Pertumbuhan Bank Syariah di Jambi Menggairahkan
JAMBI - Pertumbuhan perbankan syariah di provinsi Jambi cukup menggairahkan. Dari hasil kinerja hingga Juli 2014, untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), terbesar diperoleh dari tabungan yakni sebesar Rp 583,97 miliar. Jumlah ini meningkat sebesar 12 persen dari tahun lalu yakni sebesar Rp 520 miliar. Selain dari tabungan, DPK yang berhasil di himpun melalui deposito sebesar RP 332 miliar dan giro sebesar 52 miliar.
Dari sisi aset terlihat, aset perbankan syariah di provinsi Jambi mencapai Rp 2,14 triliun. Dilihat dari sisi nominal, jumlah aset yang dimiliki masih lebih rendah dari periode 2013 yakni sebesar 2,15 triliun. Namun diyakini hingga akhir tahun aset yang dimiliki masih bisa terus bertumbuh.
Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Poltak Sitanggang mengatakan, untuk perbankan syariah baik secara nasional maupun Jambi pada khususnya, masih memiliki pasar yang cukup luas dan potensi yang cukup besar sebagai alternatif pembiayaan selain konvensional. Hingga saat ini, ada 6 bank syariah yang beroperasi di Jambi. Hanya saja, tantangan utamanya yakni pemahaman atas prinsip syariah mengenai konsep bagi hasil yang masih kurang di masyarakat. Hal ini mengingat selama ini sudah terbiasa dengan model konvensional.
“Meskipun potensinya masih cukup besar namun porsi untuk perbankan syariah masih sangat kecil jika di bandingkan dengan perbankan konvensional,” ujarnya.
Untuk itu, BI berupaya untuk terus mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa perbankan syariah merupakan alternatif perbankan yang bagus dalam pembiayaan. Karena resikonya akan lebih ringan. Termasuk bulan Oktober mendatang, BI provinsi Jambi kembali akan mengelar Syariah Expo sebagai promosi perbankan syariah bagi masyarakat Jambi.
Dari sisi kredit, masih dikonsumsi oleh kredit konsumsi yakni sebesar 1,04 triliun yang diikuti oleh kredit modal kerja sebesar Rp 754,18 milyar dan investasi sebesarRp 221,53 milyar. Terkait tentang tingginya Non Performing Loan (NPL) yang dimiliki oleh bank syariah yang mencapai 5,14. Poltak mengatakan perlambatan ekonomi yang terjadi di Jambi berdampak secara luas terhadap perekonomian, termasuk memberikan dampak tingginya NPL.
“Perlambatan ekonomi yang sebagian besar ditengarai oleh harga komoditas yang lemah menjadi penyebab tingginya NPL. Hal ini tak hanya terjadi di perbankan syariah namun juga perbankan konvensional,” tandasnya.
(run)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: