Care To Bahasa Arab : Refleksi Bulan Bahasa 2014

Care To Bahasa Arab : Refleksi Bulan Bahasa 2014

Dr. Supian, S.Ag., M.Ag

Bulan Oktober dijadikan sebagai bulan bahasa, tak terkecuali bahasa Arab, banyak kampus atau sekolah yang mengapresiasi bulan ini sebagai bulan bahasa dengan mengadakan kegiatan gebyar bulan bahasa, beragam lomba dan apresiasi terhadap bahasa, seperti bahasa Indonesia, Inggris dan Arab digelar. Pada awal oktober yang lalu, teman saya Dr. Andy Hadianto, MA, dosen UNJ mengingatkan saya akan keberadaan bulan oktober ini sebagai bulan bahasa, dan berniat mengundang prodi Sastra Arab Univ. Jambi untuk mengikuti dan turut menyukseskan Musabaqah bahasa Arab antar Kampus dalam rangka Festifal Nasional Bahasa Arab dan Bulan bahasa Arab di Indonesia yang diadakan di Universitas negeri Malang.

Mengambil refleksi dari bulan bahasa ini, tentu menjadi sesuatu yang ironi. Bahasa Arab saat ini berada pada persimpangan jalan, peminat terhadap bahasa Arab belum seperti peminat terhadap bahasa inggris, padahal bagi ummat Islam, bahasa Arab merupakan bahasa yang harusnya tidak asing, karena bahasa Arab merupakan bagian dari kesejarahan dan kehidupan umat Islam sejak 15 abad yang silam. Tetapi sampai saat ini, bahasa Arab seolah-olah hanya milik kiai atau ulama, sehingga belajar bahasa Arab hanya diberikan di pondok-pondok pesantren atau sekolah keagamaan. Bahasa Arab pernah diterapkan di seluruh lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan umum, tetapi kemudian tidak mendapat tempat lagi.

Padahal, jika ditelisik lebih dalam, ada beberapa hal pokok yang menunjukkan urgensi dan eksistensi bahasa Arab di tengah-tengah ummat Islam, bahkan di tengah penduduk dunia dewasa ini;

Pertama, Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Quran, setiap umat Islam diwajibkan untuk belajar dan bisa membaca Al-Quran, yang juga berarti harus bisa membaca tulisan Arab dan pada gilirannya bisa dan mengerti pula berbahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad dan bahasa verbal para sahabat. Hadits-hadits Nabi yang sampai kepada kita dengan berbahasa Arab. Demikian juga kitab-kitab fikih, tertulis dengan bahasa ini. Oleh karena itu, penguasaan bahasa Arab menjadi pintu gerbang dalam memahaminya. Imam Syafi”i berkata: \"Manusia tidak menjadi bodoh dan selalu berselisih paham kecuali lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles\". Itulah ungkapan Imam Syafi”i buat umat, agar kita jangan memarginalkan bahasa kebanggaan umat Islam. Seandainya sang imam menyaksikan kondisi umat sekarang ini terhadap bahasa Arab, tentulah keprihatian beliau akan semakin memuncak.

Di masa lampau, bahasa Arab sangat mendapatkan tempat di hati kaum muslimin. Ulama dan bahkan para khalifah tidak melihatnya dengan sebelah mata. Fashahah (kebenaran dalam berbahasa) dan ketajaman lidah dalam berbahasa menjadi salah satu indikasi keberhasilan orang tua dalam mendidik anaknya saat masa kecil.

Redupnya perhatian terhadap bahasa Arab nampak ketika penyebaran Islam sudah memasuki negara-negara “ajam (non Arab). Antar ras saling berinteraksi dan bersatu di bawah payung Islam. Kesalahan ejaan semakin dominan dalam perbincangan. Apalagi bila dicermati realita umat Islam sekarang pada umumnya, banyak yang menganaktirikan bahasa Arab. Yang cukup memprihatinkan ternyata, para orang tua kurang mendorong anak-anaknya agar dapat menekuni bahasa Arab. Hal ini sungguh sangat menyedihkan, apa yang telah menimpa kaum muslimin saat ini, hanya segelintir dari mereka yang mau mempelajari bahasa Arab dengan serius.

Hal ini terjadi karena di zaman sekarang, banyak sekali kaum muslimin tenggelam dalam tujuan duniawi, sehingga mereka enggan dan malas mempelajari bahasa Arab, karena tidak ada hasil duniawi yang bisa diharapkan jika pandai berbahasa Arab. Berbeda dengan mempelajari bahasa Inggris, begitu semangat sekali belajar bahasa Inggris, karena banyak tujuan duniawi yang bisa diperoleh jika pandai bahasa Inggris, sehingga kita dapati mereka rela untuk meluangkan waktu yang lama dan biaya yang banyak untuk bisa menguasai bahasa ini. Kursus-kursus bahasa Inggris sangat laris dan menjamur dimana-mana walaupun dengan biaya yang tak terkira. Namun tidak demikian dengan kursus bahasa Arab. Prodi Bahasa Inggris menjadi idola, tetapi prodi bahasa Arab berada pada posisi sebaliknya. Hal ini tidak bermaksud melarang mempelajari bahasa Inggris ataupun lainnya. Tapi hendaknya bagaimana hendaknya juga memberikan porsi yang adil terhadap bahasa Arab. Seyogyanya mereka juga bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa Arab.

Kedua, Bahasa Arab sesungguhnya juga memiliki pengaruh yang positif bagi orang yang mempelajarinya, di antara pengaruh tersebut adalah; (1) Mempermudah penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan keislaman. Islam sangat menekankan pentingnya aspek pengetahuan melalui membaca. Melalui bahasa Arab, orang dapat meraih ilmu pengetahuan. Sebab bahasa Arab telah menjadi sarana mentransfer pengetahuan. Bukti konkretnya, banyak ulama yang mengabadikan berbagai disiplin ilmu dalam bait-bait syair yang lebih dikenal dengan nazham. Dengan ini, seseorang akan relatif lebih mudah mempelajarinya, lantaran tertarik pada keindahan susunannya, dan menjadi keharusan untuk menghafalnya bagi orang yang ingin benar-benar menguasainya dengan baik. (2) Meningkatkan ketajaman daya pikir. Dalam hal ini, Umar bin Khaththab berkata,”Pelajarilah bahasa Arab. Sesungguhnya ia dapat menguatkan akal dan menambah kehormatan.” Pengkajian bahasa Arab akan meningkatkan daya pikir seseorang, lantaran di dalam bahasa Arab terdapat susunan bahasa indah dan perpaduan yang serasi antar kalimat. Hal itu akan mengundang seseorang untuk mengoptimalkan daya imajinasi. Dan ini salah satu faktor yang secara perlahan akan menajamkan kekuatan intelektual seseorang. (3) Mempengaruhi pembinaan akhlak. Orang yang menyelami bahasa Arab, akan membuktikan bahwa bahasa ini merupakan sarana untuk membentuk moral luhur dan memangkas perangai kotor, membentuk manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia.

Ketiga, Bahasa Arab termasuk lima bahasa resmi PBB. Ini berarti bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk dunia, sehingga ruang pembelajaran dan ruang penggunaannya sangat luas. Bahasa Arab berbeda dengan bahasa-bahasa lain yang menjadi alat komunikasi di kalangan umat manusia. Ragam keunggulan bahasa Arab begitu banyak. Idealnya, umat Islam mencurahkan perhatiannya terhadap bahasa ini. Baik dengan mempelajarinya untuk diri mereka sendiri ataupun memfasilitasi dan mengarahkan anak-anak untuk tujuan tersebut. Peluang usaha dan kerja bagi orang-orang yang ahli dalam bahasa Arab sebenarnya juga sangat menjanjikan.

Jadi, bahasa Arab tetap sangat penting, bahkan menjadi ciri khas kaum muslimin. Seyogyanya menjadi perhatian kaum muslimin. Dengan memahami bahasa Arab, penguasaan terhadap Al Qur”an dan As Sunnah menjadi lebih mudah. Pada gilirannya, akan mengantarkan orang untuk dapat menghayati nilai-nilainya dan mengamalkannya dalam kehidupan. Para ulama tidak mengecilkan arti bahasa Arab. Mereka tetap memberikan perhatian yang besar dalam menekuninya, layaknya ilmu syar”i lainnya. Sebab bahasa Arab adalah perangkat dan sarana untuk memahami ilmu syariat.

Imam Syafi”i pernah berkata: “Aku tinggal di pedesaan selama dua puluh tahun. Aku pelajari syair-syair dan bahasa mereka. Aku menghafal Al Qur”an. Tidak pernah ada satu kata yang terlewatkan olehku, kecuali aku memahami maknanya\". Imam Syafi”i telah mencapai puncak dalam penguasaan bahasa Arab, sehingga dijuluki sebagai orang Quraisy yang paling fasih pada masanya, dia termasuk yang menjadi rujukan bahasa Arab, sehingga hingga saat ini beliau dikenal sebagai ulama besar dalam sejarah Islam.

Semoga melalui refleksi ini, memunculkan kesadaran baru akan pentingnya bahasa Arab di masa depan, tidak hanya dalam aspek pemahaman terhadap kitab-kitab klasik yang berbahasa arab, tetapi juga membuka ruang kreativitas dan peluang bagi ketertarikan generasi muda untuk menggeluti bahasa Arab, sehingga selain memperlihatkan citra dan ciri bahasa Arab sebagai ciri khas Islam, tetapi juga merupakan upaya membumikan bahasa Arab dalam semua aspek kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Wallahu A”lam bi al-Shawab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: