Cari Pemilih dari Warung Kopi ke Warung Kopi
Media kampanye lainnya adalah kalender dan kaus. Namun, dia tidak mengeluarkan biaya untuk itu. Ada salah satu caleg DPR RI yang berbaik hati menyertakan nama dan foto Raska di kalender yang menjadi media kampanyenya. Raska hanya dimintai bantuan untuk menyebarkan kalender tersebut kepada konstituen.
Sementara, urusan kaus menjadi tanggungan DPC PKS Subang. Partai menyediakan sejumlah kaus untuk dijadikan media kampanye. Selebihnya, Raska hanya bermodalkan pertemuan informal dengan warga untuk bisa mendongkrak perolehan suara.
Rezeki Raska rupanya belum berhenti. Pada masa kampanye, seorang wartawan televisi mewawancarai Raska perihal kenekatannya untuk nyaleg meski bermodal cekak. Rupanya, tayangan tentang Raska menimbulkan efek berantai. Dia mendadak terkenal karena kenekatannya itu. Raska memastikan tidak memberikan imbal balik kepada sang wartawan yang mewawancarainya. \"Uangnya lebih baik untuk biaya sosialisasi ke warga,\" tuturnya.
Disinggung mengenai apa yang akan diperjuangkan di gedung dewan, Raska sempat terdiam. Ayah tiga putra itu lalu menjelaskan, selama masa pendekatan dengan warga, ada satu aspirasi yang disuarakan mayoritas warga. Mereka menginginkan perbaikan infrastruktur, terutama jalan desa.
Jalan di dapil Raska mayoritas dalam kondisi rusak parah. Jalan desa memang beraspal, tapi banyak lubang menganga di sepanjang jalan. Ukuran lubangnya pun lebar-lebar hingga hampir memutus kedua sisi jalan dan beberapa lumayan dalam.
Jawa Pos mengalami sendiri sulitnya akses menuju kediaman Raska. Ojek yang mengantar Jawa Pos sejauh 10 kilometer harus berjuang untuk menghindai lubang di jalan desa. Tdak jarang, ojek terpaksa menerabas lubang karena terlalu lebar dan nyaris tidak menyisakan celah. Beredar kabar, kualitas dan ketinggian aspal jalan tersebut tidak sesuai kontrak.
Aspirasi para pemilih di dapilnya itu yang ingin disuarakan Raska. Karena itu, dia berharap bisa duduk di komisi C (pembangunan). Namun, dia juga siap andaikata ditempatkan di komisi lain, semisal komisi D (pendidikan dan kesra). Kebetulan, Raska merupakan alumnus sekolah pendidikan guru (SPG). Dia menjadi lulusan terakhir sebelum akhirnya pemerintah menghapus SPG.
Saat ini 60 persen anggota DPRD Subang yang baru terpilih berisi muka baru, termasuk Raska. disinggung mengenai hal tersebut, Raska berjanji banyak belajar dan tidak mengulang kesalahan para pendahulunya. \"Dengan demikian, kepercayaan masyarakat terhadap saya tidak akan luntur,\" ujarnya.
Dengan menjadi anggota dewan, otomatis Raska tidak lagi bisa mengurus usahanya. Meski begitu, dia memastikan usaha tambal ban tersebut tetap ada. Jika banyak permintaan, dia akan merekrut pegawai baru. \"Kalau saya senggang, mungkin juga akan nambal lagi. Tapi, tidak sering,\" ucapnya seraya tertawa.
Masih ada dua hal lagi yang ingin dicapai Raska dalam hidupnya. Dia ingin menjadi pengusaha sukses dan banyak bermanfaat bagi warga di kampungnya. \"Pokoknya, keberadaan saya harus membawa manfaat buat warga. Jangan sampai warga justru senang kalau saya tidak ada,\" tutupnya.
(*/ckim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: