini tampak lebih elok, rapi, dan menarik. Adalah Ella Ubaidi sosok penting di balik proyek revitalisasi itu.

 AHMAD BAIDHOWI, Jakarta

 Tak bisa dimungkiri, stasiun-stasiun kereta api (KA) di Indonesia beberapa tahun lalu kumuh, kotor, semrawut, panas, bau pesing, banyak gelandangan dan preman, hingga angker. Kesannya seperti neraka dan sarang genderuwo.

 \"Padahal, stasiun-stasiun itu adalah mahakarya arsitektur termegah dan terindah di masanya,\" ujar Ella Ubaidi saat ditemui Jawa Pos seusai meeting di salah satu rumah makan di Jakarta Pusat Kamis pekan lalu (27/3).

 Sebagai aktivis konservasi bangunan dan benda cagar budaya, Ella selalu digelayuti rasa risau dan pedih tatkala melihat bangunan-bangunan stasiun tua tersebut dibiarkan tak terawat. Karena itu, bagai gayung bersambut, pada 2009 dia diajak Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan untuk membantu merevitalisasi bangunan stasiun-stasiun KA di berbagai kota. Ella dengan senang hati menerima ajakan tersebut.

 Berlatar belakang pendidikan bidang administrasi bisnis dan konservasi perkotaan di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), Ella memang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam program revitalisasi bangunan-bangunan tua. Apalagi, perempuan yang lahir dan besar di Jakarta itu pernah bekerja di district management untuk penataan kota lama di kawasan Pasadena, California, AS.

 Memang, pada masa kepemimpinan Jonan, PT KAI seolah melakukan revolusi besar-besaran. Mereka bertekad melakukan revitalisasi layanan kereta api di berbagai aspek. Mulai kemudahan pemesanan tiket, kepastian mendapat tempat duduk di kereta jarak jauh, pemasangan penyejuk udara (air conditioner) di semua gerbong kereta, hingga ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan.

 Karena itu, Ella menyambut baik program \"bersih-bersih\" stasiun yang dicanangkan Jonan tersebut. Ella yang didapuk sebagai kepala Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI lantas berfokus menangani pembenahan stasiun dan bangunan-bangunan yang terkait dengan kereta api.

 \"Tekad kami memberikan better services (pelayanan yang lebih baik) bagi masyarakat. Tentu belum sempurna, tapi setidaknya sudah lebih baik dibanding layanan sebelum 2009,\" katanya.

 Apa yang dilakukan Ella\" Mula-mula dia beserta timnya menginventaris aset-aset milik PT KAI. Setelah itu, masuk proses identifikasi, konservasi, renovasi, sosialisasi, dan menggali kembali sejarah serta nilai-nilai yang terkandung dalam benda dan bangunan tua.

 \"Intinya sebenarnya sederhana, bangunan yang kotor dibersihin, yang semrawut dirapiin, yang rusak dibetulin, mulai stasiun hingga penunjangnya seperti tempat parkir,\" ucapnya.

 Namun, hal sederhana itu, rupanya, tidak semudah membalik telapak tangan. Berbagai hambatan dan tantangan harus dihadapi Ella, mulai membersihkan stasiun dari pengamen, preman, dan gelandangan; menertibkan pedagang kaki lima; menghadapi para pencuri aset-aset kereta api; sampai meyakinkan para pegawai PT KAI bahwa bangunan-bangunan tua harus diperbaiki dan dilestarikan, bukan malah dibiarkan tak terurus sehingga terkesan angker.

 \"Dulu banyak pengamen bawa kecrekan (alat musik dari tutup botol) yang ujungnya dikasih silet untuk menakut-nakuti dan memeras penumpang. Yang seperti itu harus dibersihkan,\" ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: