Smartphone Sebagai Sarana Literasi dan Inklusi Keuangan Modern

Smartphone Sebagai Sarana Literasi dan Inklusi Keuangan Modern

Oleh : Fauzi Yosi*

KEMAJUAN IPTEK khususnya dibidang digital, tentunya sangat berpengaruh bagi perkembangan peradaban umat manusia. Hadirnya smartphone pun semakin merambah pola fikir manusia, dalam mencari sesuatu yang baru. Apapun kini dapat di akses umat manusia melalui ponsel, dengan hanya mencari kata kunci apa yang akan dicari. Dengan kemajuan teknologi, maka masa depan Literasi dan Inklusi Keuangan khususnya di Provinsi Jambi tidak akan pernah padam. Apalagi, dengan keberadaan media massa pun baik cetak maupun digital, yang ikut membantu masyarakat mengetahui lebih dalam mengenai literasi dan inklusi keuangan. Selama ini baik Pemerintah Daerah, OJK Provinsi Jambi, maupun Perbankan, Pasar Modal, hingga Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) seperti Perasuransian, Lembaga Pembiayaan, Dana Pensiun, Pergadaian, dan LJK formal lainnya di Provinsi Jambi, selalu bersinergi untuk mengembangkan literasi dan inklusi keuangan, dengan sasaran masyarakat umum, mahasiswa hingga anak sekolah, baik di Kota maupun di Desa. Pemerintah Daerah pun tidak tinggal diam agar masyarakatnya melek akan literasi dan inklusi keuangan. Saat ini pengguna smartphone bukan hanya didominasi kalangan dewasa namun juga sudah menjangkau anak-anak sekolah. Sehingga dirasa tepat dalam mensosialisasikan literasi dan inklusi keuangan disasar melalui smartphone, baik itu menggunakan kuis yang pemenangnya mendapatkan hadiah menarik, ataupun melalui aplikasi yang didalam aplikasi tersbut memaparkan literasi dan inklusi keuangan, dan di akhir pemaparan disuguhkan game menarik, yang di dalamnya berisikan game tentang literasi dan inklusi keuangan, tentunya disertai dengan hadiah yang menarik pula.

Perlu diingat penggunaan smartphone tidak saja menjangkau masyarakat perkotaan, namun hingga kepelosok desa, untuk bisa mensosialisasikan literasi dan inklusi keuangan dipelosok desa tidaklah muda, karena keterbatasan Sumber Daya Manusia, apalagi masih ada desa-desa di Jambi yang letaknya yang sangat jauh, dibutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai kelokasi desa. Peranan smartphone disini sangat dibutuhkan, yang dapat menjangkau masyarakat hingga kepelosok desa. Tentunya untuk mensosialisasikan literasi dan inklusi keuangan, harus ada kerjasama dengan provider seluler, untuk ditampilkan sebagai iklan layanan saat masyarakat membuka konten. Baik kuis maupun aplikasi yang terdapat game tentang literasi dan inklusi keuangan pun harus dibuat semenarik mungkin dan selalu ada perubahan pertanyaan maupun variasi game, sehingga selain menyuguhkan ilmu yang diberikan, masyarakat pun diberikan hadiah menarik dari keseleluruhan pertanyaan yang dijawab dengan benar, dan game yang diselesaikan dengan benar.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 lalu, tingkat Literasi Keuangan dan Inklusi keuangan 2019 masing-masing mencapai 38,03 persen dan 76,19 persen. Angka cukup menggembirakan, pasalnya Indonesia telah berhasil melampaui target yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam Peraturan Presiden No. 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) sebesar 75 persen untuk tingkat inklusi keuangan, sementara target tingkat literasi keuangan yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 50 tahun 2017 tentang Strategi Nasional Perlindungan Konsumen sebesar 35 persen juga telah terlampaui. Angka ini menunjukkan peningkatan cukup signifikan dari survei sebelumnya di tahun 2016 dimana terdapat peningkatan pemahaman keuangan (awareness) masyarakat sebesar 8,33 persen serta peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan sebesar 8,39 persen.
Survei ini merupakan kali ketiga yang dilakukan OJK yang melibatkan 12.773 responden dari 34 Provinsi dan 67 Kabupaten/Kota yang mencakup seluruh sektor jasa keuangan yang berada dibawah pengawasan OJK, mulai dari sektor Perbankan, Pasar Modal, hingga Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) seperti Perasuransian, Lembaga Pembiayaan, Dana Pensiun, Pergadaian, dan LJK formal lainnya. Pengukuran SNLIK 2019 menggunakan indikator yang sama dengan 2 survei sebelumnya di tahun 2013 dan 2016. Untuk tingkat literasi keuangan terdiri dari indikator pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku, sementara tingkat inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage) produk/layanan keuangan dalam satu tahun terakhir.
Bila dilihat berdasarkan strata wilayah, untuk wilayah perkotaan tingkat literasi dan inklusi keuangan mencapai 41,41 persen dan 83,60 persen. Sementara tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat perdesaan adalah 34,53 persen dan 68,49 persen. Hal ini menunjukkan bahwa baik dari sisi pemahaman maupun penggunaan produk/layanan keuangan, masyarakat yang berada di wilayah perdesaan masih cukup tertinggal dibandingkan masyarakat yang tinggal di wilayah kota.
Lebih lanjut, hasil survei OJK juga menunjukkan bahwa berdasarkan gender, tingkat literasi dan inklusi keuangan laki-laki sebesar 39,94 persen dan 77,24 persen, relatif lebih tinggi dibanding perempuan sebesar 36,13 persen dan 75,15 persen.
Diketahui pula, persentase literasi keuangan responden berdasarkan sektor keuangan paling tinggi diduduki oleh sektor Perbankan dengan nilai sebesar 36,12 persen yang disusul sektor Perasuransian sebesar 19,40 persen. Sementara persentase literasi keuangan terendah berdasarkan sektor jasa keuangan ada di Lembaga Keuangan Mikro sebesar 0,85 persen. Artinya, mayoritas pemahaman masyarakat Indonesia di sektor jasa keuangan masih terbatas di sektor perbankan. Tidak jauh berbeda, jumlah persentase masyarakat yang menggunakan produk/layanan keuangan berdasarkan sektor jasa keuangan juga masih didominasi oleh sektor perbankan (73,88 persen).
Sedangkan untuk Provinsi Jambi, tingkat Literasi dan Keuangan berdasarkan data resmi OJK Provinsi Jambi masing-masing mencapai 35,17 persen dan 64,83 persen. Berdasarkan strata wilayah, untuk wilayah perkotaan tingkat literasi dan inklusi keuangan mencapai 32,98 persen dan 77,49 persen. Sementara tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat perdesaan adalah 37,37 persen dan 52,11 persen. Seperti Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK Pusat, bahwa baik dari sisi pemahaman maupun penggunaan produk/layanan keuangan di Provinsi Jambi pun, masyarakat yang berada di wilayah perdesaan masih cukup tertinggal dibandingkan masyarakat yang tinggal di wilayah kota. Untuk gemder, hasil survei OJK Provinsi Jambi pun menunjukkan bahwa berdasarkan gender, tingkat literasi dan inklusi keuangan laki-laki sebesar 41, 58 persen dan 70,53 persen, relatif lebih tinggi dibanding perempuan sebesar 28,80 persen dan 59,16 persen.
Dengan sinergi yang terus dilaksanakan mulai dari Pemerintah Daerah, OJK, Perbankan, Pasar Modal, hingga Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) seperti Perasuransian, Lembaga Pembiayaan, Dana Pensiun, Pergadaian, dan LJK formal lainnya hingga peran media massa di Provinsi Jambi, maka literasi dan inklusi keuangan di Provinsi Jambi pun akan terus berjalan, yang diperlukan adalah kesabaran, semangat kerja keras dan cara penyampaian. Untuk orang tua tentu penyampaiannya berbeda dengan anak muda, karena anak muda cenderung tertarik dengan penyampaian secara kekinian sesuai dengan perkembangan zaman. (*)

*Penulis Wartawan Jambi Ekspres/jambiekspres.co.id ([email protected])

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: