>

Visa, Jadwal Penerbangan, dan Pemondokan Rawan Picu Masalah

Visa, Jadwal Penerbangan, dan Pemondokan Rawan Picu Masalah

JAKARTA - Misi penyelenggaraan ibadah haji tahun ini sudah di depan mata. Sesuai jadwal Kementerian Agama (Kemenag), sebagian mulai Senin (16/7) calon jamaah haji (CHJ) sudah mulai memasuki asrama haji. Kemudian keesokan harinya (17/7) mulai terbang menuju Madinah.

Pengamat haji dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dadi Darmadi mengatakan ada tiga sektor layanan haji strategis yang harus mendapatkan perhatian Kemenag. Pertama adalah urusan paspor dan visa umrah. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, ada CJH yang sudah berada di asrama haji, tapi visanya belum keluar.

\"Biasanya (visa umrah, Red) untuk pekan pertama lancar. Tapi di pekan kedua, ketiga, dan berikutnya rawan ada masalah,\" katanya saat dihubungi kemarin (13/7). Dadi mengatakan Kemenag harus proaktif mengawal penerbitan visa umrah. Jika ada CJH yang bakal berangkat, tapi visanya belum keluar, harus segera koordinasi dengan Kedutaan Arab Saudi di Jakarta. 

Dia tidak ingin informasi visa belum keluar, diterima jamaah sehari jelang keberangkatan. Sebab jamaah bisa menanggung beban moral. Dimana rombongannya sudah bersiap berangkat, tapi ada beberapa CJH yang tercecer dari rombongannya.

Layanan kedua yang tidak kalah penting adalah soal penerbangan. Dadi mengatakan potensi delayed atau penundaan jam pemberangkatan penerbangan haji pasti ada. Sebaiknya jamaah jangan sampai menunggu terlalu lama di bandara, karena menunggu penerbangan. \"Sebaiknya waktu menunggu itu dipakai istirahat di asrama haji,\" kata dia.

Layanan ketiga yang tidak kalah penting adalah pemondokan. Untuk pemberangkatan jamaah haji gelombang pertama, maka pemondokan atau hotel di Madinah yang harus dipastikan ketersediaannya. Dia tidak ingin ada jamaah sudah sampai lobi hotel, tapi tidak segera bisa masuk kamarnya masing-masing.

\"Jamaah umumnya baru pertama ke Saudi, menjalani penerbangan panjang, pasti merasa capek,\" tuturnya. Menurut Dadi sering muncul kejadian, kamar hotel yang semula berstatus available (tersedia) tetapi tidak bisa segera diisi jamaah haji Indonesia. Menurutnya jika Kemenag berhasil mengantisipasi masalah pada layanan visa haji, penerbangan, dan pemondokan, layanan haji secara umum bisa berjalan baik.

Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Mastuki mengatakan, masyarakat tidak perlu kawatir terkait persiapan haji. Saat ini seluruh asrama haji yang akan kedatangan CJH sudah siap. Jajaran panitia haji tingkat Embarkasi juga sudah selesai dibentuk. Mastuki optimisitis penyelenggaraan perjalanan haji, khususnya pada tahap-tahap awal berjalan lancar.

Khusus terkait visa haji, Mastuki mengatakan sudah banyak yang keluar atau terbit. \"Informasi sore ini (kemarin, Red) sudah ada 94 ribuan visa haji yang sudah terbit,\" jelasnya. Mastuki juga berani menjamin bahwa visa haji untuk CJH kloter-kloter awal telah terbit. Sehingga jamaah tidak ada yang tercecer dari rombongannya.

Mastuki mengatakan dari seluruh Embarkasi, ada enam Embarkasi yang memberangkatkan jamaah mulai 17 Juli. Sementara jumlah kloter yang diberangkatkan pada 17 Juli mencapai 11 kloter dengan jumlah jamaah mencapai 4.486 orang. Paling banyak dari Embarkasi Solo sejumlah 1.440 orang yang tergabung dalam empat kloter.

Sementara itu Kemenag juga menyiapkan petugas yang khusus untuk mengawasi penyelenggaraan ibadah haji khusus (PIHK). Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag Arfi Hatim mengatakan tahun ini ada delapan orang yang bertugas mengawasi PIHK. Sementara jumlah PIHK tahun ini mencapai 158 unit perusahaan. Mereka memberangkatkan 17 ribu kuota haji khusus.

Arfi mengatakan delapan petugas itu khusus untuk mengawasi layanan haji oleh PIHK. Seperti layanan pemondokan, transportasi, dan konsumsi. Selain itu juga mengawasi keberadaan pembimbing hajinya. Kemenag menegaskan haji adalah ibadah yang harus sesuai dengan tuntunannya. Sehingga keberadaan pembimbing mutlak dibutuhkan.

\"Pesan saya kepada PIHK, agar melayani jamaahnya sesuai kontrak. Sesuai paket yang sudah dibayar,\" katanya. Misalnya paket menginap di hotel bintang tiga, empat, atau lima, harus dilayani sesuai perjanjian. Sehingga jamaah bisa menjalankan ibadah hajinya dengan khusyuk dan lancar.

(wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: