>

Serendipity di Valentine Pandemi

Serendipity di Valentine Pandemi

Namanya film, perjalanan hidup keduanya lantas bersimpangan lagi. Masing-masing seharusnya sudah punya pasangan sendiri-sendiri, bahkan Jonathan akan segera menikah.

Saya tidak akan menceritakan lebih detail, dan ending-nya sebenarnya juga bukan rahasia. Namun proses menuju ending itu begitu indah.

Dan sekali lagi, ini film dari era yang berbeda. Hal-hal romantis di dalamnya mungkin sudah tidak bisa lagi dilakukan sekarang.

Walau ini film 2001, saat itu media sosial masih belum mendominasi. Sulit mencari satu sama lain dengan melakukan stalking di internet. Zaman sekarang, menulis di buku saja mungkin sudah aneh. Karena kita praktis sudah masuk era paperless. Menulis nama di uang? Sekarang juga era uang digital. Masak kita mau menuliskan nama kita di kartu debit, sambil menuliskan password-nya?

Luar biasa ya, bagaimana 20 tahun bisa begitu beda. Saya jadi sampai jadi berpikir tentang film romantis favorit saya di tiap dekade. Somewhere In Time itu 1980, belum ada kehidupan digital. Sleepless In Seattle itu 1993, masih menggunakan acara radio untuk sharing. Kalau Serendipity itu 2001, lalu apa film romantis favorit saya era 1990-an? Pilihannya terlalu banyak!

Mungkin, saya harus memilih lagi film Tom Hanks dan Meg Ryan, berjudul Youve Got Mail. Film tahun 1998 ini penuh dialog intelektual, dan menandai era jatuh cinta pakai email dan chatting. Kebetulan saya dulu juga pemakai America Online (AOL), jadi semua yang dilakukan untuk membuka email di dalam film itu saya menjalaninya secara langsung.

Bicara soal berdialog secara intelektual via onlinehmmm, sekarang rasanya juga sudah hilang. Internet dan media sosial sudah terlalu penuh dengan hoaks dan konten minim mutu, serta pencitraan tiada henti.

Dulu, identitas dirahasiakan itu imut, apalagi kalau chatting-nya pintar dan bermutu. Sekarang, identitas dirahasiakan dengan cara pengecut, karena digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang bisa berbahaya.

Kembali ke Serendipity, ada satu lagi alasan untuk menikmati film ini. Pilihan lagu-lagunya benar-benar pas. Manis dan romantis. Soundtrack-nya termasuk yang masih sering saya putar sampai sekarang. Dulu pakai CD lagu, sekarang pakai iTunes.

Valentine tahun ini, sambil merayakan 20 tahunnya, saya akan menonton lagi Serendipity. Istri saya juga pasti suka. Apalagi, saat mengunjungi New York pada 2015 lalu, kami sempat mampir dan menikmati kafe Serendipity 3.

Waktu itu kami memang mengunjungi kafe-kafe atau restoran yang populer di film atau sitkom. Seperti bangunan tempat tinggal Monica dan Rachel di Friends, depot tempat Seinfeld suka nongkrong, dan lain-lain.

Tapi kalau dipikir-pikir, walau hati akan kembali hangat setelah nonton lagi Serendipity, mungkin saya dan istri akan kembali sedih karena kangen pergi-pergi lagi...

Pandemi, oh, pandemi...(azrul ananda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: