>

Profil Fadjroel Rachman: Pernah Mendekam di LP Nusakambangan dan Sukamiskin

Profil Fadjroel Rachman: Pernah Mendekam di LP Nusakambangan dan Sukamiskin

JAKARTA - Berikut ini merupakan profil Fadjroel Rachman yang secara resmi sudah menjabat sebagai juru bicara (jubir) Presiden Jokowi.

Ya, Presiden Jokowi merealisasikan pernyataan yang pernah dilontarkannya saat menghadiri halalbihalal aktivis 98 se-Indonesia, di Grand Ballroom Hotel Puri Sahid Jaya, Jakarta, awal Juni lalu.

BACA JUGA: Resmi! Fadjroel Rachman Jubir Jokowi, Keppres Sudah Keluar, tapi Kok Masih Asik Jadi Komisaris BUMN?

Saat itu, Presiden Jokowi mencermati bahwa belum ada aktivis 98 yang duduk di kursi kabinet. Menurut Jokowi, aktivis 98 dalam perjalanannya baru berhasil duduk di level kepala daerah serta parlemen.


Fadjroel Rachman, pria kelahiran Banjarmasin, Kalsel, 17 Januari 1964 itu, merupakan salah satu tokoh aktivis 98 yang cukup vokal kala mahasiswa berupaya menggulingkan pemerintahan Presiden Soeharto.

Kegiatan Fadjroel sebagai seorang aktivis sudah dilakoni sejak tahun 1980-an, saat mengenyam pendidikan di ITB dan UI. Fadjroel tercatat mengambil jurusan kimia di ITB, lalu manajemen keuangan di Fakultas Ekonomi UI.

Fadjroel meneruskan kuliah Magister Hukum di Fakultas Hukum UI dan menjadi Doktor Ilmu Komunikasi Pascasarjana FISIP UI.


Semasa kuliah, akibat kerap menentang pemerintahan Soeharto, Fadjroel sempat mendekam di berbagai lembaga pemasyarakatan, baik di Nusakambangan hingga di Sukamiskin, sebagai tahanan politik.

Sukamiskin adalah penjara tempat Presiden pertama RI Soekarno ditahan pada masa penjajahan Belanda. Di sana Soekarno melahirkan buku kumpulan tulisan Di Bawah Bendera Revolusi.
Di penjara, seorang Fadjroel Rachman pun banyak melahirkan karya tulis esai, puisi dan novel. Puisi-puisi yang dituliskan Fadjroel selama menjadi tahanan politik di balik terali penjara, kemudian diterbitkan dalam kumpulan puisi Catatan Bawah Tanah dan Sejarah Lari Tergesa.


Pada masanya, Mochtar Lubis berminat menerbitkan puisi-puisi Fadjroel yang tercantum dalam pledoinya, kecuali dua puisi yang dianggap terlalu keras pada waktu itu.

Sementara esai-esainya dimasukkan dalam buku \"Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat\" dan Democracy Without the Democrats: On Freedom, Democracy and The Welfare State. Fadjroel juga tercatat sempat melahirkan sejumlah novel.

Puncak perlawanan Fadjroel terhadap rezim orba adalah tahun 1998, di mana kala itu mahasiswa berhasil menggulingkan pemerintahan Soeharto.

Saat pemerintahan orde baru, Fadjroel tetap idealis dengan tidak masuk ke dalam partai politik. Dia tetap memilih bergelut dengan dunia aktivisme.

Pada tanggal 28 Oktober 2007 bertempat di Gedung Arsip Nasional, Jln. Gajah Mada, Jakarta, seorang Fadjroel Rachman bersama dengan teman-temannya mendeklarasikan Ikrar Kaum Muda Indonesia dengan tema sentral \"Saatnya Kaum Muda Memimpin.\"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: