Glaukoma Tak Harus Dioperasi

Glaukoma Tak Harus Dioperasi

Penting Cegah dengan Deteksi Dini

GLAUKOMA alias si pencuri penglihatan masih menjadi momok di masyarakat. Namun, banyak anggapan yang kurang tepat terhadap penanganan penyakit ini. Umumnya, penderita menghindari pemeriksaan medis lantaran takut dioperasi.

Padahal, makin lama dibiarkan, risikonya bakal semakin tinggi.

Penanganan glaukoma terbagi dalam beberapa prosedur. Karena itu, tidak semua kondisi perlu operasi. ”Kami memiliki banyak pertimbangan sebelum melakukan operasi kepada pasien glaukoma,” tutur dr Lydia Nuradianti SpM dari divisi glaukoma Rumah Sakit Mata Undaan.

”Kalau akhirnya operasi sekalipun, prosesnya hanya 15 menit. Jangan lagi berang gapan kalau Anda punya glaukoma, begitu sampai di rumah sakit, pasti dioperasi. Tidak begitu,” ujarnya.

Menurut Lydia, tindakan pertama kepada pasien glaukoma adalah terapi. Yakni, menggunakan obat tetes secara berkala hingga pulih. Ketika terapi obat tidak membawa hasil, baru dilakukan tindakan operasi atau pembedahan.

Metode pembedahan terbagi dalam dua cara, yakni laser dan konvensional. RS Mata Undaan sudah memiliki beberapa fasilitas bedah laser yang berkualitas. Yang bisa diterapkan, antara lain, laser iridotomi dan laser iridoplasti untuk penderita glaucoma sudut tertutup.

Sementara, penderita sudut terbuka bisa memanfaatkan fasilitas Selective

Laser Trabeculoplasty atau SLT. Pasien glaukoma bisa mendapat tindakan lain berupa cara konvensional dengan iridektomi perifer dan trabekulektomi. Atau, operasi dengan GDD (glaukoma drainage device) atau yang lebih populer disebut

glaukoma implant.

”Dari beragam terapi ini, yang terpenting adalah deteksi sejak dini,” jelas Lydia. Menurut dia, penyebab glaukoma saat ini tidak hanya tekanan pada bola mata yang tinggi. Untuk perkembangan penelitian yang baru, glaukoma bisa terjadi pada tekanan intraokular yang tinggi atau pun normal.

Peningkatan tekanan ini akan menyebar ke seluruh bola mata yang bisa berujung pada kebutaan. ”Untuk mencegahnya, cek tekanan bola mata secara rutin, minimal sekali setahun. Bagi penderita glaukoma kondisi awal biasanya tidak terasa penglihatannya menyempit dan berisiko menjadi buta,” ujar Lydia yang telah menempuh pendidikan sub spesialis glaukoma di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung dan Rumah Sakit Siriraj Hospital Bangkok, Thailand, ini.

Penderita juga harus rutin mengecek fungsi saraf penglihatan. Mulai pemeriksaan visual field humphrey (tes lapangan pandang tepi), dan OCT (Optical Coherence Tography) atau scan pupil saraf optik. Selain itu, pemilik riwayat diabetes melitus, rabun jauh, atau rabun dekat juga harus waspada. Masyarakat juga jangan menyamakan keluhan katarak dan glaukoma.

Untuk glaucoma penglihatan tepinya menyempit perlahan, berbeda dengan katarak yang langsung terasa. Pasien katarak bisa segera sadar karena yang kabur penglihatan sentralnya. Glaukoma terklasifikasikan dalam beberapa macam. Menurut perjalanan penyakit, ada jenis glaukoma kronis, glaukoma akut, dan glaukoma kongenital (terjadi saat bayi lahir).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: