>

Sasaran Pertama Kwatisore, Kampung Habitat Hiu Paus

 Sasaran Pertama Kwatisore, Kampung Habitat Hiu Paus

Minggu lalu tim World Wildlife Fund (WWF) Indonesia melakukan pemantauan rutin habitat hiu paus (Rhincodon typus) di Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua. Banyak cerita menarik dan inspiratif yang dicatat wartawan Jawa Pos JANESTI PRIYANDINI yang mengikuti perjalanan di tengah laut tersebut.

Selasa (18/3) siang saya menemani Casandra Tania, marine species officer WWF, mengantarkan persediaan logistik yang baru dibeli ke speedboat yang akan membawa kami menuju Kwatisore. Kwatisore adalah kampung di wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) yang menjadi salah satu habitat hiu paus.

 Casandra yang akrab disapa Cassie itu kebagian tugas belanja logistik. Dia membeli sangat banyak bahan makanan. Dua kantong besar beras, telur, ayam potong, sayuran, buah, dan aneka snack.

 Kegiatan pemantauan hiu paus tersebut memakan waktu tiga hari. Selama itu kami tinggal di atas kapal. Sebab, lokasi habitat hiu paus jauh dari mana-mana. Dari Nabire saja harus naik speedboat dua jam. Semula kami akan berangkat sore. Tapi, kondisi angin yang cukup kencang membuat tim memutuskan untuk menunda perjalanan. Mereka tidak mau mengambil risiko.

 Perjalanan akhirnya start esoknya. Speedboat yang dikemudikan Badrin Tandiono melaju begitu kencang. Menjauh dari daratan Nabire. Speedboat mengangkut enam orang. Salah seorang di antaranya adalah Dr Brent Stewart, tenaga ahli dari Hubbs-Sea World Institute. Dia merupakan peneliti asal Amerika Serikat yang dua tahun belakangan menginisiasi pemantauan hiu paus di TNTC.

 Sebetulnya ada dua rombongan yang berangkat ke Kwatisore. Satu rombongan lagi naik speedboat berbeda. Mereka adalah rombongan Kepala Balai TNTC Ben Gurion Saroy bersama empat anggota timnya.

 Dua jam kemudian, kami tiba di Kwatisore. Dari kejauhan, saya melihat sebuah kapal layar dengan warna yang cukup mencolok. Kesannya seperti kapal mainan anak-anak. Seluruh badan kapal didominasi warna cerah seperti merah, kuning, dan biru. Lambung kapal dihiasi gambar binatang-binatang laut. Di tiangnya, berkibar bendera dari berbagai negara.

 \"Itu kapal kita. Namanya Gurano Bintang (GB). Selama di sini, kita tidur di Gurano Bintang,\" kata Cassie. Gurano Bintang adalah nama hiu paus. Penduduk lokal memanggil hiu paus dengan sebutan Gurano Bintang.

 Begitu speedboat merapat, muncul para penumpang GB menyambut kami. Mereka berjumlah 11 orang yang terdiri atas lima ABK (anak buah kapal), seorang tenaga pemantau hiu paus dari Kampung Napanyaur, seorang mahasiswa S-2 yang sedang melakukan penelitian, seorang dokter gigi PTT (pegawai tidak tetap), serta tiga anggota tim fasilitator WWF.

 Kapal GB cukup mewah. Dari pengalaman berkali-kali \"melaut\" untuk menyelam, biasanya saya hanya bisa tinggal di sopek, perahu kayu yang cukup besar tapi tidak berkasur. Jadi, kalau ingin beristirahat, hanya beralas kayu. Kapal GB memiliki panjang 24 meter dan lebar 5,5 meter. Kapal GB punya tiga kamar. Letaknya di dek paling atas, tengah, dan bawah. Satu kamar kapten kapal terletak di ruang kemudi.

 Kamar-kamar itu memiliki ranjang tingkat plus kasur busa. Serta, dua kamar mandi di sisi kanan dan kiri. \"Yang sisi kiri toilet cewek. Yang kanan buat cowok, ya,\" kata Rusdianto atau Anto, satu-satunya koki di kapal tersebut. \"Oke,\" jawab saya.

 Di ruang tengah, ada meja besar dengan kursi busa di sisi kanan kirinya. Di tengahnya ada televisi layar datar yang dipasang di dinding. Sisi kiri TV dipasangi poster edukasi tentang konservasi binatang laut dan peta. Di sisi kanan terdapat papan tulis putih. Di papan tersebut tertulis jadwal piket. Di bawahnya lagi ada tulisan berbahasa Spanyol dan Indonesia: Le mar estaba serena, serena estaba le mar. Laut itu sungguh tenang, tenang sungguh laut itu.

 Di bagian lain, ada mesin pendingin untuk menyimpan bahan makanan dan minuman. Juga, ada rak piring dan gelas serta rak buku. Banyak buku cerita dan bergambar tentang biota laut di sana. Suasananya mirip ruangan TK.

 \"Di sini ruang rapat plus ruang untuk mengajar anak-anak. Ruang makan juga di sini,\" kata Cassie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: