BBM Naik, Waspada Perlambatan Ekonomi Jambi
ICP Turun, Momen Tepat Naikkan BBM
JAMBI – Meski secara fiskal, kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa memperbaiki keuangan negara, namun dari aspek makro ekonomi hal ini bisa menyebabkan inflasi. Terutama untuk ekonomi regional Jambi.
Deputi Bank Indonesia Provinsi Jambi, Poltak Sitanggang mewarning agar pemerintah daerah hati-hati. Sebab, kenaikan BBM memang akan berdampak terhadap melambatnya perekonomian Jambi. Terutama terhadap angka inflasi provinsi Jambi yang kemungkinan besar akan keluar dari prediksi. Ditahun ini, provinsi Jambi menargetkan angka inflasi jambi diangka 4,5 sampai 5 persen sampai akhir tahun.
“Hingga saat ini inflasi jambi masih terjaga dengan baik. Kami memproyeksikan inflasi akan terjaga pada angka 4,5 sampai 5 persen sampai akhir tahun. Namun angka tersebut memang belum termasuk resiko kenaikan BBM,” ujarnya.
Ditanya sektor yang paling terkena imbas jangka pendek dari kenaikan BBM, Poltak mengatakan produk administered price. Seperti jasa angkutan akan terkena gejolak langsung dari kenaikan bahan bakar ini yang nantinya berimbas ke segala lini.
“Memang secara garis besar kelompok masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah akan merasakan dampak langsung. Namun yang harus dilihat yakni dampak jangka panjang atas kenaikan BBM,” tandasnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Dr Pantun Bukit menuturkan, melihat sejarah di tahun-tahun sebelumnya, kenaikan BBM memang secara langsung berimbas kepada masyarakat golongan kelas menengah ke bawah.
Dan dampak yang paling ditakuti yakni akan menyebabkan terjadinya peningkatan angka pengangguran serta penurunan daya beli masyarakat.
Jika dilihat dampak secara makro dari kenaikan harga ini yakni berimbas kepada penurunan daya beli masyarakat. Tugas pemerintah yakni untuk benar-benar menjaga agar tidak terjadi penimbunan ataupun kenaikan harga yang sampai di luar batas kewajaran.
“Dan pemerintah juga harus lebih proaktif misalnya memberikan subsidi secara langsung ke kalangan ekonomi kelas bawah,” tandasnya.
Sementara dari sektor perumahan, Ketua DPD REI Jambi, Miftah mengatakan, apabila BBM naik tentunya berdampak pada biaya produksi perumahan. Dampak tersebut biasanya baru akan terasa 3 bulan setelah naiknya harga BBM. Namun demikian, tidak bisa dipastikan juga apakah harga rumah akan naik atau tidak, tergantung dari kebijakan masing-masing pengembang. Untuk rumah yang mengalami kenaikan harga bebarengan dengan kenaikan BBM yaitu untuk type rumah komersil. \"Kalau prodoksi rumah sebelum BBM naik, harga rumah masih tetap harga lama, apabila setelah BBM naik, bisa jadi harga rumah ikut naik,\" sebutnya.
Kondisi pasar perumahan saat ini sedang turun, apabila BBM naik disaat seperti, ini dikhawatirkan pengembangan perumahan di Jambi stagnan. Karena biaya produksi yang tinggi. Namun untuk perumahan bersubsidi dipastikan akan biasa-biasa saja, karena untuk menentukan harga rumah bersubsidi dari kementerian perumahan rakyat.
Dari sektor pariwisata, rencana kenaikan BBM ditanggapi biasa saja. Ketua Dewan Pembina DPD Asita Jambi, Ali Siwoon mengatakan, naik atau tidaknya BBM tidak berdampak pada sektor ini. Pasalnya penerbangan akan sangat bergantung pada harga minyak dunia. Asita selaku penyedia travel agen penerbangan hanya bisa mengikuti standar harga yang telah ditetapkan oleh masing-masing meskapai, mungkin pada biaya operasional mengalami kenaikan, seperti antar jemput penumpang. \"Meskapai itu tidak mendapatkan subsidi BBM, kalau minyak dunia naik, barulah terasa pada penyedia penerbangan,\" ujarnya.
Asita prinsipnya merupakan travel agen penerbangan yang juga terpengaruh apabila naiknya BBM. Namun pengaruh tersebut bisa jadi dalam bentuk biaya lainnya selain harga tiket seperti jasa atau sebagainya. Untuk harga paket yang disediakan juga tidak bisa serta merta naik apabila BBM naik, harus ada penyelarasan dengan penyedia lainnya, seperti hotel, destinasi wisata dan sebagainya yang berkaitan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: