>

Pemerintah Optimis Ekonomi Tumbuh 4,73 %

Pemerintah Optimis Ekonomi Tumbuh  4,73 %

Di samping itu, kata Bambang, realisasi penerimaan perpajakan juga dipengaruhi oleh melemahnya impor dan anjloknya harga-harga komoditas. Khususnya, komoditas yang menjadi andalan ekspor utama Indonesia, yakni Crude Palm Oil (CPO) dan komoditas pertambangan. Meski begitu, dia menuturkan, penerimaan pajak dari sektor Pajak Penghasilan (PPh) non migas justru mencatat peningkatan. Dibandingkan tahun lalu, pendapatan pajak dari sektor tersebut mengalami kenaikan 19 persen atau Rp 547,5 triliun. \"Jadi secara keseluruhan realisasi pajak non migas mencapai Rp 1.005,7 triliun atau tumbuh 12 persen,\"katanya.

 

Bambang menuturkan, secara keseluruhan tahun 2015 adalah tahun yang penuh dinamika ekonomi. Meski begitu, dia menilai, perekonomian Indonesia relatif berhasil melewati perlambatan ekonomi global. \"Walaupun menghadapi tekanan eksternal seperti negara berkembang lainnya, tapi kinerja perekonomian kita masih lebih baik. Kondisi fiskal 2015, dalam situasi yang aman sehingga stabilitas perekonomian masih terjaga dengan baik,\"tuturnya.

 

Bagaimana dengan tahun ini? Bambang memaparkan, APBN 2016 lebih kredibel namun tetap mampu mewujudkan Nawa Cita. Alasannya, berbagai kebijakan pemerintah pada 2015 masih terus dilanjutkan. Kebijakan-kebijakan tersebut pun mulai dirasakan manfaatnya pada 2016, diantara kebijakan reinventing policy hingga revaluasi aset. Pihaknya juga meyakini, tax amnesty atau pengampunan pajak bisa diberlakukan tahun ini. Sebagai informasi, pemerintah memperkirakan potensi perolehan dari tax amnesty mencapai Rp 60 triliun.

 

Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinana adanya revisi target penerimaan pajak pada APBN-P 2016. \"Kemenkeu juga tidak ragu merevisi target penerimaan negara dalam APBN 2016 dengan basis realisasi penerimaan negara tahun 2015,\"ujarnya.

 

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengungkapkan bahwa target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 5,3 persen dianggap terlalu tinggi.

 

”Di 2015 saja sudah pasti tidak tercapai targetnya yang mencapai 5,7 persen. Nanti kalau data pertumbuhan ekonomi seperti yang diprediksi pemerintah 4,73 persen sudah dirilis, ya berarti memang target yang ditetapkan terlalu tinggi. Tahun depan pemerintah menargetkan 5,3 persen, kalau dilihat memang over optimistic,” ujarnya kepad Jawa Pos, Minggu (3/1).

 

Kondisi ekonomi global memang sedang mengalami perlambatan, hal itu, mau tidak mau juga membawa pengaruh pada perlambatan ekonomi yang terjadi di dalam negeri. Ketidakpastian soal suku bunga The Fed memang telah berangsur mereda, namun, pelemahan ekonomi Tiongkok masih menjadi momok bagi ekonomi Indonesia.

 

Seperti diketahui, Tiongkok merupakan negara mitra dagang yang sangat vital bagi Indonesia. Praktis, pelemahan ekonomi yang terjadi di Negeri Tirai Bambu tersebut pasti membawa sentimen negatif bagi ekonomi Indonesia. ”Tiongkok sebagai salah satu motor ekonomi Indonesia melambat, itu salah satu indikator bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan kencang,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: