>

Defisit Perdagangan Mesin Rp 405 T

Defisit Perdagangan Mesin Rp 405 T

JAKARTA - Impor permesinan dan alat pertanian terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Tahun ini nilainya diperkirakan mencapai USD 41,3 miliar, sementara ekspornya sebesar USD 6,06 miliar sehingga terjadi defisit perdagangan sebesar USD 35,2 miliar atau sekitar Rp 405 triliun.

                \"Tahun ini impor barang modal dalam bentuk mesin masih akan tinggi, diperkirakan mencapai USD 41,3 miliar atau naik dibanding tahun lalu yang mencapai 34,2 miliar. Dari satu sisi itu menunjukkan bahwa pembangunan industri dalam lima tahun terakhir cukup gencar untuk mengejar pertumbuhan ekonomi,\" ujar Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian, Teddy Caster Sianturi kemarin (9/9).

      Namun disisi lain, tingginya impor permesinan dan alat pertanian menjadi ancaman untuk mengurangi defisit neraca perdagangan nasional. Oleh karena itu, pihaknya berusaha untuk mendorong industri dalam negeri agar mampu men-substitusi produk permesinan yang selama ini diimpor. \"Sekarang ini sekitar 30 persen peralatan mesin sudah bisa diproduksi di dalam negeri seperti turbin, boiler, ataupun tangki-tangki untuk industri. Itu harus bisa ditingkatkan,\" katanya.

      Teddy mengatakan, industri permesinan dan alat mesin pertanian diharapkan menjadi kekuatan baru dalam mengurangi ketergantungan impor permesinan. Sebab, teknologi yang diperlukan relatif  tidak terlalu tinggi dibanding teknologi permesinan untuk industri yang lain. Sementara kebutuhan pasar di dalam negeri sangat tinggi seiring dengan pengembangan sektor pertanian.\"Industri dalam negeri harus bisa memenuhi itu,\" tandasnya.

      Dia berharap industri permesinan nasional juga mempu membuat produk untuk kebutuhan ekspor. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah perusahaan industri permesinan dan alat mesin pertanian saat ini mencapai 185 perusahaan.\"Sudah ada yang mampu ekspor meski nilainya rendah. Yang sudah dijual keluar negeri itu ada suku cadang alat berat dan alat-alat kesehatan seperti tensimeter,\" sebutnya.

      Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, Budi Darmadi mengatakan, salah satu tantangan yang cukup mendesak adalah pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun depan.\" Kita harus memastikan agar pasar lokal Indonesia yang sangat potensial tidak tergerus oleh produk impor. Bahkan sebaliknya, pasar Asean bisa menjadi sangat potensial bagi produk nasional untuk tujuan ekspor,\" ungkapnya.

      Dia menilai, industri mesin perkakas dalam negeri merupakan industri strategis yang penting dalam mendorong perkembangan industri lain seperti sektor manufaktur, alat pertanian, alat kesehatan, hingga alat pertahanan. Pengembangan industri ini akan diprioritaskan karena sebagai ujung tombak industri dasar.\"Untuk menghadapi gempuran produk asing dalam pasar bebas Asean, pengembangan industri permesinan nasional diarahkan ke teknologi presisi tinggi,\" jelasnya.

(wir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: