Penetapan kadar ?-Karoten Ekstrak n-heksan Dalam Kulit Jeruk Lemon, Jeruk Lemon Lokal dan Jeruk Nipis Mengguna
Oleh : Yulianis, Atika Wulandari, Mukhlis Sanuddin
Program Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu, Jalan Tarmizi Kadir No.71, Jambi, Indonesia
E-mail: [email protected]
JAMBI - PENDAHULUAN
Buah jeruk merupakan buah yang paling banyak digemari oleh kita semua, biasanya digunakan sebagai makanan dan minuman, selain digemari dan banyak sekali manfaatnya. Bagian yang dimanfaatkan pada jeruk ini hanyalah daging buahnya saja sedangkan sisanya dibuang begitu saja sebagai limbah (Rompas, Mamuaja, & Suryanto, 2016). Jeruk asam yang paling dikenal adalah lemon dan jeruk nipis yang mengandung bioflavonoid, limonene, kalium, magnesium, fosofor, tembaga, seng, zat besi, vitamin C, vitamin B1, terpen (Subroto, 2008)
Kulit jeruk banyak manfaat dalam bidang kesehatan seperti mencegah penyakit kanker, hemoroid, melindungi kulit dari tanda penuaan dini, bronchitis (Budiana, 2013). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pemberian ekstrak kulit buah lemon per oral dapat meningkatkan jumlah kolagen pada tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang dipajan sinar UVB (Anshori & Pangkahila, 2017).
Karoten merupakan pigmen organik berwarna kuning, orange atau merah orange yang dapat diperoleh dari buah-buahan seperti pepaya, mangga, tomat, jeruk, jambu biji, alpukat dan cabe serta sayur-sayuran hijau (Octaviani, Guntarti, & Susanti, 2014). Beta karoten dapat dipercaya dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker (Kusbandari & Susanti, 2017). Kulit jeruk lemon juga merupakan sumber beta-karoten dan pigmen beta-cryptoxanthin (Astawan, 2008).Kulit jeruk mengandung dua jenis pigmen alami dengan polaritas berbeda salah satunya adalah karotenoid yang larut dalam lemak dan karotenoid yang larut air (Putnik et al., 2017).Karotenoid yang paling banyak terdapat pada kulit jeruk adalah α-karoten, β-karoten, lutein, zeaxanthin dan β-cryptoxanthin (Shan, 2016). Lutein dan Zeaxanthin merupakan pigmen pada bahan pangan yang berwarna kuning dan lebih mudah larut dalam air dibandingkan beta-karoten sehingga bersifat lebih polar (Astawan, 2008)
Tanaman yang mirip lemon juga ditanam di daerah Jambi. Tanaman ini ternyata merupakan hasil persilangan antara tanaman lemon dan tanaman jeruk nipis dan (Shanti, 2007). Dari hasil persilangan tersebut bentuk dan warna buah menyerupai antara kedua jenis jeruk ini. Kulit buah lemon bentuknya lebih besar dan lebih berwarna kuning dibandingkan lemon lokal. Kulit jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat diantaranya sebagai penambah nafsu makan, penurun panas (antipireutik), diare, menguruskan badan, antiinflamasi, antibakteri dan antioksidan (Pratiwi, Suswati, & Abdullah, 2013).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang penetapan kadar β-karoten pada kulit jeruk lemon, lemon lokal dan jeruk nipis dengan KLT-Densitometri. Pada penelitian sebelumnya penetapan kadar beta-karoten pada buah-buahan telah dilakukan dengan metode KLT-Densitometri pada madu kelengkeng dan madu randu (Parwata, Ratnayani, & Listya, 2012), pada suplemen diet dan jus buah (Starek, Guja, & Dabrowska, 2015),
Metode KLT-Densitometri ini memiliki beberapa kelebihan yaitu spesifisitas yang tinggi, dapat dipercaya, pengerjaan relatif mudah dan cepat, biaya pengoperasian relatif murah, polaritas pelarut atau pelarut campuran dapat diubah dalam waktu singkat dan jumlah pe1arut yang digunakan sedikit, selain itu,silika gel sebagai fase diam Kromatografi Lapis Tipis (KLT) juga dapat di daur ulang (Wulandari, Retnaningtyas, & Mustafidah, 2013).
METODE PENELITIAN
Penyiapan Ekstrak
Jeruk lemon lokal diperoleh dari salah satu perkebunan yang berada di daerah Angkasa Pura, Kec.Pal merah Kota Jambi. Sampel jeruk nipis diperoleh dari perkebunan daerah desa tangkit lama, Kec Sungai Gelam, Kab Muaro Jambi, Kota Jambi. Sampel jeruk lemon diperoleh dari pasar buah Kota Jambi.
Serbuk simplisia yang telah dihaluskan ditimbang 5 g kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan n-heksana p.a (pro analisis) 10 ml lalu kocok/dishaker selama 25 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring whatmann. filtrat dipisahkan, lakukan ekstraksi berulang dengan n-heksana sampai filtrat yang di hasilkan jernih. Lalu filtrat yang dihasilkan diuapkan sampai dengan 10 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan cukupkan n-heksana p.a (pro analisis) hingga tanda batas (Manasika & Widjanarko, 2015).
Pembuatan Larutan Standar β-Karoten & Larutan Seri Konsentrasi
Sebanyak 10 mg β-karoten standar ditimbang dengan teliti dilarutkan dengan n-heksana p.a dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml sampai tanda batas, diperoleh konsentrasi 1000 ppm, Lalu dilakukan pengenceran pada konsentrasi 100 ppm.(Starek et al., 2015).
Pembuatan kurva kalibrasi diawali dengan pembuatan larutan seri standar beta karoten dengan konsentrasi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, dan 14 ppm pengenceran dilakukan dari larutan beta karoten 100 ppm, salah satu konsentrasi larutan standar diukur panjang gelombang pada daerah 200-700 nm dengan spektofotometri uv-vis(Higea, Chandra, Dinda, & Handayani, 2017)
Instrumentasi dan Optimasi Analisis KLT-Densitometri
Analisis dilakukan dengan menggunakan lempeng KLT aluminium yang dilapisi silika gel. Lempeng KLT dipotong dengan ukuran 10 cm x 5 cm (sehingga jarak antar totolan 0,5-1 cm). Sebelum digunakan, plat diaktifkan dengan metanol. Selanjutnya, plat dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 1 jam (Starek et al., 2015).
Fase gerak yang digunakan adalah salah satu dari campuran berikut: campuran kloroform - etil asetat (7:3), diklormetan – metanol (4:1), dan n-heksana – etil asetat (3:7). Jenuhkan wadah elusi/ chamber dengan uap fase gerak. Setelah dilakukan pengeringan plat dipindai dan diperoleh spot/ bercak yang direkam dengan menggunakan TLC Densitometri. Faktor retardasi (Rf) untuk β-karoten (standar dan sampel) dihitung.Untuk analisis kuantitatif β-karoten, nilai-nilai area puncak yang diperoleh pada densitogram dicatat (Starek et al., 2015).
Kurva Kalibrasi dan Linearitas Larutan Standar β-Karoten
Dari 5 konsentrasi dielusi dengan fase gerak yang optimal pemisahan dalam chamber atau wadah elusi, kemudian spot/ bercak yang dihasilkan diukur area puncak panjang gelombang maksimum beta karoten standar yang diperoleh dengan densitometer.
Penetapan Kadar β-Karoten Dalam Sampel
Masing-masing sampel diambil 10µL ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipet kapiler terukur, dan sampel yang sudah ditotolkan pada KLT dielusi dengan fase gerak yang optimal pemisahan. Luas puncak kromatogram dibaca pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dengan Densitometer. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan kadar beta karoten dalam sampel dengan persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi yaituy=bx+a (Parwata et al., 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Sampel
Hasil Derterminasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Andalas Jurusan Biologi, Falkultas MIPA, Universitas Andalas Padang. Hasil determinasi menunjukan bahwa sampel jeruk lemon lokal adalah (Citrus aurantifolia x medica ) yaitu persilangan dari jeruk lemon dan jeruk nipis, jeruk nipis (Citrus aurantifolia)sedangkan jeruk lemon di Identifikasi berdasarkan Morfologinya.
Tabel 1. Analisa Jeruk Lemon
Panjang Gelombang Maksimum β-Karoten
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, spektrum UV-Vis senyawa β-karoten dapat dilihat pada Gambar 1. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 448,50 nm. Pada penelitian sebelumnya juga didapatkan panjang gelombang 448,50 (Scarlet, 2013).
Gambar 1.Spektrofotometri Standar β-Karoten dengan Panjang Gelombang 448,50nm
Kurva Kalibrasi Larutan Baku
Hasil pembuatan kurva kalibrasi menghasilkan persamaan regresi linear yaitu y = 161,6x + 123,6 dan korelasinya (r) 0,999.Nilai r yang mendekati 1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut.
Gambar 2. Grafik Kurva Kalibrasi β-Karoten
Kadar β-Karoten dalam Sampel
Sebelum melakukan penetapan kadar dilakukan optimasi campuran dengan memilih fase gerak atau eluen yang memberikan pemisahan yang paling optimal dan luas puncak yang besar. Eluen yang diuji pada penelitian ini sebanyak tiga jenis fase gerak yaitu kloroform : etil asetat (7:3) diklormetan – metanol (4:1), dan n-heksana – etil asetat (3:7).
Gambar 3. Hasil Densitogram Larutan Standar Fase gerak kloroform : etil asetat (7:3)
Gambar 4. Hasil Densitogram Sampel Lemon Lokal
Gambar 5. Hasil Densitogram Sampel Jeruk Lemon
Gambar 6. Hasil Densitogram Jeruk Nipis
Dari ketiga perbandingan fase gerak tersebut, fase gerak yang lebih optimal adalah kloroform : etil asetat (7:3) karena mampu memberikan pemisahan yang baik dengan memiliki luas area yang paling tinggi, dengan Rf 0,23 dapat dilihat dari Gambar 3. Dari hasil densitogram larutan sampel dari klit jeruk lemon lokal, jeruk lemon dan jeruk nipis diperoleh nilai Rf yang sama dengan standar diperoleh nilai Rf berturut-turut yaitu0,23, 0,23, dan 0,22
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat kadar beta karoten dari ekstrak kulit jeruk lemon 17,3778µg/ml, kulitjeruk lemon lokal 8,557µ/ml, dan kulit jeruk nipis didapatkan 11,86µ/ml.Pada penelitian sebelumnya penetapan kadar β-Karoten ekstrak eter pada kulit jeruk manis bagian flavedo 28,80 μg/g untuk albedo 28,00 μg/g(Dumbrav? et al., 2010). Kadar dari hasil dari β-Karoten kulit jeruk lemon, jeruk lemon lokal dan jeruk nipis diperoleh kadar lebih kecil dari kulit jeruk manis.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian diperoleh kadar β-karoten dari ekstrak n-heksan kulit jeruk lemon lebih tinggi kadarnya yaitu 17,3778 µg/g, dan sampel jeruk nipis 11,86 µg/g, dan yang paling rendah pada sampel jeruk lemon lokal yaitu 8,557 µg/g.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: