Rupiah Menuju Rp. 14.000 per USD
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey menilai kurs rupiah yang menguat mendapat dorongan dari paket kebijakan ekonomi yang gencar dikeluarkan pemerintah. Dikabarkan paket jilid III akan fokus untuk mendorong daya beli masyarakat dengan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).’’Pasar sepertinya menyambut positif berita itu,’’ katanya.
Dia juga menilai penguatan rupiah juag menunjukkan mulai adanya optimisme pasar terhadap perekonomian domestik. Ia berharap kondisi terus berlanjut karena pemerintah masih menyiapkan beberapa paket kebijakan lain untuk memperbaiki kondisi ekonomi. ‘’Kami cuma berharap rupiah terus menguat dan stabil di angka tertentu, atau kembali seperti sebelumnya,’’ kata Roy.
Secara umum dia mengapresiasi usaha pemerintah yang telah jor-joran mengeluarkan paket kebijakan. Harapannya, rupiah terus menguat hingga paket kebijakan jilid III dikeluarkan Kamis (8/10) mendatang.’’Kalau memang nanti BBM jadi diturunkan, atau mungkin ada kebijakan lain kami sangat senang sekali, karena itu akan mendongkrak daya beli masyarakat,’’ sebutnya.
Dia menilai pemerintah sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Oleh sebab itu ia berharap dalam paket kebijakan jlid III nanti pemerintah kembali memiliki resep cespleng untuk meningkatkan daya beli. ‘’Sebenarnya pemerintah sudah tahu kalau konsumsi masyarakat itu penting karena menyumbang 54,6 persen dari PDB (product domestic bruto),” tandasnya.
Menurut dia, penguatan rupiah akan sangat berpengaruh pada harga barang konsumsi. Sebab produsen masih banyak yang tergantung pada bahan baku impor.’’Otomatis karena Indonesia bahan baku masih impor, kapas, bawang putih, kedelai itu diimpor jadi kalau dolar naik harganya juga akan naik. Sekarang kalau dolar turun saya harap harganya bisa disesuaikan,’’tukasnya.
Hingga saaat ini, kata dia, ritel belum menaikkan harga karena masih memiliki stok saat rupiah masih sekitar Rp 12.000 per dolar. Menurut Roy, kondisi menaikkan harga adalah langkah terakhir yang akan dilakukan ritel. ‘’Tapi dengan adanya paket kebijakan ekonomi pemerintah kita yakin rupiah akan menguat kembali, sehingga perekonomian nasional membaik,’’ jelasnya.
Saham Ikut Bergairah
Penguatan tajam rupiah berjalan beriringan dengan pasar saham yang kembali menghijau. Dalam dua hari, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat signifikan lebih dari 5 persen. Sejalan dengan penguatan nilai tukar Rupiah sehingga investor asing melanjutkan aksi beli.
Pada penutupan perdagangan kemarin IHSG menguat 102,080 poin (2,350 persen) ke level 4.445,781 dan indeks LQ45 melesat 25,61 poin (3,49 persen) ke level 759,31. Investor asing melanjutkan pembelian sejak awal pekan kemarin dan pada perdagangan kemarin tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) sebesar Rp 844,8 miliar.
Mayoritas bursa saham Asia juga ditutup di zona hijau kemarin. Indeks Nikkei 225 (Jepang) naik 1,00 persen, indeks Straits Times (Singapura) naik 1,62 persen, indeks Kospi (Korea Selatan) naik 0,63 persen, sebaliknya indeks Hang Seng (Hong Kong) turun 0,10 persen.
Dengan begitu sudah kali kedua bursa saham Indonesia mencatatkan kenaikan tertinggi secara harian dibandingkan bursa global. ”IHSG masih dapat melanjutkan penguatannya di hari kedua pekan ini meskipun mulai diwarnai aksi ambil untung. ‘’Dalam dua hari terakhir secara total persentase kenaikanlebih dari 5 persen sehingga wajar jika ada pelaku pasar yang memanfaatkan untuk -take profit,’’ ucap Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, kemarin.
Penguatan yang terjadi masih ditopang oleh adanya sentimen positif antara lain masih adanya aksi beli pelaku pasar baik lokal maupun asing, nilai tukar Rupiah yang masih menguat, hingga imbas masih positifnya laju bursa saham Asia seiring imbas penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS).
Asumsi bahwa penguatan nilai tukar Rupiah dapat memberikan sentimen positif bagiIHSG, kata dia, memang cukup beralasan. IHSG terus naik setelah Rupiah mencapai titik terendahnya di akhir bulan September. Patahnya tren turun jangka pendek Rupiah juga direspon dengan patahnya tren turun jangka pendek IHSG.
Nilai tukar Rupiah bergerak menguat karena nilai jual komoditas masih bergerak positif sehingga mampu meredam potensi penguatan nilai tukar dolar AS (USD). Sejumlah mata uang Asia memanfaatkan momentum ituuntuk dapat bergerak positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: