Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Makin Rendah
JAKARTA- Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun ini dan selanjutnya. Ini dikarenakan pendekatan untuk mengukur tingkat PDB mengalami perubahan tahun dasar sesuai dengan yang diminta oleh PBB maupun IMF.
Direktur Analisa dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan, dalam waktu empat tahun, akhirnya pihaknya menyetandarkan statistik pertumbuhan ekonomi menggunakan system of national accounts 2008 (SNA2008) dalam penyusunan tahun dasar 2010. Awalnya, BPS menggunakan tahun dasar 2000 dalam penghitungan. \"Sekarang komponennya 17. Sementara yang lama hanya 9,\" ungkapnya di Kantor Pusat BPS, kemarin (27/11).
Beberapa perubahan komponen itu antara lain pada output pertanian. Apabila konsep lama hanya mencakup output pada saat panen, sebaliknya konsep baru menghitung output saat panen ditambah nilai hewan dan tumbuhan yang belum menghasilkan. Begitu juga biaya eksplorasi mineral dan pembuatan produk original, yang pada konsep lama dicatat sebagai biaya antara. \"Sekarang dicatat sebagai biaya antara dan kapitalisasi sebagai PMTB (pembentukan modal tetap bruto),\" ujarnya.
Namun demikian, kebijakan baru yang mulai diterapkan pada kuartal empat 2014 tersebut membawa sejumlah konsekuensi. Di antaranya adalah kemungkinan besar posisi pertumbuhan ekonomi yang merosot. Misalnya, akselerasi ekonomi pada 2013 dengan tahun dasar 2000 mencapai 5,78 persen. \"Kalau dihitung dengan 17 sektor, maka pertumbuhan ekonominya menjadi 5,52 persen,\" terangnya.
Tidak pelak, menurut Kecuk, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 ini bisa jadi semakin anjlok. Dengan asumsi tahun dasar 2000 saja, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga sudah merosot menjadi 5,01 persen dari 5,12 persen pada kuartal pertama 2014. \"Dari range tersebut, diperkirakan akhir tahun ini mencapai 5-5,2 persen. Kecuali pada kuartal empat ada peningkatan yang signifikan,\" paparnya.
Sayangnya, Kecuk masih enggan membeberkan berapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi 2014 apabila memakai tahun dasar baru. Dia mengatakan, data baru tersebut akan dirilis pada Februari 2015 mendatang. \"Yang jelas kami sudah sepakat dengan Bappenas dan Bank Indonesia (BI) untuk meng-update data secara nasional,\" terangnya.
Sementara itu, Direktur Neraca Pengeluaran BPS Sri Soelistyowati menambahkan, salah satu negara maju yang telah menerapkan tahun dasar ini adalah Singapura. \"Dan negara maju kecenderungan pertumbuhan ekonominya kecil, namun PDB per kapitanya besar. Indonesia juga begitu,\" ungkapnya.
Di samping itu, perubahan tahun dasar ini juga mebawa dampak adanya penurunan tax ratio atau rasio pajak. \"Naiknya nominal produk domestik bruto lantaran perubahan harga dasar adalah yang menyebabkan rasio pajak akan turun. Direktur Eksekutif Institute for Development Economic and Finance Ahmad Erani Yustika mengatakan, dengan adanya perubahan itu, maka pemerintahan baru dinilai bakal sulit untuk mengejar target tax ratio \"16 persen dalam lima tahun ke depan.
\"Kalau ingin menaikkan tax ratio 16 persen maka pemerintah perlu meningkatkan enam persen dalam lima tahun ke depan dari sekarang 10,8 persen (dengan tahun dasar 2005). Itu pekerjaan yang luar biasa besar,\" jelasnya.
(gal)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: