>

Wawako Maulana Menjadi Pembicara pada Alliance dan ICLEI Developing Plastic Waste-Free Cities

Wawako Maulana Menjadi Pembicara pada Alliance dan ICLEI Developing Plastic Waste-Free Cities

JAMBI - Wakil Walikota Jambi, Maulana menjadi pembicara pada Alliance dan ICLEI Developing Plastic Waste-Free Cities Webinar, Kamis (4/2). Kegiatan dilakukan secara virtual itu berlangsung di Ruang Pola Kantor Wali Kota Jambi.

Wawako Maulana mengatakan, ada dua kota di Indonesia yang terpilih untuk menjadi narasumber pada kegiatan tersebut, yakni, Kota Jambi dan Balik Papan. Peserta yang mengikuti kegiatan itu nantinya akan bersaing untuk mendapatkan dana bantuan soal penanganan sampah.

\"Kota Jambi diberikan kesempatan untuk mengajukan proposal bantuan untuk pengembangan pembatasan plastik di kota Jambi. Ini adalah peluang. Kita bersaing dengan daerah negara-negara lain untuk mendapatkan pendanaan pengendalian sampah plastik,\" katanya.

Lanjut Maulana, Kota Jambi akan menyiapkan dua kecamatan sebagai pilot project dalam penanganan sampah secara baik.

\"Dua kecamatan sebagai pilot project, agar pengawasan lebih gampang,” katanya.

Maulana menjelaskan, Ia berbicara dalam kaitan kota-kota yang terbebas dari sampah plastik.

“Tadi Saya menjelaskan adanya regulasi pemerintah Kota Jambi yakni Perwal Nomor  61 tahun 2018, tentang pembatasan plastik di swalayan, mini market dan mall. Selanjutnya pengembangan TPS 3r,” imbuhnya.

Maulana menambahkan, nanti pihaknya berusaha untuk masyarakat bisa memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Secara teknis akan terus dikembangkan DLH.

Saat ini, kondisi sampah di Kota Jambi per hari potensinya 423 ton. 60 persennya yakni sampah organik dan 14 persennya adalah sampah plastik.

“Sekitar 59,22 ton per hari adalah sampah plastik,” katanya.

“Tadi juga Saya jelaskan ini ada potensi ekonomi nantinya dari TPS 3r. Dikumpulkan sampah plastik ini, nanti punya nilai jual, bisa untuk bahan kerajinan dan diolah menjadi biji plastik. Dengan harapan pemisahan sampah plastik ditingkat rumah tangga dan keluarga bisa berlangsung,” katanya.

Saat ini, kendalanya memang pemisahan dari tingat rumah tangga masih rendah.

“Sampah kita di rumah tangga masih bercampur. Butuh tenaga lebih banyak untuk memilah,” pungkasnya. (hfz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: