Until Today

“Boleh jika aku meminta diperjelas?”
“Apakah ini sebuah pemaksaan?”
“Jika boleh memaksa, maka aku tidak keberatan untuk memaksa.” Ujar Ciel sambil tersenyum culas.
“Ck, sayang sekali, aku tidak berniat memberi tahumu” cebik Soheila.
“Benarkah?”
“Ya,”
“kerasa kepala ternyata sangat tipis dengan kepala batu,” Gerutu Ciel.
“Terimakasih atas pujiannya tuan,” Sarkas Soheila.
“Tidak masalah, Nona.” Ciel tertawa melihat Soheila yang terlihat kesal dan mau tak mau membuat Soheila juga ikut tertawa.
Waktu terasa singkat untuk Soheila dan Ciel kala mereka bersama, Timbulnya senja menjadi saksi bisu mereka kala itu, terhinoptis oleh rayunya suasana yang tak ingin beranjak barang sedetik pun. Kapan kiranya kebersamaan ini akan tetap bersama? Sungguh harapan akhir yang buruk adalah pilihan terkahir yang tak pernah ingin mereka jadikan keputusan.
Ciel mengantarkan Soheila hingga ke depan rumahnya, dan menurunkan koper Soheila dari bagasi mobilnya. Soheila terlihat senyum senang melihat kopernya kembali, uangnya terselamatkan, yang tadinya ia harus membelanjakan uangnya ke pakaian tidak jadi karena pakaiannya kembali. Soheila juga sudah memberikan mantel Ciel dan meminta maaf sekali lagi.
“Hmm, Soheila boleh aku berkata sesuatu?” Tanya Ciel.
“Ya?” Soheila memberikan raut bingung.
Ciel menarik tangan kiri Soheila, Ciel mengusap jari manis Soheila yang kini tengah melingkar cincin milik ibunya.
“Apa kau begitu menyukainya hingga tak ingin melepaskannya?” Tanya Ciel lembut dengan tatapan sendu sekaligus mendamba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: