>

Jutaan Ha Lahan di Jambi Kritis

Jutaan Ha Lahan di Jambi Kritis

DAS Batanghari Kian Parah

JAMBI – Luas hutan di Provinsi Jambi semakin menyusut. Sekitar 3.822.261 hektar (ha) lahan di Provinsi Jambi dinyatakan kritis. Dengan rincian, 332.687 ha sangat kritis, 454.289 ha kritis, 819.957 ha potensi kritis, 2.215.328 ha agak kritis dan yang tidak kritis hanya 648.613 ha. Akibatnya, Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari rusak parah. DAS yang belum rusak terdapat di Mendahara dan Betara.

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Batanghari Jambi, Taruna Jaya mengatakan, kerusakan daerah aliran sungai Batanghari terjadi sejak tahun 2002 lalu, atau sejak otonomi daerah.

“Yang masih mendingan hanya DAS di daerah Mendahara dan Betara,” kata Taruna Jaya, saat dikonfirmasi harian ini, (23/9) kemarin.

Lanjutnya, DAS Batanghari harus dipulihkan, sedangkan DAS di daerah Mendahara dan Betara harus dipertahankan agar tidak terjadi kerusakan lebih parah. Untuk memulihkan DAS Batanghari ini, gubernur Jambi juga harus turun tangan.

’’Memang sudah sangat parah, hal ini terlihat pada selisih tinggi muka air sudah tidak normal lagi. Saat ini selisih tinggi muka air bisa sampai 7 meter. Itu tidak bagus,” ujarnya.

Mengapa bisa terjadi, karena penggunaan lahan tidak sesuai dengan pungsinya. Diakuinya, BPDAS sudah mengambil peran dalam penegakan Peraturan Daerah (Perda) gubernur Jambi nomor 1 tahun 2013. “Semua pihak harus ikut dalam masalah ini tidak hanya BP Das,” pintanya.

Langkah yang dilakukan adalah, upaya degradasi lahan, seperti program hutan desa, kebun bibit rakyat, rahabilitasi hutan dan lahan, dan hutan kemasyarakatan. “Penanaman hutan desa sudah kita lakukan sekitar 60 ribu hektar, jumlah tersebut sudah melebihi target nasional, kita paling banyak di Indonesia,” akunya lagi.

Di tengah serangan perkebunan sawit saat ini, BPDAS juga membuat Kebun Bibit Rakyat (KBR). Penanaman pohon melalui KBR ini langsung dibuat oleh masyarakat. Sedangkan BPDAS hanya membantu pendanaan. “Satu KBR 125 ribu batang menyebar di Kabupaten di Provinsi Jambi,” jelasnya.

Namun demikian, penanaman pohon di Provinsi Jambi lebih kecil dibandingkan kerusakan hutan. “BPDAS hanya melakukan percontohan-percontohan di beberapa Kabupaten, ada yang 20, 30 hektar,” katanya. Penanaman pohon yang dilakukan memang belum berdampak dalam satu atau dua tahun kedepan, dampak yang ditimbulkan terhadap penyerapan air itu sekitar 8 atau 9 tahun.

“Masyarakat berpikir memang menanam sawit itu lebih bagus, 3 tahun mereka langsung mendapatkan hasil,” katanya.

(fth)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: