Lima Spesies Grade A, tapi Belum Punya Nama

 Lima Spesies Grade A, tapi Belum Punya Nama

 Rahayu menjelaskan, rumput lapangan sepak bola mempunyai skala 1-9 untuk grade. Jenis rumput yang sudah banyak dikomersialkan di pasaran rata-rata punya grade 8,5 ke atas. \"Kalau rumput yang saya kembangkan ini, grade-nya 7,5 hingga 8. Sedangkan rumput impor yang ditanam di Indonesia, grade-nya biasanya turun ke level 8. Perbedaan iklim antara tempat ditemukannya rumput dan tempat barunya sering menjadi penyebab,\" bebernya.

 Stadion-stadion di Indonesia rata-rata menggunakan rumput jenis zoysia matrella (Linn) merr dan bermuda (cynodon dactilon). Contohnya, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta; Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ), Palembang; hingga Stadion Maguwoharjo Sleman, Jogjakarta.

 Jika zoysia matrella masuk kelas 1, kelas 2-nya adalah rumput bermuda. Beberapa stadion yang memakai rumput bermuda adalah Stadion Patriot, Bekasi, dan Stadion Manahan, Solo. \"Sekitar 30 persen rumput di Stadion Manahan berjenis zoysia dari Merapi. Selebihnya campuran matrella dan bermuda,\" ungkap bapak empat anak itu.

 Kelebihan rumput zoysia Merapi, kata Rahayu, adalah lebih sesuai dengan iklim Indonesia sehingga lebih tahan terhadap kondisi basah maupun kering cuaca. Juga, bisa menghemat pupuk dan air. Akarnya lebih kuat daripada rumput impor. \"Yang tak kalah penting, pembibitannya mudah,\" tuturnya.

 Penggunaan rumput zoysia Merapi mampu menghemat biaya pemasangan dan perawatan hingga 50 persen. Untuk menginstal lapangan sepak bola dengan rumput lokal hasil pengembangan Rahayu dan tim UNS, hanya dibutuhkan dana sekitar Rp 35 ribu per meter persegi. Plus biaya tanam sekitar Rp 5 ribu per meter persegi. Jadi, total Rp 40 ribu. Sementara itu, dengan rumput impor, biayanya minimal Rp 60 ribu.

 Sayangnya, sampai saat ini belum banyak stadion di Indonesia yang mau menjajal rumput temuan Rahayu tersebut. Baru proyek pembangunan stadion anyar di Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang menggunakan rumput lokal secara penuh.

 Menurut Rahayu, kendala regulasi menjadi penghalang belum luasnya pasar rumput lokal menjadi landasan lapangan sepak bola. Sebab, universitas tidak boleh menawarkan produk ke pihak swasta. Apalagi kebanyakan pengelola stadion punya link sendiri dengan CV atau kontraktor pengembang rumput lapangan sepak bola.

 Tahun depan Rahayu berencana mengajak kerja sama para kontraktor pemasangan rumput lapangan sepak bola. \"Mungkin untuk saat ini baru Stadion Manahan yang kami garap. Tahun depan kami akan membuka lebih banyak lagi jaringan kerja sama dengan kontraktor,\" ujarnya.

 Meski mulai berancang-ancang melebarkan sayap memasarkan rumput hasil kembangan, Rahayu belum punya pikiran menamai jenis rumputnya. \"Belum ada pikiran untuk menamai rumput-rumput itu. Sementara zoysia native dulu sambil mencari link-link dan kemudian baru mematenkan namanya.\"

Memang, secara kualitas, daun dan akar rumput lokal lebih lebar dan kuat jika dibandingkan dengan zoysia matrella dan bermuda. Demikian pula manfaatnya bagi permainan sepak bola. Untuk uji pantulan, levelnya memang belum bisa diketahui. Tapi, kelembutannya tidak kalah dari matrella dan bermuda.

 \"Kami tahun depan berencana memakai rumput lokal saja. Sebab, ternyata lebih kuat dan lebih bagus,\" kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Stadion Manahan Heru Prayitno.

 Menurut dia, dari sisi kekuatan, rumput zoysia Merapi mempunyai power lebih besar dalam mencengkeram. Karena itu, apabila intensitas penggunaan lapangan lebih sering, rumput tidak mudah rusak. \"Kalau kena pull sepatu bola, rumput Merapi tidak mengelupas. Berbeda dengan bermuda yang cengkeramannya kurang kuat. Begitu terkena pull, akan mudah mengelupas. Mau tidak mau, perlu perawatan ekstra,\" paparnya.

 Pengeluaran anggaran untuk perawatan rumput di Stadion Manahan bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Heru optimistis, bila semua lapisan rumput di Manahan nanti diganti zoysia Merapi, pengeluaran bisa ditekan. \"Kami memang berharap bisa lebih irit dengan rumput Merapi,\" lanjutnya.

 Karena itu, pengelola Stadion Manahan bersiap menggandeng Rahayu dan tim UNS untuk mengembangkan penangkaran rumput Merapi di sekitar Manahan. \"Target kami, dalam dua tahun ke depan sudah bisa menggunakan rumput lokal ini. Bukan lagi 30 persen seperti saat ini,\" katanya.

 Kelebihan daya cengkeram rumput Merapi mulai menarik perhatian beberapa pengelola stadion di Jateng dan DIJ. Salah satunya pengelola Stadion Maguwoharjo, Sleman. Kepala UPT Stadion Maguwoharjo Sumadi mengakui perawatan rumput jenis zoysia matrella menelan biaya tidak murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: