Mahfud, TGB, Airlangga Masuk Kantong Jokowi
Emrus Sihombing, pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) mengatakan, selain Mahfud MD, Airlangga, TGB Zainul Majdi, dan Muhaimin Iskandar, satu nama lagi yang juga masuk cawapres Jokowi adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani. Perempuan itu mempunyai segudang pengalaman dalam bidang ekonomi.
Menurut hipotesisnya, dari lima nama itu sudah mengerucut dua nama. Kedua tokoh yang berpeluang menjadi cawapres Jokowi adalah Mahfud MD dan Airlangga. Saat ini, kata dia, Jokowi sedang diserang tiga isu. Ialah isu komunisme, anti Islam, dan pro Tiongkok. Mahfud lah yang bisa membendung tiga isu tersebut. Sebab, pria asal Madura itu merupakan tokoh Islam, santri, bersih, akademisi, dan sangat dihormati. \"Jika Mahfud disandingkan dengan Jokowi, maka tiga isu itu bisa diatasi,\" papar dia.
Nama Mahfud juga relatif bisa diterima parpol pendukung Jokowi, karena dia bukan orang partai. Pengalamannya juga komplit, karena dia menjadi menteri, anggota dewan, dan ketua MK. Jadi, pengalamn eksekutif, legislatif dan yudikatif semua sudah dia miliki. Apalagi, ia juga guru besar hukum tata negara UII yang juga tokoh NU.
Namun, jika pertimbangannya Jokowi adalah dukungan partai dan jumlah kursi di DPR, maka Airlangga yang akan dipilih. Sebagai ketua partai, tentu Airlangga mempunyai dukungan jelas dari partai. Tapi, kehadiran Airlangga belum tentu bisa diterima partai lain. Sebab, partai koalisi juga mempunyai calon masing-masing.
Jika Airlangga yang dipilih, tutur dia, itu sama halnya memberi karpet merah bagi Airlangga untuk menjadi capres pada Pemilu 2024. “Sekarang keputusannya ada di tangan Jokowi,” ungkap dia saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Sedikit berbeda dengan Emrus, Direktur Eksekutif Indobarometer M Qodari menilai, cawapres yang akan dipilih Jokowi justru cenderung berlatar belakang santri. Tanpa menyebut nama yang sudah ada, sosok non parpol dengan latar belakang santri yang kuat saat ini justru menjadi kandidat kuat pendamping Jokowi.
”Isu yang paling besar menerpa pak Jokowi adalah SARA. Isu ekonomi ada, tapi ujungnya juga mengarah ke SARA. Selain santri yang mampu menangkal, yang punya peluang adalah tentara,” kata Qodari kepada Jawa Pos (Induk Jambi Ekspres).
Kecilnya peluang sosok dari parpol, kata Qodari, karena potensial menimbulkan perpecahan koalisi. Pasalnya, siapapun tokoh parpol yang akan dipilih Jokowi, memiliki peluang besar mendapat panggung politik di pemilu 2024. ”Kalau Muhaimin atau Romahurmuziy misal menerima Airlangga (cawapres), sama saja kasih karpet merah. Demikian sebaliknya, jadi saya yakin 95 persen non parpol,” ujar Qodari.
Kriteria lain cawapres Jokowi, lanjut Qodari adalah kemungkinan besar sosok yang dipilih usianya lebih senior dari Jokowi. Pertimbangannya juga terkait peluang panggung politik pemilu 2024, sehingga sosok non parpol itu bisa diterima koalisi. Kriteria terakhir adalah sosok non parpol itu juga diterima khususnya Megawati Soekarnoputri. ”Kalau bu Mega gak setuju, saya kira sulit. Jadi bisa dilihat mana yang peluangnya besar,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menambahkan, selain Mahfud, sosok yang layak diperhitungkan menjadi cawapres adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin atau mantan Panglima TNI Moeldoko. Nama Ma’ruf bisa jadi mulai diperhitungkan oleh poros koalisi gerbong Jokowi, sebagai representasi kelompok umat Islam.
”(Ma’ruf) selama ini terkesan tegas dan tidak memusuhi umat, mengayomi dan ulama cukup menyejukkan politik kebangsaan, sangat bijak, ulama yang di tengah,” kata Pangi kepada Jawa Pos.
Figur Ma\'ruf Amin dibutuhkan Jokowi dalam mengatasi problem ke-umatan. Kalau tidak terjadi dualisme, maka grasroot NU dan PKB besar kemungkinan bulat memilih Ma\'ruf Amin. ”Selain itu, kelebihan Ma\'ruf Amin yaitu berbedanya ceruk basis segmen pemilihnya dengan Jokowi, sehingga mampu mendulang elektoral bagi Jokowi,” ujar dosen ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah itu.
Pangi menambahan, sosok Moeldoko belakangan mulai diperhitungkan menjadi cawapres Jokowi. Moeldoko pernah menjadi panglima TNI, memiliki hubungan yang sudah terbaca oleh Jokowi sejak yang bersangkutan diangkat menjadi Kepala Staf Kepresidenan. ”Walaupun beliau sudah pensiun namun kekuatan infrastruktur dan suprastrukturnya di militer tentu masih ada. Terutama mengamankan dan menarik faksi/gerbong jenderal yang kontra/berseberangan terhadap Jokowi,” ujarnya.
Sementara itu, menurut hasil survei yang dilakukan The Initiative Institute pada 10 – 15 Juli, ada sejumlah nama yang layak menjadi pendamping Jokowi. Nama Mahfud MD berada di urutan paling atas sebagai tokoh yang paling layak menjadi cawapres dengan persentase 70,6 persen. Disusul Sri Mulyani 64,1 persen, Chairul Tanjung 62,3 persen, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 60,9 persen, dan tokoh lain seperti Gatot Nurmantyo, TGB Zainul Majdi, Agus Harimurti Yudhyono (AHY), serta Airlangga yang berada di bawah 60 persen. “Dari segi kelayakan Mahfud paling unggul,” terang CEO The Initiative Institute Airlangga Pribadi kepada Jawa Pos kemarin.
Pada klaster tokoh berpengalaman dalam pemerintahan, Mahfud juga menempati posisi tertinggi dengan indeks 0,73, mengalahkan Anies Baswedan, Sri Mulyani, Chairul Tanjung, dan Susi Pudjiastuti. Begitu juga pada klaster tokoh ormas keagamaan, nama tokoh dari Madura itu juga berada di paling atas dengan indeks 0,72, kemudian disusul TGB Zainul Majdi, Khofifah Indar Parawansa, Din Syamsuddin, Haedar Nashir, dan Said Aqil Siradj.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: