>

Meluncur Beralaskan Lumut dan Bebatuan di Kanan-Kiri

Meluncur Beralaskan Lumut dan Bebatuan di Kanan-Kiri

Canyoning, Wisata Olahraga Ekstrem Menyusuri Sungai di Baturaden, Banyumas

Makin banyak saja olahraga ekstrem yang dikemas sebagai fasilitas wisata alam. Salah satunya seperti di Baturaden, Banyumas, Jawa Tengah. Di destinasi wisata berhawa sejuk itu kini tersedia canyoning, olahraga menyusuri sungai di antara bebatuan cadas dan jurang.

 

MOCHAMAD SALSABYL AD’N, Purwokerto

 

Cuaca Jumat (13/6) siang di Baturaden Adventure Forest (BAF), Baturaden, Banyumas, amat cerah. Meski begitu, bagi para penggiat olahraga canyoning di BAF, cuaca secerah itu belum menjamin Baturaden akan ’’steril’’ dari hujan. Buktinya, sehari sebelumnya, kawasan itu diguyur hujan deras, sehingga mereka tak bisa turun ke sungai.

                ’’Di sini curah hujannya cukup tinggi. Siang panas tapi sorenya hujan lebat seperti kemarin (Kamis, Red). Kalau hujan seperti itu, kami tak berani turun ke sungai,’’ ujar Jalom Noor, salah seorang penggiat canyoning yang siang itu memandu pengunjung BAF menjajal olahraga ’’berbahaya’’ tapi mengasyikkan itu. Jawa Pos ikut dalam rombongan tersebut.

                Canyoning berasal dari kata canyon yang berarti ngarai, dua tebing terjal yang mengapit aliran sungai. Olahraga ini biasa dilakukan di hulu sungai yang cenderung sempit dan di antara bebatuan cadas yang berkelok-kelok. Di situlah letak daya tarik olahraga rekreasi ini. Hampir mirip dengan arung jeram namun tidak memakai perahu karet. Pemain berseluncur dengan memanfaatkan lumut yang menempel bebatuan di pinggir-pinggir sungai.

Setelah mengenakan pakaian dan peralatan khusus, di antaranya helm, pelampung serta  peralatan standar panjat tebing seperti harness dan carabiner, kami turun ke Sungai Pelus Kulon. Itulah titik awal rute canyoning hari itu. Sungai bening itu tampak dangkal dihiasi dengan batu-batuan besar di kanan-kiri. Meski dangkal, arusnya cukup deras.

Begitu semua selesai, kami mulai meluncur. Awalnya, masih biasa-biasa saja. Namun, kesenangan baru dimulai ketika di depan ada arus sungai cukup deras dan turun. Mirip air terjun kecil. ’’Ayo, siapa yang mau sliding (meluncur) pertama?’’ teriak Kukuh Sukmana Hasan Surya, 25, kawan Jalom, memandu kami dari atas bebatuan. 

                Air terjun kecil  di depan kami memang tidak begitu menakutkan. Tapi, batu-batu besar  yang menjadi alas sekaligus dinding seluncuran olahraga ini sempat membuat was-was peserta canyoning. Sebab, kalau tidak hati-hati dan kompak, tubuh kami bisa terbentur ke kanan dan ke kiri. Memang, pelampung dan harness yang melekat di bawah tubuh kami membuat alas batu tak begitu terasa keras. Itu karena lumut tebal menjadi pelicin saat meluncur. Dan, byur, teriakan kegirangan pun terdengar. Saat itulah mereka baru menemukan kedalaman air yang mencapai 2 meter lebih.

                ’’Wah, airnya dingin sekali di sini. Seger banget,’’ ungkap Bagus Anugrah Brilliana, peserta dari Jakarta.

                 Setelah merasakan sensasi pertama, rombongan kembali mencari lokasi-lokasi canyoning yang lebih mendebarkan lainya. Kami harus keluar masuk air untuk menyusuri sungai.  Tak jarang, keberanian kami diuji untuk sliding dari jurang setinggi 2,5 meter. Peserta tampak berhati-hati menerima tantangan itu. Sebab, salah-salah, tubuh dan kepala bisa terbentur batu di dasar dan samping sungai. 

                Adrenalin kami betul-betul dipertaruhkan saat Kukuh menyuruh rombongan lompat dari tebing setinggi enam meter ke sungai. Tantangan tersebut cukup membuat kaki kami gemetar. ’’Ayo lompat. Nggak ada cara lain. Kalau lewat samping takutnya malah jatuh. Kan licin,’’ ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: