Bintang Mira, Fashion Designer yang Gencar Promosikan Batik Bali
”Awalnya saya tidak tahu Bali punya batik sendiri. Dan begitu saya lihat kok unik dan menarik dengan motif khas Bali, saya jadi tertarik bergabung di Balibatiku milik Bu Bintang ini,” ucap Muhamad Ramdan Syah, salah seorang pegawai Bintang.
Dalam perjalanan memperkenalkan batik Bali ke masyarakat luas, Bintang mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Suatu ketika Bintang memperoleh order 250 potong baju berbahan dasar batik dari salah satu hotel di Bali. Bintang sangat gembira atas kepercayaan itu. Namun sayang, kegembiraannya tersebut hanya sementara. Dia mendapatkan komplain pihak hotel karena 80 persen pesanannya dianggap gagal.
Mengetahui kenyataan itu, Bintang sempat merasa down dan hampir menyerah. ”Saya sangat kecewa pada diri saya sendiri saat itu. Saya nyaris putus asa,” kenangnya.
Untung, keluarga terdekat, terutama sang suami, memberikan semangat untuk bangkit lagi. ”Saya bilang ke Bintang, semua masalah akan menjadi baik apabila reaksi kita positif. Intinya, masalah itu growth opportunity,” tutur Pande Putu Gede Wiratama.
Berkat suntikan semangat keluarga itulah, spirit Bintang berkobar lagi. Dia melakukan evaluasi diri dan perbaikan di sana-sini. Bahkan, dia kemudian mengikuti kursus singkat tentang desain. Hasilnya: tak mengecewakan. Pelan tapi pasti usahanya bangkit kembali.
Bukan hanya itu, pemasarannya juga makin luas. Itu tak lain juga berkat gencarnya promosi via dunia maya yang dilakukannya. ”Sejak awal saya optimistis batik Bali akan dikenal masyarakat luas. Tidak kalah dengan batik Jogja, Solo, Pekalongan, atau yang lain,” kata ibu Pande Pangga Raditya, Pande Anggara Wedhaswara, dan Pande Bintang Paramitha tersebut.
Setelah periode buruk itu, peruntungan Bintang terus membaik. Di level nasional, dia sukses menembus Indonesian Fashion Week sejak 2012. ”Saya bawa batik Bali sebagai primadona karya saya. Dampaknya luar biasa. Produksi kami terus meningkat. Saya sangat senang,” ungkapnya.
Sekarang Bintang memproduksi seratus lembar kain batik dengan berbagai jenis. Seperti batik tulis, batik cap, dan campuran batik cap-tulis. Semua dengan motif Bali. Harga yang dipatok pun tidak lagi hitungan ribuan, tapi sudah tembus jutaan rupiah per lembar. Maka tak heran bila omzet butik Bintang kini mencapai ratusan juta per bulan.
Bintang berharap gagasannya membuat batik Bali itu dapat menambah kaya khazanah wisata Pulau Dewata. ”Saya memimpikan suatu saat nanti Desa Sidan ini menjadi desa wisata batik Bali,” tandasnya.
(*/c9/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: