>

Memahami Fenomena Kesurupan Massal

Memahami Fenomena Kesurupan Massal

      Beliau bertanya,“Ibnu Abi Ash?!”  Jawabku, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya lagi, “Apa yang mendorongmu kemari?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, ada sesuatu yang mengganggu diriku dalam shalatku sehingga aku tidak sadar tatkala menjalankan shalat.”

      Nabi saw bersabda, “Itu adalah setan, kemari mendekatlah kepadaku”. Akupun mendekati beliau sedangkan beliau duduk di hadapanku. Nabi saw kemudian memukul dadaku dengan tangannya dan meludah ke mulutku seraya berkata,”Keluarlah wahai musuh Allah!” Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali kemudian bersabda, “Lanjutkan lagi tugasmu.” Utsman berkata, “Sungguh, setelah itu saya tidak merasakan sesuatu itu mengangguku lagi.”

      Oleh karena itu Syaikh Al-Albani ra.berkomentar,” Dalam hadits ini terdapat dalil yang sangat jelas bahwa setan bisa merasuk ke badan manusia sekalipun dia orang yang beriman dan shalih. Banyak hadis yang mendukung adanya hal itu.” (Ash-Shahihah 6/1002/2)

     Untuk dalil dari ijma’ ulama penulis bawakan perkataan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz ra., beliau berkata, “Al-Qur’an, sunnah Rasulullah saw dan kesepakatan umat telah menunjukkan bahwa jin bisa masuk pada jasad manusia. Lantas pantaskah bagi orang yang mengaku berilmu untuk mengingkarinya tanpa pijakan ilmu dan petunjuk. Laa haula wa laa quwwata illa billahi.”

Jangan Terjerumus Pada Kesyirikan

      Dalam merespon dan memberikan terapi terhadap kasus kesurupan, seharusnyalah jangan sampai terindikasi atau tercampur-baur dengan kesyirikan, karena hal ini dapat menyebabkan pelakunya menjadi musyrik atau murtad.Dan dosa syirik itu adalah dosa yang paling besar. Selama aqidahnya tidak berubah kepada tauhid, maka tidak akan terampuni dosanya.

     Orang yang berkomentar terjadinya kesurupan massal di SMPN 2 Kuala Tungkal itu disebabkan oleh adanya ‘batu besar’ di sekolah  yang dapat mengganggunya, maka pemahaman seperti ini juga masuk dalam kategori kesyirikan, menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya.Seolah-olah batu besar itu punya sifat kuasa yang semestinya hanya dimiliki oleh sang Khalik. Jadi, batu, keris,cincin, dan benda-benda yang sering dianggap keramat itu pada hakikatnya tidak berdaya, dan tidak dapat memberikan manfaat atau madharat kepada makhluk yang lain.

     Oleh karena itu, hati-hatilah dalam menyikapi fenomena kesurupan itu.Janganlah kita sampai salah mengambil tindakan untuk menangani penyakit tersebut dengan cara-cara yang tidak disyari’atkan, karena saat ini ternyata sudah mulai bermunculan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh “orang-orang pintar” yang katanya untuk membekali para guru di sekolah dalam menangani hal-hal semacam itu, dimana murid-murid di sekolah tersebut seringkali mengalami kesurupan.

Terapi

     Ada dua macam terapi dalam mengatasi fenomena kesurupan ini. Yaitu, pertama dengan tindakan preventif atau pencegahan sebelum terjadi.Cara ini dapat ditempuh dengan berupaya menjaga dzikir dan doa pagi dan petang yang shahih, termasuk diantaranya seperti bacaan ayat kursi, sebab orang yang membacanya pada suatu malam, niscaya Allah akan selalu menjaganya dan setan tidak berani mendekatinya hingga datang waktu pagi. Demikian pula surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas serta doa/dzikir pagi dan petang sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah dalam hadis-hadisnya.

       Kedua, tindakan pasca terjadinya kesurupan.Cara ini dapat ditempuh dengan ruqyah syar’iyah, yaitu membacakan ayat-ayat Alquran, terutama yang berkaitan tentang  perlindungan kepada Allah dari syetan, sehingga jin itu keluar dari badan orang yang kesurupan dengan dibarengi keimanan dan tawakal yang mantap kepada Allah bagi orang yang meruqyah dan diruqyah.. Wallahu Musta’an.

Penulis adalah Pemerhati Kehidupan Beragama Domisili di Kuala Tungkal Tanjab Barat

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: