Bangun 4.000 Masjid agar Muslim Indonesia Serasa di Rumah
Meski sudah lama memiliki penduduk muslim, kebebasan beragama baru didapat umat muslim Tiongkok pada 1959. Saat itu pemerintah Tiongkok sudah tidak lagi mengekang warganya dalam berkeyakinan dan beribadah.
Yunus menuturkan, salah satu tanda kebebasan beragama di Tiongkok adalah banyaknya umat muslim Negeri Panda yang berangkat haji tiap tahun. Sebelum 1959, warga muslim Tiongkok yang beribadah haji bisa dihitung dengan jari. Seiring dengan kebebasan beragama, minat warga muslim Tiongkok untuk beribadah haji makin tinggi. \"Di Ningxia tiap tahun ada 20\"30 orang yang berangkat haji. Di seluruh Tiongkok bisa mencapai 3.000 orang per tahun,\" urainya.
Bahkan, Pemerintah Provinsi Ningxia punya tradisi yang terkait dengan haji. Setiap rombongan akan berangkat ke Tanah Suci, perwakilan Pemprov Ningxia akan mengantar para calon jamaah haji itu hingga pintu pesawat. Sama dengan kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia.
Yunus punya cerita tersendiri saat bersua dengan jamaah haji dari Indonesia. Kala itu dia berpapasan dengan salah satu rombongan jamaah Indonesia yang bersiap meninggalkan Masjidilharam. Ketika rombongan itu pergi, Yunus mendapati satu tas yang diyakininya milik rombongan jamaah Indonesia tertinggal.
Tas itu lalu dia amankan. Yunus duduk menunggu di tempat yang sama selama hampir dua jam. Sesuai dengan perkiraan, ketua rombongan jamaah Indonesia kembali ke Masjidilharam. Ternyata tas tersebut berisi dokumen-dokumen milik jamaah di rombongan itu, termasuk paspor. \"Ketua rombongan itu pun berkali-kali mengucapkan terima kasih. Sejak itu, kami sering dikunjungi jamaah dari Indonesia,\" tambahnya.
Bukti kebebasan beragama berikutnya adalah banyaknya masjid di Ningxia. Saat ini di Ningxia terdapat sekitar 4.000 masjid. Kondisi tersebut membuat 2,65 juta warga muslim di Ningxia (35 persen dari total populasi Ningxia) tidak kesulitan dalam beribadah. Saat Idul Adha banyak kambing dan sapi yang disembelih. \"Sebelum 1959, mereka hanya bisa memotong ayam,\" ungkap Yunus, yang masih tegap meskipun usianya sudah hampir satu abad.
Yunus menambahkan, saat ini Ningxia makin ramah terhadap umat muslim. Sebab, banyak produk halal yang beredar. Hal itu menjadi modal Ningxia untuk menggaet pengusaha-pengusaha Timur Tengah agar berinvestasi. Karena itu, dia berharap masyarakat Indonesia tidak ragu untuk datang ke Tiongkok. Jika masih ragu, setidaknya berkunjunglah ke Ningxia.
Delegasi Jawa Pos Group yang berkunjung ke Ningxia merasakan kedekatan budaya Islam di provinsi tersebut dengan Indonesia. Wapemred Jawa Pos Abdul Rokhim mengatakan, dari tiga kota yang disinggahi selama berada di Tiongkok, yakni Beijing, Yin Chuan, dan Suzhou, diketahui makanan Ningxia lebih klop dengan Indonesia. \"Makanan di Ningxia paling cocok dengan lidah orang Indonesia,\" ujarnya.
Selain itu, karakter warga Ningxia yang berbicara secara terbuka seperti warga Surabaya membuat delegasi Jawa Pos Group serasa di kota lain di tanah air. Bahkan, dengan jumlah masjid yang mencapai 4.000 dan makanan yang ramah dengan lidah orang Indonesia, tinggal di Ningxia serasa di rumah saja.
\"Ada dua provinsi selain Ningxia yang populasi muslimnya juga besar. Namun, Ningxia secara kultur paling dekat dengan Indonesia,\" ungkap International Liaison Department All-China Journalist Association Wang Lin. Dia berharap kedekatan budaya itu menjadi modal penting bagi kedua negara untuk menjalin kedekatan yang lebih komprehensif.
Pada kesempatan berikutnya Jawa Pos Group juga dikenalkan dengan budaya Suzhou di Tiongkok Selatan. Selain menjadi penyangga Kota Shanghai, daerah setingkat kabupaten itu memiliki perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Bagi Indonesia, Suzhou mendapat tempat spesial karena menjadi tempat Laksamana Cheng Hoo menyiapkan kapal dan merekrut awak kapal sebelum berlayar ke Indonesia. \"Kami berkembang tanpa meninggalkan tradisi. Begitu juga prinsip pemerintah daerah di Indonesia,\" ujar Wei Guoling, deputy director Bagian Informasi Pemda Suzhou. Karena itu, Suzhou \"yang sudah menjalin kerja sama dengan 46 kota di seluruh dunia\" juga ingin mengajak kota-kota di Indonesia untuk menjalin sister city.
(*/c11/kim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: