‘TUK’ Gambarkan Pentingnya Menjaga Amanat

‘TUK’ Gambarkan Pentingnya Menjaga Amanat

JAMBI – Teater ‘TUK’ tampil perdana di Taman Budaya Jambi, Sungai kambang. Teater TUK, diperankan oleh Teater Air Jambi. Dari judulnya, penonton sudah penasaran apa yang dimaksud dengan TUK, bagaimana ceritanya. Pemain juga mampu membawakan peran dengan sangat baik, penonton dapat terbawa suasana cerita.

 “Penasaran sekali, apa yang dimaksud dengan TUK itu, ceritanya sangat menarik,” ungkap Azmi, salah seorang penonton.

Bambang “Kenthut” Widoyo, sutradara teater TUK menuturkan, TUK bercerita tentang sebuah pemukiman bernama Magersaren, yang dihuni oleh masyarakat kalangan bawah. Kondisi kampung yang kumuh menyebabkan timbulnya beberapa konflik dan polemik. TUK diartikannya adalah sebuah mata air. Dalam teater, TUK digambarkan dengan sebuah sumur yang berada di tengah pemukiman dan menjadi satu-satunya sumber mata air bagi warga di sana.

“Masing-masing warga memiliki karakter, watak dan mata pencarian yang berbeda,” jelasnya.

TUK menceritakan tentang suatu kampung bernama Magersaren yang dihuni oleh Mbah Rawit, Marto Krusuk, Lek Bismo, Bibit, Soleman, Menik dan warga lainnya. Tuk atau sumur tersebut menjadi suatu tempat dimana warga saling berinteraksi. Cerita diawali dengan suasana Magersaren yang semula damai dan tentram lantas menimbulkan berbagai polemik setelah pemilik sah tempat itu, Den Darsa wafat dan mewariskan tempat itu kepada anak angkatnya Menik. Sayangnya, Menik yang tamak mengharuskan warga yang tinggal membayar uang sewa, padahal selama ini mereka tidak membayar sewa pada Den Darsa.

Tidak hanya sampai disitu, Menik juga berkeinginan menjual tempat itu kepada Soleman yang merupakan makelar Tanah. Mbah Rawit yang merupakan penghuni lama tempat itu merasa sangat sedih dan berupaya keras agar tempat itu tidak dijual. Sayangnya, usaha Mbah Rawit sia-sia dan dia pun meninggal tepat di depan sumur itu.

Bambang mengungkapkan pada dasarnya penonton dapat menafsirkan sendiri makna dari pertunjukkan tersebut. Hanya saja, menekankan pentingnya suatu keserasian hidup, juga bagaimana suatu amanah dapat dilaksanakan dengan baik. Mengingat Den Darsa telah berpesan kepada Menik anak angkatnya dan Mbah Rawit warga di sana untuk tidak menjual tempat itu dan terus mengembangkan dan melestarikannya.

“Pesan ini sangat penting khususnya bagi generasi muda tentang bagaimana menjaga amanah yang ditinggalkan orang tua,” tandasnya.

Teater TUK masih akan dimainkan hingga Minggu (6/2). Dari Kamis hingga Sabtu, penonton dapat menyaksikan pagelaran terater TUK di Taman Budaya Jambi Sungai Kambang pukul 15.00 WIB, penutupan akan digelar pada Minggu (06/02) pukul 19.30 WIB.

 (azz/mg6) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: