Meski Sempat Ditentang Orang Tua, Tapi Tetap Gigih Berusaha
Tiya Antoni, Wakili Jambi Lomba Tari Tingkat Nasional di Palangkaraya
MEWAKILI provinsi Jambi dalam suatu perlombaan tingkat nasional tentunya menjadi dambaan setiap orang. Dengan penuh kerja keras, kini Tiya Antoni dipercaya untuk mewakili Jambi dalam ajang Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) di Palngkaraya
IRA UTAMI
MENJADI anak yang membanggakan dan memiliki prestasi gemilang memang bukan perkara mudah. Butuh usaha dan kerja keras untuk menggapainya. Sama seperti yang dialami oleh Tiya Antoni, pria kelahiran Lembah Kuamang, 27 Desember 1992 ini telah merasakan betapa sulitnya menorehkan prestasi yang diinginkannya. Namun begitu, pria yang akrab dipanggil Aan ini pantang untuk menyerah begitu saja.
Berkat kegigihannya, Aan yang kini sedang mengenyam pendidikan di Universitas Jambi ini telah menyabet beberapa prestasi dan penghargaan baik di bidang akademis maupun non akademis. Pada tahun 2010, Aan yang memang sangat menggilai tari tradisional ini meraih juara 1 lomba tari tingkat kecamatan, dua kali juara 1 lomba tari tingkat kabupaten, dan juara 2 lomba hasta karya tingkat provinsi.
Tak berhenti di situ saja, anak bungsu dari pasangan Usman dan Saudah ini terus mengembangkan bakatnya di bidang akademis maupun non akademis. Pada tahun 2011, Aan kembali memperoleh juara 2 lomba tari tingkat provinsi. Selanjutnya pada tahun 2013, Aan juga memperoleh juara 1 lomba menulis cerpen tingkat mahasiswa di provinsi Jambi.
Terlahir dari latar belakang keluarga yang kurang mampu tak membuat Aan putus asa. Minimnya dana yang dimilikinya hampir beberapa kali membuatnya putus kuliah. Tidak hanya itu, sedikitnya uang yang ia miliki pernah membuatnya hanya mengkonsumsi nasi dan garam saja. Namun begitu, semangat dan tekad yang kuat membuatnya tegar dan pantang menyerah. Hal ini dibuktikan dengan diraihnya juara 2 lomba debat tingkat mahasiswa dan juara 1 lomba tari Peksimida Jambi.
Sempat tak diakui oleh ayah sendiri karena terlalu bersikeras ingin berprestasi di bidang tari juga pernah ia rasakan. Didikan ayahnya yang keras membuat ayahnya tak ingin melihat anak lelakinya menjadi sedikit kewanitaan. Bagi ayahnya, menari bukanlah kegiatan yang pantas dilakukan oleh seorang lelaki. Namun begitu, berkat kegigihannya, Aan kini mampu meyakinkan ayahnya bahwa menari bukanlah kegiatan yang buruk untuk dilakukan seorang lelaki.
Berkat kerja kerasnya tersebut, kini Aan telah meraih juara 1 lomba tari se-provinsi Jambi dan berlanjut mewakili provinsi Jambi menjadi peserta lomba tari tingkat nasional di ajang Peksiminas di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Aan juga menyebutkan, satu hal yang membuatnya terus mempertahankan pendidikannya dan terus menjadi anak yang berprestasi di tengah-tengah peliknya hidup yang ia jalani adalah pesan dan doa tulus dari orang tuanya.
“Satu hal yang membuat saya semangat, membuat saya gigih untuk berprestasi, yaitu pesan dari orang tua saya yang berkata bahwa emak dan bapak saya cuman bisa ngasih ilmu, bukan harta. Beliau yakin dengan ilmu itu saya bisa hidup,” pungkas Aan ketika ditemui seusai latihan menari.
(mg07)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: